Menurut Prof. Dr. Hj. Nina Herlina Lubis, M.S. dalam Metode
Sejarah tahun 2008, beliau memaparkan empat langkah metode sejarah, yaitu
sebagai berikut.
1)
Heuristik
Heuristik
artinya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang terkait dengan
topik penelitian. Sumber sejarah berserakan dimana-mana, baik di perpustakaan,
arsip, atau museum. Tugas pertama sejarawan dalam menulis sejarah adalah
mencari dan mengumpulkan sumber yang berserakan itu.
2)
Kritik
Kritik
dilakukan oleh sejarawan manakala sumber-sumber sejarah telah dikumpulkan. Bisa
dikatakan proses kedua ini adalah proses penyeleksian sumber. Sumber itu banyak
dan harus diseleksi sesuai kebutuhan sejarawan. Proses kritik meliputi dua
macam yaitu kritik eksternal dan internal.
a.
Kritik
eksternal wajib dilakukan oleh sejarawan untuk mengetahui otentisitas atau
keaslian sumber. Kritik eksternal meliputi tanggal dokumen, bahan dokumen
(kertas, tinta,dan gambar air), isi dokumen (gaya tulisan,huruf ), apakah
sumber turunan (salinan atau fotokopi) atau asli, serta apakah sumber utuh atau
telah diubah. Jika semua poin tadi sesuai dengan zamannya dengan mengecek
sumber sezaman, maka dapat dipastikan bahwa sumber tersebut otentik atau asli.
b.
Kritik
internal wajib dilakukan sejarawan untuk mengetahui kredibilitas sumber.
Kredibilitas meliputi kemampuan dan kejujuran. Apakah sumber itu mampu
mengatakan kebenaran (kedekatan dengan peristiwa, keahlian, dan kehadiran dalam
peristiwa) dan apakah sumber itu mau mengatakan kebenaran. Jika kedua pertanyaan
tersebut telah diajukan kepada sumber maka akan dapat diketahui kredibilitas
sumber tersebut.
3)
Interpretasi
Interpretasi
adalah proses pemaknaan fakta sejarah. Dalam interpretasi, terdapat dua poin
penting, yaitu sintesis (menyatukan) dan analisis (menguraikan). Fakta-fakta
sejarah dapat diuraikan dan disatukan sehingga mempunyai makna yang berkaitan
satu dengan lainnya.
4)
Historiografi
Setelah
sumber dikumpulkan kemudian dikritik (seleksi) menjadi data dan kemudian
dimaknai menjadi fakta, langkah terakhir adalah menyusun semuanya menjadi satu
tulisan utuh berbentuk narasi kronologis. Imajinasi sejarawan bermain disini,
tetapi tetap terbatas pada fakta-fakta sejarah yang ada. Semuanya ditulis
berdasarkan urut-urutan waktu.
Comments
Post a Comment