Skip to main content

Sejarah VOC di Indonesia

Para Pedagang Dan Pejuang (1602-1652)

Di masa pembentukan gabungan umum generale verinigde geoctroyeerde Oost indische Compagnie (persatuan umum persekutuan dagan hindia belanda), secara singkat dan disebut VOC. VOC didirikan pada bulan maret 1602, sesudah perundingan yang lama dan sulit antara staten Generaal (dewan perwakilan), yang wail utamanya adalah pengacara hollann yang terkenal, johan van Olden-barneveldt, dan para pengurus perusahaan dagang hollan dan perusahaan zeeland, yang telah dibentuk antara 1596 dan 1602 untuk berdagang di kepulauan hindia timur.
Para pendiri VOC benar-benar sadar bahwa setiap usaha untuk memperkukuh dan meluas perdagangan belanda di asia tidak boleh dan tidak akan mengakibatkan persengketaan bersenjata dengan orang portugis dan orang spanyol. Para pendiri VOC juga mengetahui, sesudah diterbitkannya kisah-kisah perjalanan Reysgeschrift (1595) dan Itinrrario (1596) Jan huygen vanLinschoten, dan dari pengalaman-pengalaman dari perusahaan dagang pendahulu mereka sendiri. VOC dalam beberapa hal stukturnya layak dan luwes, seperti yang dinyatakan oleh Prof. D.G.E. Hall: “benar-benar suatu cara penggabungan yang luar biasa, dalamnya kepentingan-kepentingan daerah dan kepentingan pusat diselaraskan sedemikian rupa agar memperoleh pemusatan upaya nasional yang sebesar-besarnya. Ketika para pengurus pengelola, atas desakan zeeland mereka, memutuskan bahwa semua dalam surat menyurat resmi haruslah digunakan istilah “Nederlanders” dan tidak “Holanders”.
Pimpinan pusat merupakan suatu dewan pengelola yang terdiri dari tujuh belas utusan, penetapan ditetapkan atas dasar berikut: delapan dari amsterdam, empat dari zeeland (Middelburg); satu dari setiap kamar yang kecil, dan anggota yang ketujuh belas, dipilih oleh zeeland atau oleh salah satu dari kamar yang kecil. Lowonan-lowongan diisi dengan cara pemilihan, dari daftar-daftar pendek yang dikemukakan oleh kamar-kamar yang bersangkutan kepada walikota yang berhubungan. Pada pembaharuan piagam asli pada tahun 1623, masa jabatan para direktur dibuat tiap 3 tahun, dan mereka hanya dapat dipilih kembali dalam masa selang 3 tahun, tetapi pemilihan kembali biasanya berlaku otomatis.
Para pemberi modal perusahaan awal dikerahkan dari berbagai jenis masyarakat belanda, mulai dari saudagar-bangkir sampai kepada pegawai pemerintahan. Bila dikalangan pengurus VOC banyak terdapat saudagar-saudagar kaya dan kelas kalompok penguasa, maka pegawai-pegawai ini dapat dibagi dalam 4 kelompok, yang terpenting adalah  pegawai niaga, mulai dari Opeer kopman (pedagang kepala) sampai aasistan (sama dengan penulis dalam EIC). Mereka juga menjalankan tugas-tugas administrasi dan birokrasi.
Mengenai mutu para abdi VOC, baik pedagang, pendeta, pelaut atau serdadu, kebanyakan pendapat masa itu mengenai mereka sangat ktritis, hern/XVII, seperti juga majelis komisi-komisi EIC. Sejak mulanya menaruh kecurigaan terhadap bawahan mereka di timur, terus –menerus.
Pieter de la court, industrialis Leiden dan penulis buku yang dibaca walaupun sangat kontroversial, petunjuk tentang dasar-dasar dan dalil-dalil politik yang bermanfaat dari republik holland dan friesland, diterbitkahn dalam bahasa belanda, 1662, 1669, 1671 mengemukakan bahwa “ orang-orang belanda yang berbakat,hemat dan rajin”dapat menjadi kolonis terbaik di dunia, bila diberikan kesempatan dan dorongan yang layak.
Para pegawai VOC dalam abad pertama didirikannya berasal dari contoh yang representatif wajar dari masyarakat belanda, walaupun dalam kelas-kelas atas aristokrasi memang sedikitsekali diwakili, seperti juga dalam EIC sezaman. Mengenai jabatan-jabatan yang paling randah dlam dinas VOC, serdadu-serdadu, dan para pelaut biasa, kehidupan mereka cenderung kasar,jahat dan singkat usianya. Pekerjaan berat, bayaran rendah dan disiplin yang sering kejam hampir-hampir menjadikan mereka manusia buas dalam tempo singkat, apapun juga watak asli mereka dulunya. Dan bila kelasi-kelasi dihukum, mereka dihajar dengan ujung tali tebal demikian lamanya didepan tiang kapal, hingga mereka jatuh berlutut dan mohon ampun atau mereka dijungkal kedalam laut, atau dijungkal atau 3 kali dimasukkan kedalam lunas kapal, lalu didera di depan tiang kapal. Atau kaki mereka diikatkan rantai dengan bola, serta mesti bekerja keras dengan budak-budak hitam untuk pekerjaan hitam kompeni. Atau mereka dibuang ke pentai barat Sumatra.
Pada waktu kapal karam, ada kalanya peristiwa-peristiwa pembunuhan sebaliknya para kelasi yang tidak sempat menghabiskan uangnya dimeja judi yang diperolehnya setelah beberapa tahun bekerja di timur, mereka cenderung menghabiskan uang mereka dengan minuman kerass dan wanita-wanita nakal, bila mereka menerima pelabuhan di pangkalannya. Karena itulah muncul julukan tuan enam minggu.
Walaupun VOC sejak mula berdirinya terlibat dalam peperangan justru karena itu suatu tinjauan singkat mengenai komoditi-komoditi utama yang diperjuangkannya dan diperdagangkannya adalah pada tempatnya disini. Cengkeh dan pala dari Maluku merupakan rempah-rempah yang paling berharga, disamping kulit manis dari slilanka. Sesudah VOC disana tahun 1638-1644 mendapat setumpu yang kuat. Meica, yang oleh ara sejarahwan kadang-kadang dimasukan ke dalam rempah-rempah, lebih baik dianggap sebagai barang sebagai konsumsi masa.
Dalam komoditi yang lain termasuk sutra kasar yang dikerjakan dari cina. Indocina, persia, dan bengala. Sutra, katun dan tekstil-tekstil india yang lain dari coromandel dan gujarat. Nila dan bahan-bahan cat lain, jenis-jenis kayu yang berharga “bahan-bahan obat” seperti borak, mur, kapur barus dan kasturi, yang diperoleh dari arab dan indocina; porselin dari cina dan jepang.
VOC seperti EIC tidak mengekspor kembali atas namanya sendiri barang-barang yang diimpornya, tetapi dijualnya pada pedagang perorangan dan para kontraktor yang berdagang dengan di negeri lain.
Dalam mas tahun 1610-1640 bebrapa orang pengurus sebagai elias stip, bicker besaudara dan hans fan loon terkenal dikalangan konsorsia yang mendorong partai-partai besar rempah-rembah besar merica, sutra untuk dijual kembali dan re-exsport. Pada tahun 1642 penjulan berdasarkan kotrak ditinggalkan dan diganti dengan penjualan berdasarkan pelelangan.
Tahun1605 belanda merebut ambon dari portugis, kemudian pada tahun 1606 wilayah ambonea ternate dan tidore direbut kembali oleh spanyol. Pada masa itu penduduk asli mengalami metode-metode yang paling kasar dimusnahkan, dibuang atau dijadikan budak. Kekuatan laut yang unggul dari VOC menentukan yang diterima mereka dari perdagangan angkatan laut. Nasihat yang diperoleh heren XVII dari para abdinya merupakan perbedaan yang jelas dengan yang disampaikan kepada mahkamah komisi-komisi do london oleh geoorge cokayne setelah mengunjungi malaka tahun 1615.
Menguntungkan atau tidak, benteng – benteng belanda di Maluku terlalu terpencil letaknya untuk menjadi tempat yang sesuai bagi general rendezvous (pertemuan umum) di Asia, sebagai yang disadari oleh Heren XVII sejak mula. Jakarta, yang menjadi kedudukan kesultanan kecil yang kedaulatannya dituntut oleh sultan Banten, diserbu oleh Coen dan Reael dalam bulan Mei 1619, dan bangunlah Batavia di atas Puing – puingnya. Di Jepang, kantor dagang Belanda di Hirado (1609) dipindah ke pulau buatan Deshima di Nagasaki (1641). Di Taiwan, Tempat Benteng Zeelandia dibangun dalam tahun 1624. Di Vietnam Utara dan Selatan dalam tahun 1636-1637. Di siam (Ayuthia) dalam tahun 1607. Di Sumatra, di Palembang dalam tahun 1619. Di pantai barat laut India, kantor – kantor dagang didirikan di Surat (1616) dan Wirgurla (1637), dengan cabang-cabang yang lebih kecil di Agra dan di tempat lain di pedalaman Hinduster. Di tanah Srilanka, dimana tanah –tanah kulit manis dibagi dengan orang Portugis dengan ketentuan-ketentuan perjanjian gencatan senjata, yang ditandatangani di Goa dalam bulan Nopember 1644 VOC juga memiliki banyak kantor perwakilannya di Kedua sisi selat malaka, dari Aceh di Sumatra Utara sampai ke Lampung di selatan pulau itu, di sinilah merica, emas, dan timah putih merupakan komoditi – komoditi pokok yang dicari. Malaka, yang oleh Matelieff dianggap “ bukan kucing yang harus ditangkap tanpa sarung tangan”, akhirnya jatuh kepada Belanda, dengan sedikit bantuan dari sultan Johar, sesudah perjuangan yang panjang, dalam bulan Januari 1641.Sejauh yang mengenai perang dengan Portugis, arsitek utama kemenangan adalah Antonio van diemen, yang banyak pengalamannya di Timur sebelum menduduki jabatan gubernur Jenderal, dalam tahun 1636-1645.
Hubungan Belanda Inggris di Asia diragukan, paling tidak, kendatipun kenyataan bahwa masing-masing pemerintah di Eropa satu sama lain dalam keadaan damai selama seluruh masa ini dan malahan hidup dalam persekutuan selama sebagian daripadanya. Persekutuan ini dianggap sangat rapuh karena pada umumnya terdiri dari protestan fanatik dan katolik fanatik. Van diemen menegakkan keunggulan angkatan laut yang menentukan atas Portugis, terutama melalui blockade-blokade sistematis musiman terhadap malaka(1636-1944). Kapal-kapal, awak kapal dan uang memang tidak tersedia di Portugal, atau untuk soal itu di semenanjung Iberia. Kemungkinan besar , Van Diemen hanyalah dicegah memberikan coup de grace pada Estado da India yang sempoyongan pada waktu diadakannya gencatan senjata. Gencatan senjata yang akhir akhir ini diadakan dengan Portugal mencegah belanda mencampuri perdagangan orang portugis yang berharga dari Macao dan Makassar ke timor, Flores dan Solor, dalam kayu cendana dan mas urai.
Gubernur Jenderal serta dewannya mengemukakan bahwa orang portugis di Goa “sama sekali tidak berdaya, sehingga tampaknya telah tiba waktu untuk mendepak mereka semua dari Asia, yang pastinya akan sangat menguntungkan Kompeni”. Belanda hanyalah gagal dalam ekspedisi mereka yang berulang kali ke Filipina dalam tahun 1610-1648. Diakui bahwa tekanan Belanda yang terus menerus kepada Filipina mengakibatkan kerugian besar  di kalangan para pekerja orang pampama dan tegalog yang tewas sampai ribuan jumlahnya ketika membuat kapal-kapal gayung yang mengalahkan Belanda, tetapi VOC sendiri pun tidak memetik kehormatan maupun keuntungan dari serangan-serangan atas Filipina. Pada tahun 1650, Formosa bukan hanya entrepot yang berharga bagi perdagangan dengan cina dan Jepang, tetapi juga mempunyai kesempatan yang baik untuk menjadi koloni eksploitasi yang sangat menguntungkan. “Bangsa penyembah berhala yang tolol dan dungu” ini merupakan lapangan yang memberikan banyak kemungkinan bagi misi Calvims, yang tujuh orang dari mereka ditempatkan disana pada tahun 1650. Dalam tahun tahun makmur koloni itu, bead an pajak yang dikenakan pada orang Cina berjumlah 40% dari pendapatan VOC di Taiwan, sedangkan perdagangan dengan orang cina berjumlah 60% yang sisanya. Pada tanggal 18 Juli 1633 Gubernur Formosa, Hans Putnams, menghancurkan sebuah armada jung-perang Cina yang tidak melakukan perlawanan di teluk amoy, karena cina piker mereka dating untuk berdagang dan bukan untuk bertempur. Tiga bulan kemudian, dia terpaksa menarik diri ke Taiwan dengan kerugian 4 buah kapal, sesudah diserang hebat oleh topan dan dihajar oleh sebuah armada cina lain.
Karena orang inggris berhasil mengambil hati Moghul Agung (syah Jahan, 1628-1677) dengan memberikannya beberapa hadiah, dengan ini bebas berdagang di tiap bagian negeri Sri Baginda dan bebas dari bea dan macam-macam kesulitan.Pada suatu ketika VOC mencoba memborong semua sutera Persia yang tersedia untuk ekspor, tetapi upaya ini mengalami kegagalan besar, kemudian terjadi perbedaan pendapat antara Heren XVII dan pemerintah di Batavia mengenai sikap yang akan diambil terhadap tuntutan- tuntutan Persia dan tindakan-tindakannya. Dalam bulan Desember 1650 VOC memiliki 74 kapal di Asia. Yang lebih penting adalah bahwa tahun 1650 saluran utama bagi ekspor rempah rempah dan sebagian besar komoditi asia ke eropa telah dialihkan dari rute-rute melalui darat lewat Persia dan laut merah ke rute maritime sekitar tanjung harapan.Peralihan ini ternyata lestari sampai dibukanya terusan suez tahun 1869.
“Kini orang Eropa telah belajar Mengenal Seluruh dunia, Dikirimkannya kapal kemana-mana dan dikuasainya pelabuhan-pelabuhan yang penting. VOC tidak memonopoli cabang perdagangan yang menguntungkan tetapi singa Belanda telah memperoleh jatah sang singa, bukan tanpa menggunakan cakarnya.


Tahun-tahun Emas Gubernur Jendral Maetsuyker (1653-1678)
Maetsuyker tiba di Batavia pada tahun 1636 dengan gelar penasihat dewan kehakiman. Tugas pokoknya adalah mengkodifikasikan berbagai kumpulan undang-undang yang berlaku yang diberi nama undang-undang Batavia. Pada oktober 1650 dia di angkat sebagai pejabat senior kedua dalam bidang hierarki VOC, yaitu direktur jenderal di Batavia. Dia menjadi gubernur jenderal pada bulan mei 1655 menggantikan gubernur jenderal sebelumnya yang meninggal. Dia dikukuhkan sebagai gubernur jenderal oleh Heren XVII dan dia mendapat dukungan yang tidak pernah putus sampai dia meninggal. Apa pun kegagalan-kegagalan pribadinya, di mata Heren XVII kecakapan administratif dan birokrasi Maetsuyker  bisa menutupi semua kegagalan pribadinya tersebut.
Selama masa jabatan gubernur Maetsuyker, banyak peristiwa yang terjadi. Berakhir permusuhan dengan orang-orang Portugis dan Inggris. Kedua peristiwa ini ternyata meguntungkan bagi VOC. Beberapa pertahanan Portugis, termasuk colombo (1655-1656) dan Cochin (1662-1663) melakukan perlawanan yang kuat akan tetapi dalam bidang lainnya dengan mudah jatuh begitu saja. Orang Portugis sendirilah yang menyebabkan kehancuran bidang militernya. Portugis memang kekurangan tenaga kerja, kapal, dan sumber-sumber bantuan. Portugis tidak pandai dalam mengambil kesempatan kesempatan yang mereka miliki akibatnya dengan mudah Belanda mengambil alih kesempatan yang ada.
Walaupun VOC belumlah merupakan kekuasaan teritorial yang besar di Asia pada waktu meninggalnya Maetsuyker pada tahun 1678, namun ia telah berhasil menguasai Jawa, Srilanka dan Afrika selatan. Kehilangan formosa yang diderita Maetsuyker dianggap penyeimbang karena Maetsuyker telah menaklukan Makassar pada tahun 1667 dan merebut Srilanka dan Malabar dari portugis pada tahun 1653-1663. Ketiga perang inggris dan Belanda yang dilakukan selama masa jabatan Maetsuyker berakhir dengan kemenangan bagi Belanda dalam perang di Asia. Pada tahun 1674 Belanda secara istimewa berhasil mengukuhkan pulau Banda dimana bagi banyak orang pulau Banda merupakan pulau yang lebih penting dibandingkan pulau-pulau St. Helena dan Manhattan. Belanda dapat memukul mundur angakatan laut Perancis  pada tahun 1672-1676. Perjuangan yang lama antara Portugis dan Belanda yang begitu lama berakhir dengan keuntungan bagi Belanda. Walaupun sebagian pedagang Portugis masih terdapat di Timor, Solor dan Flores akan tetapi hal ini bukan lah ancaman besar bagi perluasan kekuasaan VOC di Indonesia.
Salah satu kemerosotan pada masa jabatan gubernur Maetsuyker adalah ketika Kongxinga merebut benteng  Zeelandia dan formosa dari Belanda pada tahun 1661-1662. Maetsuyker tidak bisa terbebas dari kesalahan besar yg telah  dia perbuat ini namun Maetsuyker saat itu bisa mengelak tentang tuduhan tersebut. Walaupun sebelumnya Frederick Coyet (gubernur VOC di formosa sebelumnya) telah memperingatkan kepada Maetsuyker tentang bahaya yang ditimbulkan oleh Kongxinga namun Maetsuyker dan dewan di Batavia sama sekali tidak menanggapi peringatan tersebut. Mereka lebih mempercayai jaminan-jaminan yang menenangkan dari Nicolaus Verburch(mantan gubernur formosa). Awalnya, Maetsuyker dan dewannya sempat ketakuan akan di salahkan oleh Heren XVII karna kehilangan formosa, maka Maetsuyker dan dewannya menjadikan Coyet kambing hitam atas kasus tersebut.
Ketika Maetsuyker meninggal, VOC masih tetap maju di bandingkan EIC jika dilihat dari segi perdagangan Asia dari Arab ke Jepang. Kantor-kantor dagang VOC yang paling menguntungkan setelah Maetsuyker meninggal adalah yang terletak di surat, Coromandel dan Persia dan yang mengalami kerugian tentunya adalah Maluku, Srilanka dan Batavia.



Keseimbangan Perang Dan Perdagangan Yang Beralih (1680-1740)
Dalam tahun 1702, VOC, kompeni yang tiada taranya ini, yang sejak didirikannya telah menghasilkan pembendaharaan yang tiada terbilang dari ujung yang paling jauh di dunia ke dalam Persatuan Provinsi-provinsi Belanda mencapai ulang tahunnya yang keseratus. Dapat dimanfaatkan, kalau Heren XVII merayakan peristiwa ini dengan rasa bahagia tertentu, rohani dan jasmani. Pada penampilan luar, Loffelyche Compagnie (kompeni yang terpuji) ini sebelumnya tidak pernah demikian makmur dan perkasa. Kemakmuran niaganya dibuktikan dengan tibanya dengan selamat tujuh belas buah kapal Hindia yang kaya muatan, kendatipun perang yang baru pecah dengan Perancis dan Spanyol.
Dapat kita lihat dengan tinjauan kebelakang, bahwa VOC sebenarnya telah melampaui puncaknya dan bahwa kemundurannya telah dimulai. Terlihat dengan turunnya mutu-mutu kapal maupun para pelaut. Kapal-kapal menjadi lebih besar, tetapi kurang bisa digerakan. Lebih menggelisahkan dan agak sulit diatasi adalah kesukaran memperoleh jumlah anggota pelaut yang mampu dalam jumlah memadai. Lebih gawat lagi selama per empat terakhir dari abad ketujuh belas, kapal-kapal makin bertambah berisikan anak buah orang asing, dan banyak yang melakukan desersi ke pihak Inggris, terutama daerah Bengala.
Beberapa tahun sebelumnya Heren XVII telah mereka peringatkan akan praktek-praktek para calo yang merekrut pelaut untuk masuk dinas Kompeni. Yaitu, dengan memajukan seorang yang fisik tegap tetapi didaftarkan dengan nama lain,yang lalu diganti dengan orang lain yang muncul dikapal pada waktu apel, yaitu orang yang sebenarnya nama itu tapi, fisik kurus kering dan loyo. Profesor Milo dalam tahun 1946 menyatakan bahwa prestasi-prestasi yang mengecewakan dari kapal-kapal VOC dan para nahkodanya terhadap eskader Prancis yang jauh lebih kecil tetapi mendapat pelayanan yang lebih baik dalam tahun 1696 jelas membuktikan kehilangan norma. Kapal-kapal EIC sekarang melayari rute pergi dan pulang lebih cepat daripada kapal-kapal Belanda, sehingga yang disebut terdahulu lebih rendah angka kematiannya. Seperti juga dalam dekade-dekade sebelumnya, sekali ikatan-ikatan disiplin menjadi longgar sebagai akibat kapal karam, maka para perwira pun bisa kehilangan kendali atas anak buah mereka.
Walaupun Belanda dengan Inggris bersekutu terhadap Prancis di Eropa sejak 1689, persaingan perdagangan mereka di Timur berlanjut. Dalam suatu ledakan khas dari Batavia, Gubernur Jenderal dan Dewannya memberitahukan Heren XVII dalam bulan Desember 1688, bahwa agresi Inggris dan tindakan sewenang-wenang telah menjadi tak dapat dibiarkan sama sekali. Mereka mengeluh, bahwa malahan di Batavia sekalipun, dimana orang Inggris seharusnya hanya mengharapkan agar diterima sementara saja dengan ramah, tindakan mereka seolah-olah mereka yang memiliki tempat itu, dengan menghina serta menghasut pejabat-pejabat maupun warga-warga kota, tanpa memperdulikan akan kedaulatan Belanda.
“Keranjingan India” tahun 1690 telah membanjiri Inggris dengan begitu banyak belacu impor dan tekstil Asia lainnya, hingga industri wol yang penting sangat terpukul.  Pada tahun 1697, VOC mengimpor dari Asia barang-barang seharga beli 5,4 juta gulden. Para penenun dan industrialis tekstil Belanda tidak memiliki cara pukulan politik dari rekan-rekan Inggrisnya. Tidak ada pembatasan-pembatasan hukum yang dikenakan terhadap penggunaan kain dan tekstil timur di negeri Belanda Utara. Tetapi oleh EIC, seperti juga oleh VOC sebagian besar impor-impor dari Timur dire-ekspor. Peralihan yang menentukan dalam sifat ekspor-ekspor ke Eropa lewat Tanjung Harapan terjadi dalam masa 1680-1690. VOC dan EIC tidak lagi memusatkan diri pada bahan-bahan mentah (seperti merica, nila, dan rempah-rempah) dan barang-barang kasar, tetapi pada tekstil-tekstil dan buatan pabrik yang lebih halus dan kain-kain tenunan.
“Gila India” di Eropa dari abad ke tujuhbelas akhir disusul oleh “Gila Cina” pada abad ke delapanbelas walaupun agak beda bentuknya. Perdagangan Cina merupakan tujuan pokok bagi VOC dan EIC, karena mereka ingin bersaing dengan orang Portugis di Macao dan orang Spanyol di Manila dalam menyadap harta kekayaan Kerajaan Cina yang semarak. Perdagangan luar negeri Cina bertambah secara hebat dan VOC serta EIC termasuk di antara penerima keuntungan yang utama. kompeni Belanda tidak mengatur perdaganganna dengan Cina menurut cara yang sama seperti yang dilakukan oleh saingan Inggrisnya. Karena perbedaan-perbedaan pendapat antara Heren XVII dan pemerintah di Batavia, perdagangan langsung dari negeri Belanda ke Kanton. Pelayaran-pelayaran Belanda langsung dari Batavia ke Kanton dimulai pada tahun 1734. Tetapi walaupun perdagangan VOC dengan Cina mengalami tahun-tahun emasnya, tidaklah ia benar-benar dapat menentang dominasi EIC di Kanton untuk masa lama. Dapat ditambahkan bahwa penyelundupan teh Cina dari Zeeland ke Inggris sebelum undang-undang pergantian Pitt tahun 1734, memberikan garis samping yang menguntungkan bagi kaum kapitalis Belanda yang membiayainya.
Disamping menetapkan pimpinan yang menentukan dalam perdagangan Cina, EIC lambat laun juga makin mendapat pengaruh daripada VOC di sebagian besar cabang perdaganganb dengan India, walaupun hanya dalam tempat-tempat tertentu. VOC selama masa yang panjang bisa memperoleh keuntungan keuntungan-keuntungan yang baik dari penjualan rempah-rempah Malukunya di Surat. Ada perbedaan pendapat di kalangan Heren XVII dalam tahun 1702-1703, mengenai apakah keuntungan tidak akan lebih besar pula lagi bila harga penjualan direndahkan dari volume penjualan jadinya bertambah. Kesibukan VOC untuk mempertahankan harga-harga yang tinggi bagi rempah-rempah Maluku di Surat, menyebabkan Belanda mengabaikan pemasaran komoditi-komoditi lain di barat laut India, hingga akhirnya menguntungkan saingan-saingannya orang Inggris yang lebih berupaya.
Perdagangan kopi di Mocha merupakan contoh yang lain bagi kita mengenai persaingan sengit yang terjadi antara VOC dan EIC. Disini pun perjuangan berangsur-angsur jadi menguntungkan orang Inggris yang membeli kopi yang mutunya lebih bagus di Arab dan men jualnya lebih murah di Eropa. Sedikit banyak kegagalan Belanda di Mochca diimbangi oleh usaha mereka yang sangat berhasil memasukan tanaman kopi di Jawa. Heren XVII tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan kopi Jawa di Eropa. Di sini popularitasnya dinyatakan oleh pendeta Franqois Valentijn pada tahun 1726. Dia mengeluh bahwa kopi sudah menjadi begitu umum disukai hingga pelayan-pelayan wanita serta penjahit kini tidak mau memasang benang pada jarumnya sebelum menikmati kopi paginya. Kaum Muslim di India Barat dan Persia di pihak lain tetap lebih menyukai jenis Arabnya, dan menganggap kopi Jawa kurang bermutu. Ketika hal ini dikemukakan oleh pemerintah di Batavia kepada Heren XVII, reaksi tuan-tuan itu pada masam. Kedua jenis mereka coba dalam beberapa kesempatan, dan mereka menyatakan bahwa menurut pikiran mereka tak ada seorang pun didunia yang memiliki lidah yang begitu tahu selera, hingga dapat membedakan kopi Jawa dengan kopi Mocha.
Para pesaing Eropa ini tidak terbatas pada orang-orang Inggris dan orang Prancis, tetapi dalamnya termasuk juga sekumpulan campuran macam-macam orang yang dikenal sebagai orang Ostende. Kegiatan mereka terutama di Bengala dan Cina, menimbulkan amarah VOC maupun EIC dan para pengurusnya mengajak pemerintah masing-masing melalui kegiatan diplomatik bersekongkol menghadapi saingan-saingannya yang tidak disukai ini. Persaingan orang Denmark dan Swedia di Asia tidak begitu menjadi perhitungan, walaupun tidak dapat diabaikan dalam perdagangan Cina yang berkembang di Kanton.
Gejala yang sangat mencolok dari kehidupan Afrika Selatan pada masa itu adalah caranya kaum imigran dari berbagai bagian Eropa berbaur dengan populasi yang ada dan membentuk koloni Belanda yang homogen. Di Cape Town wanita kulit putih jauh lebih banyak daripada di permukiman VOC yang lain, maka pergaulan antar ras dengan gadis-gadis budak dan wanita-wanita Hottentot tidak banyak terjadi daripada keadaan yang diperkirakan. Di Indonesia, dimana kekurangan wanita kulit putih mengakibatkan percampuran ras dalam ukuran yang lebih banyak. Pendeta Valentijn dalam setahun kedatangannya memberikan pendapat yang tidak enak dalam tahun 1706 yaitu “nyaris tidak ada seorang Belanda pun yang terpandang di Jawa, yang tidak memiliki gundik cara hidup yang tercela, dan sedikit sekali memberikan dorongan kepada pribumi untuk masuk agama kita. Tetapi mayoritas kaum “Indo”, demikian mereka yang diketahui mempunyai leluhur kulit putih jadinya disebut, masih dianggap sebagai warga kelas dua, hampir sama dengan kaum Mestizo dari Spanyol baru, atau orang India-Inggris di Calcutta, Madras, dan Bombay. Mereka menglami perlakuan diskriminasi secara sosial, dan sesungguhnya juga secara hukum, dan hanya sedikit dari mereka yang dapat menduduki jabatan-jabatan yang tertinggi.
Dalam tahun 1736, Kompeni Inggris mengimpor merica ke London, sama banyaknya dengan yang diterima oleh kompeni Belanda dari seluruh Indonesia. Kepentingan yang sesungguhnya dari penaklukan Banten oleh VOC adalah bahwa hal ini mencekik pembangunan armada dagang pribumi, yang diusahakan oleh sultan membangunnya dengan bantuan para pedagang dan pelaut Eropa, yang melayarkan kapal-kapalnya sampai-sampai ke Manila dan Madras. Keterlibatan Belanda dalam urusan-urusan kesultanan Mataram mencapai tahapnya yang kritis pada tahun 1740.
Imigrasi orang Cina secara ilegal terus bertambah selama empat dasawarsa pertama dari abad kedelapan belas, sementara pemerintah Batavia mengambil sikap yang ragu terhadap orang Cina. Disatu pihak mereka merupakan tenaga kerja yang rajin dan terampil. Di pihak lain, sebagai pedagang, peminjam uang dan pemilik toko, mereka menghisap atau dituduh menghisap masyarakat kulit putih, Indp-Eropa dan pribumi yang lebih miskin. Peristiwa ini selanjutnya mengakibatkan dibunuhnya secara besar-besaran penduduk Cina yang damai dan patuh kepada undang-undang di Batavia oleh orang Belanda, orang Indo-Eropa dan kaum proletar Indonesia, sedangkan pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk menghentikannya, sehingga menyebabkannya meluas ke daerah pedalaman.
Beberapa orang pangeran Jawa sejak semula memihak VOC. Pemberontakan itu akhirnya ditumpas dalam tahun 1743, walaupun beberapa orang pangeran yang membangkang tidak menyatakan takluk tetapi kebanyakan tetap tinggal di bukit-bukit. Pasukan-pasukan militer VOC tidak menunjukan peranan yang hebat dalam perang tahun 1740-1743. Demikian pula pada tanggal 10 Agustus 1741, Martanda Varma, raja Hindu kecil dari Travancore, mengalahkan pasukan Belanda dalam pertempuran Colachel, hingga VOC terpaksa membuang gagasan untuk mendesakkan monopoli merica di Malabar.
Keadaan di persatuan provinsi-provinsi Belanda selama dasawarsa ke empat abad kedelapan belas juga tidak sangat meyakinkan. Bersamaan dengan itu, posisi keuangan VOC semakin menjadi gawat sesudah tahun 1736, dengan pinjaman-pinjaman yang berat guna mempertahankan politik kebijaksanaan dividen tahunannya yang dinggi, dan untuk membayar perlengkapan-perlengkapan tahunan armada Hindia. Kalaupun kompeni masih bisa membuat keuntungan yang banyak pada sebagian besar komoditi yang dijualnya di Eropa, keuntungan-keuntungan dari perdagangan antarpelabuhan di Asia ini dialihkan menjadi kerugian dalam beberapa cabang yang dulunya maju.


Runtuh Lantaran Korupsi? (1741-1799)
            J.C Van Leur dan W. Coolhas secara meyakinkan mengemukakan bahwa korupsi bukanlah faktor utama dalam kemunduraan dan jatuhnya kompeni. Telah dikemukakan sebelumnya, sikap badan-badan pengurus kedua maskapai dagang (VOC dan EIC), tersebut sejak semula ditandai oleh kecurigaan terus menerus terhadap ketidakjujuran para abdi mereka. Para pemilik kuasa menyadari bahwa sejumlah tertentu korupsi tak dapat dihindarkan berdasarkan remdahnya gaji sebagian besar para pegawai, kendatipun terkadang kata-kata keras dalam perintah-perintah mereka yang berulang kali terhadap penyelewengan dan penggelapan dalam bentuk apapun.
            Beberapa orang yang keterlaluan adalah orang-orang dari pelanggan yang keterlaluan adalah para syahbandar, inspektur pabean, dan pejabat-pejabat lain yang sengaja diangkat untuk mencegah penyelundupan, tetapi yang sesungguhnya “berkomplot” membiarkannya dengan menerima “imbalan”. Pada tanggal 25 April 1722, Hendrik Zwaarceckroon, Gubernur jendral yang sama menyetujui pelaksanaan hukuman mati keji atas Pieter Elverberd dua minggu sebelumnya, dan memerintahkan dua orang pejabat yang rendah sekali jabatannya dihukum mati karena menyelundupkan rempah-rempah. Orang-orang malang ini semuanya orang Indo-Eropa atau kristen pribumi. Pelanggar-elanggar yang tinggi kedudukannya kena hukuman jauh lebih ringan.sebagian besar gubernur jenderal berhenti dari jabatannya sebagai orang kaya, beberapa orang malahan sebagai jutawan. Demikian juga keadaan sesama rekan di EIC, seperti yang terjadi dengan dua orang gubernur termashur dari Madras, Elihu Yale dan Thomas Pitt.
            Beberapa contoh dengan dokumentasi, bagaimana pegawai-pegawai eropa VOC dan EIC bekerja sama untuk mengelabui masing-masing majikan mereka. para pejabat kompeni, entah VOC, entah EIC, yang yang sesuka hatinya melakukan perdagangan pribadi dalam beberapa hal mempunyai keuntungan daripada para pedagang bebas, entah mereka warga merdeka di Batavia atau para pedagang bebas di bombay. Kemunduran dinas militer VOC sesungguhnya disebabkan oleh karena turunnya mutu korps perwiranya. Warren hasting jelas memahami ini, ketika dia membantah suatu tuduhan yang menyatakan seolah-olah serdadu Belanda adalah mahkluk terkutuk yang samasekali tidak berguna untuk VOC. Suatu penilaian yang sangat rendah mengenai dinas VOC dalam angkatan darat dan angkatan laut diucapkan oleh laksamana Muda P.J. van Braam dan para perwira tetap yang meyertainya pada ekspedisinya untuk Malaka, yang dalam tahun-tahun 1783-1784 diserang oleh orang Bugis. Jengkel benar mereka.  hal yang demikian ini tidak akan terjadi dalam abad ketujuh belas, walaupun secara pokok pengawasan sipil selalu diterima.  Kelemahan angkatan laut merupakan faktor utama dalam kejatuhan VOC, walaupun dia melanglah terlalu jauh dengan menyatakan bahwa inilah sesungguhnya yang merupakan satu-satunya sebab keruntuhannya.
 Selama enam dasawarsa terakhir abad ketujuh belas, VOC dapat menjalin hubungan dengan Jepang “Negeri tertutup” (sukoku). Dalam hal ini VOC sangat diuntungkan karena dapat mengurangi impor emas, perak dan lantakan dari Eropa. Namun pada awal abad ke delapan belas, keuntungan ini lenyap disebabkan karena turunnya produksi pertambangan, devaluasi mata uang, dan pembatasan pemerintah Tokugawa mengenai ekspor emas dan perak. Sejak saat itu VOC beralih pada ekspor tembaga Jepang.Walau pada masa-masa awal abad kedelapan belas perdagangan Hubungan dagang VOC dengan Jepang mengalami penurunan yang drastic akan tetapi VOC tidak mau melepasnya hal ini dikarenakan VOC takut Inggris akan menguasai tempat tersebut.
Selain hubungan dagang, hubungan kebudayaan dan kecendekiaan antara orang Belanda dengan Orang Jepang juga menarik untuk dibahas. Bukti adanya hubungan tersebut dapat dilihat ketika kedatangan dan kehadiran “Si Rambut Merah” (orang Belanda/Eropa) di Deshima dan kapal-kapal Hindia-Belanda di pelabuhan memberikan ilham banyak untuk apa yang disebut Nagasaki-e, yakni cetakan-cetakan berwarna yang terbuat dari ukiran-ukiran kayu. Para pelacur juga menjadi alternative bagi Jepang dalam menjalin hubungan dengan Belanda. Para pelacur tersebut juga dijadikan sebagai alat untuk melakukan penyelundupan sebagai imbalan kepada tuan-tuan mereka.
Penguasaan kompeni atas daerah-daerah pantai Jawa cukup kuat, tetapi kehadirannya di Jawa Tengah tergantung pada pemisahan yang berlanjut antara kraton Surakarta dan kraton Yogyakarta dan kesediaan elite yang berkuasa untuk menerima VOC sebagai penengah perselisihan antar keduanya yaitu kraton Surakarta dan Yogyakarta. Di Melayu, VOC gagal  mencegah ekspansi Bugis diselat Malaka dan hal ini menyebabkan ancaman bagi pertahanannya sendiri.Kedudukan orang Belanda di Kalimantan juga sama gawatnya. Selain di Indonesia, di daerah anak benua India pun kedudukan VOC terdesak oleh pemerintahan Inggris seperti di Srilanka, India, dsb. Perang antara Belanda-Inggriss terus berlangsung dalam perebutan kekuasaan atas wilayah jajahan. Pada perebutan wilayah Padang (Sumatra Barat) Inggris berhasil merebutnya tanpa perlawanan. Dan kemudian atas keadaan ini dibuatlah perjanjian Paris yang membebaskan Inggris berlayar di wilayah perairan Indonesia.
Perang tahun 1780-1783 memperlihatkan kembali kelemahan Maritim VOC yang mana hal ini membuat Heren XVII terpaksa meminta bantuan angkatan laut Staten General. Permintaan bantuan ini terpenuhi dan dalam waktu sementara membuat keadaan di selat Malaka dan Kalimantan Barat membaik. Melihat hal tersebut para abdi dan awak kapal Kompeni merasa santai dan tanpa melakukan persiapan pertahanan. Mereka melakukan persiapan pertahanan ketika musuh sudah didepan gerbang. Hal ini sangat berbeda dengan armada laut kompeni Inggris, dari segi awak maupun teknologinya Inggris jauh lebih kuat. Kehidupan sosial yang hedonis dan glamour dengan melakukan Pesta-pesta besar di Batavia juga menjadi faktor terlalu cerobohnya birokrasi dan sistem administrasi VOC. Permasalahan yang dialami VOC lebih banyak terjadi pada abad delapan belas karena tidak loyalnya para armada dan awaknya pada VOC sendiri.
Banyak orang yang menjadi  kaya raya dalam dinas kompeni di Asia setelah kembali ke Belanda.  Hal tersebut mereka dapatkan baik melalui cara yang legal ataupun illegal. Kurangnya pengawasan memungkinkan para abdi dan awak kompeni bisa melakukan korupsi, penyelundupan maupun penggelapan. Seorang pembela VOC secara retorik bertanya dalam tahun 1794, menjelang runtuhnya kompeni: ““Wahai Rakyat yang dikelabui dan di tipu! Pernahkah anda secara sungguh-sungguh memikirkan, betapa sangat pentingnya badan Maskapai Dagang Hindia-Belanda bagi kesejahteraan anda?dan akibat-akibat yang akan anda rasakan atas keruntuhanya? Dapatkah anda begitu dungu tidak mengetahui akan kenyataan bahwa badan ini begitu menyatu dengan kemakmuran dan kesejahteraan perdagangan kita, hingga penghancuran badan tidak boleh tidak mengakibatkan penghancuran perdagangan kita seluruhnya?

sumber :
Jan Kompeni “Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602-1799”Jakarta : Sinar Harapan, anggota IKAPI, 1983

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN ILMIAH PROSES PEMBUATAN TAPE KETAN DAN TUAK

Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya, khususnya bagi penulis yang telah mampu menyelesaikan laporan ilmiah yang berjudul ‘’ cara membuat Tape Ketan dan Tuak ’’. Dalam menulis laporan ilmiah ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala – kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Sabaruddin Ahmad S.Pd, selaku guru pembimbing yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga laporan ilmiah ini dapat terselesaikan. Disini kami juga menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan laporan ilmiah ini terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ilmiah ini. Semoga apa yang diharapkan kami, selaku penulis dapat dicapai dengan sempurna. Singkawang, 14 febuari 2013 Penulis  

laporan ilmiah pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan kacang hijau

Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh karena masih banyak para petani yang belum memaksilmalkan pengunaan pupuk kandang ( kotoran sapi). Penulis melakukan penelitian pertumbuhan tanamankacang hijau dengan persentase pupuk kandang yang berbeda-beda. Dari berbagai dasar-dasar teori telah dipaparkan kandungan-kandungan dalam pupuk kandang. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, memang benar bahwa pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau. Dan dari penelitian kami, pupuk kandang yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, dan harus sesuai dengan kondisi tanah, contohnya kalau tanah yang memiliki kadar nutrisinya rendah akan membutuhkan presentase pupuk kandang yang lebih banyak. Bab 1 : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang berperan sebagai produsen di muka bumi ini. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya adalah nutrisi. Salah satu sumber nutrisi adalah pupuk

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME              Gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat. Disamping paskan itu, perjuangan mereka juga didukung oleh seluruh umat Islam di berbagai wilayah setempat yang menjadikan “kekuatan” yang dahsyat sehingga mereka dapat melepaskan diri dari belenggu imperialisme. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam bebrapa bentuk kegiatan, seperti (1) gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata, dan (2) gerakan pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu. Negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitupadatanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh