Niccolò
Machiavelli dan Pengaruhnya Terhadap Renaissance
Daftar Pustaka
Filsuf politik Italia, Niccolò Machiavelli
lahir pada 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum. Pada usia 29
tahun Machiavelli memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence.
Selama 14 tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan
terlibat dalam berbagai misi diplomatic atas namanya, melakukan perjalanan ke
Perancis, Jerman dan di dalam Negri Italia.1
Hasil karyanya yang paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis
1513, dan The Discourses upon the First
Ten Books of Titus Livius. Diantara karya-karya lainya adalah The Art of War (Seni Berperang), A History of Florence (Sejarah Florence)
dan La Mandragola (suatu drama yang
bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi karya pokonya adalah The Prince (Sang Pangeran), mungkin yang
paling brilian yang pernah ditulisnya dan memang paling mudah dibaca dari semua
tulisan filosofis.2
Tidaklah
diragukan Bahwa pemikiran Machiavelli dalam tulisan sejarah yang ditulisnya
yang merupakan karya pesanan, dimaksudkan untuk mengagungkan serta mengabadikan
Florence abad ke-15. Akan tetapi, ia juga mengisi perkerjanya dengan hasil
pengalamanya sendiri dan cap idealismenya yang khas. Seperti humanis lain
sebelumnya, ia mengambil medel sejarawan Roma, dengan melalui penelitian secara
umumdan memperosesnya ke dalam contoh-contoh yang khusus.3
The Prince berusaha menyingkapkan, dari
sejarah dan peristiwa-peristiwa kontemporer, bagaimana Negara-negara dimenangkan,
diselenggarakan dan ambruk. Italia abad ke-15 memperhatikan banyak contoh
semacam ini.4
1Wahjudi, Djaja, 2012, Sejarah Eropa, Yokyakarta : Penerbit Ombak, Halaman 84.
2Ibid. Halaman 84-85.
3Lubis, Nina, 2003, Historiografi Barat, Bandung : CV Satya
Historika, Halaman 56.
4Russel, Bertrand, 2002, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, Halaman 663.
Semua Negara,
semua bentuk kekuasaan, yang pernah memegang dan tengah memegang kekuasaan atas
nasib orang banyak sebelum-sebelumnya ini berbentuk dan sampai sekarang ini
berbentuk baik itu republic atau Negara yang dipimpin oleh pangeran.5
Machiavelli berpendapat bahwa
agama harus ditempatkan secara mulia di dalam Negara, bukan sebagai dasar dari
kebenarannya, tetapi sebuah perekat social: orang-orang Romawi sebenarnya
berpura-pura percaya pada ilmu nujum, dan menghukum mereka yang tidak
mempercayainya. Kritik-kritik Machiavelli terhadap gereja pada saat itu ada dua
: bahwa dengan perilaku jahatnya, gereja telah menghancurkan kepercayaan
religious, dan bahwa kekuasaan temporer para paus, dengan kebijakanya yang
mempengaruhi gereja, menghambat unifikasi Italia.6
“Semakian dekat orang-orang
dengan gereja Roma sebagai pemimpin agama kami, semakin tidak religiuslah
mereka….keruntuhan dan penyucianya berada diambang pintu…. Kita orang-orang
Italia telah menyebabkan gereja Roma dan para Pendetanya menjadi tidak
religious dan jahat ; tetapi kita berhutang banyak kepadanya, dan suatu hal
ynag menimbulkan keruntuhan kita adalah bahwa gereja telah dan tetap saja
memecah belah Negara kita”.7
5 Machiavelli,
Niccolo, 2014, Sang Pangeran (Diterjemahkan
oleh : Noviatri), Jakarta : PT Elex Media Komputiando, Halaman 31.
6 Russel, Bertrand, loc.cit., Halaman 665-666.
7 Ibid,. Halaman
666.
Dalam kutipan diatas terlihat bahwa Machiavelli mulai berani
mengkritik gereja yang tidak bisa dilakukan dengan bebas pada masaa abad
pertengahan. ini menunjukan bahwa Machiavelli telah memasuki suatu zaman baru.
Dalam keyakinan abad pertengahan populer, raja dianggap sebagai kaki tangan Tuhan. Sebaliknya, Machiavelli berpendapat bahwa raja-raja yang paling sukses tidak orang-orang yang bertindak sesuai dengan perintah hukum,
atau keadilan, atau
hati nurani, tetapi mereka bersedia melakukan apa pun yang diperlukan
untuk mempertahankan kekuasaan mereka
sendiri - dan dengan demikian
secara tidak langsung menjaga urutan
negara. Gelarnya, "The Prince," pada kenyataannya, adalah ejekan halus gagasan bahwa penguasa
harus mulia dalam karakter mereka. Implikasi dari gelarnya adalah bahwa ideal
Prince Charming adalah dongeng belaka. Machiavelli
dikucilkan karena mengemban pandangan, tapi argumennya memiliki efek mendalam pada sikap Renaissance terhadap pemerintah. Dalam literatur seperti Renaissance drama, yang
"machiavelle," atau penjahat
Machiavellian, menjadi stereotip penjahat kumis-memutar-mutar - orang
jahat yang muncul untuk menjadi
baik di depan semua teman-temannya
untuk mengkhianati mereka semua lebih efektif. "Machiavellian" menjadi oleh-kata untuk pengkhianatan,
ambisi, dan kekejaman.
Buku “Sang Pangeran” adalah contoh luar biasa dari Humanisme
dan Renaissance. Machiavelli membahas bagaimana Pangeran
harus memiliki kualitas begitu indah. Hal ini berkaitan dengan keyakinan Humanis memandang
sisi yang berbeda dari manusia, baik dan buruk. Ia juga
menyarankan pangeran untuk
berpengetahuan luas dalam berbagai mata pelajaran yang, seperti muncullah istilah Renaissance, adalah bagian besar dari Renaissance keyakinan bahwa
laki-laki harus memiliki kemampuan yang lebih. kita juga akan mencatat bahwa Machiavelli tidak menyebutkan agama sebagai bagian utama dari
menjadi seorang pangeran, hubungan ini dengan
realisasi pemerintahan sekuler yang datang dengan humanisme. Hal ini juga sebuah karya penting dalam hal Renaissance karena itu memberi gambaran
tentang jenis putusan yang ada di negara-kota
Italia selama Renaissance.
Daftar Pustaka
Buku
Lubis, Nina.
2003. Historiografi Barat. Bandung :
CV Satya Historika.
Machiavelli, Niccolo. 2014. Sang
Pangeran (Diterjemahkan oleh : Noviatri). Jakarta : PT Elex Media
Komputiando.
Russel,
Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahjudi, Djaja.
2012. Sejarah Eropa. Yokyakarta :
Penerbit Ombak.
Comments
Post a Comment