Skip to main content

Diplomasi Aceh tahun 1873


Meminta dukungan Khalifah

Pada bulan April 1873 Abd ar-Rahman tiba di Mekah, untuk memperbaharui hubungan lama dan menyampaikan sepucuk surat dari sultan Mahmud yang berisi keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih erat antara Turki dengan Aceh. Ketika mendengar berita bahwa perang telah pecah, Abd ar-Rahman bergegas ke Constantinople bersama Nyak Abas. Ia tiba di ibukota Turki itu pada tanggal 27 April, saat pasukan Belanda baru saja mundur ke kapal-kapal mereka, dan segera pergi ke Porte untuk menemui mentri luar negri, Safvet Pasha.

Abd ar-Rahman berada di Turki pada saat Turki sedang dalam masa tanpa arah, antara saat kematian Grand Vizir All Pasha yang kuat dan modern pada tahun 1871 denggan saat penggulingan sultan Abdul Azis pada tahun 1876.

Didala cabinet Turki perjuangan Aceh didukung oleh Midhat Pasha, tokoh reformasi terkemuka dan pada waktu itu menduduki jabatan mentri kehakimaan, tetapi Midhat tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkanya, bahkan dalam soal Aceh ini. Ketika wakil Belanda untuk Porte, Holdewier, mengirimkan telegram ke Den Haag melaporkan Turki bahwa tertarik pad aide penengah, cabinet di Deh hag terkejut. Gericke menkankan bahwa perang dilancarkan untuk tujuan jangan ada kekuatan asing yang masuk di wilayah kepulawan itu, dan bahwa akan membahayakan bila kekuatan asing masuk, palagi Turki.

Duta besar Rusia, Ignative, mencoba meyankinkan Porte bahwa Inggris dan Belanda akan sangat marah akan campur tangan Turki di Sumatra, dan karena dukungan Inggris yang tak kunjung datang, Safet Pasha mengubah haluan. Ia berjanji kepada Heldewier 15 mei bahwa Turki tidak akan menawarkan peran penegah. Tetapi Safet Pasha digantikan oleh Rashid Pasha.


Abd ar-Rahman tetap bertahan di Constantinopel, berusaha sekuat tenaga untuk dapat bertemu dengan sultan Abdul Azis, atau setidak-tidaknya untuk memperoleh bintang penghargaan bagi dirinya sendiri dan bagi sultanya. Pada 18 Desember Abd ar-Rahman betolak dengan menumpang kapal menuju Mekah dan Straits.

Dewan Delapan

Memasuki bulan September 1873, sebuah kelompok yang terdiri dari delapan orang mulai menandatangani surat-surat bersama dan bertemu secara teratur dalam sebuah komite dibawah Teuku Ibrahim sebagai ketua. Kelompk ini berperan sebagai penyalur upaya-upaya Aceh sampai pertengahan tahun 1874. Lima anggota lain dari dewan itu terdiri dari dua orang Aceh, Nyak Abu dan Panglima Perang Haji Yusuf, dan dua orang Muslim India kelahiran Penang, Gullahmeidin dan Umar, dan satu orang Arab kelahiran Penang, Shaikh Kassim. Meski banyak dari apa yang dilakukan Dewan Delapan dapat disebut diplomasi, namun berberapa di antaranya tidak lebih dari propaganda semata yang dirancang untuk mengajak sesame Muslim untuk ikut berperang melawan Belanda.

Simpatisan dari Eropa

Orang yang paling terbuka dari semua orang yang bersimpati kepada Aceh adalah seorang berjiwa perjuang dari Scoltlandia bernama Stuart Herroit. Selama dua tahun perperangan , Herroit berkerja sama dengan tokoh-tokoh Aceh di Penang, terutama dalam pendekatan-pendekatan diplomasi.

Semua orang Eropa terlibat langsung dalam perang itu dipihak Aceh. Sebagian besar “Rice Muslim” awak kapal yang diberhentikan di Singapura atau Penang tampa bekal untuk menyambung hidup atau tampa teman di kalangan orang Eropa. Pada waktu perang pecah ada setidak-tidaknya empat orang muslim Eropa yang menetap di Aceh, dua diantaranya, Thepaen, seorang Belanda, dan seorang Nowergia, Swendesen. Seorang Amerika yang lebih menampakan kejujuran dalam menjalankan Kepercayaan yang baru dimasukinya itu adalah F.J. Sheppard, yang sudah pernah pergi ke Mekah. Seorang Muslim Amerika lagi, Thomas Carr. Disamping itu, ada sejumlah perwira di Aceh yang bertugas membantu Aceh.

Umumnya dukungan material orang-orang ini bagi perjuangan Aceh tidak berati, tetapi teladan bagi mereka banyak sekali mengurangi dampak dari isolasi diplomatic atas Aceh pada semangatnya.

Inggris

Sultan Mahmud pertama-tama meminta bantuan kepada Straits untuk melawan Belanda pada Oktober 1871 setelah Belanda campur tangan di Idi. Pada Maret 1872 kementrian kolenel memveto rancangan Anson untuk mengirimkna utusan ke Aceh, dan memerintahkan kepada Sir Harry Ord untuk menjawab bahwa Inggris tidak dapat campur tangan.

Perancis

Sultan Mahmud benar-benar menulis surat kepada konsul Perancis di Singapura untuk meminta bantuan. Tetapi pada tahuan 1873, perancis yang tidak ingin merusak hubunganya dengan Belanda. Surat itu tidak dijawab Perancis, sebagai tanda itikat baik pada Belanda.

Amerika

Hubungan politik dengan Amerika Serikat baru dimulai hanya ketika Pnglima Tibang mendapat sambutan hangat, yang tidak dikiranya sebelumnya, dari Major Studer pada januari. Ketika Tibang diiringi oleh kekuatan ekspedisi Belanda tiba kembali ke Aceh. Sultan mengirim sepucuk surat kepada Studer, yang dibawa dua utusan yang bergerak pada waktu malam dengan sebuah perahu kecil. Mereka Thamby Meidln Shah, dan jhon Swendsen, orang Nowergia dari simpang Ulim. Setelah sampai di Simpang Ulim, mereka dikirim dengan sebuah Schooner menuju Penang oleh Teuku Muda Nyak Malim, yang juga mengirimkan suratnya sendiri menawarkan lada miliknya kepada orang amerika itu.

Surat Sultan itu, yang mendesak Studer untuk mengusir armada Belanda dari Aceh dan menjajikan sebagai imbalan bahwa Aceh akan menerima barang-barang dagangan Amerika, sampai di Singapura pada tanggal 28 April. Sebagian besar keyakinan ini sirna pada bulan Januari ketika Ibrahim mendengar jawaban Amerika dari Studr dan ia kembali dengan pedih hati ke Penang. Bahkan saat seperti itu ia pun tetap berbesar hati karena … Amerika tidak sepenuhnya meninggalkan Aceh, karena ada kemungkinan amerika membuka kembali perundingan.

Propaganda dari Singapura

Para pendukung teguh Aceh juga dapat ditemukan din Singapura, Singapura tidak memiliki koloni Aceh dan tidak memiliki perdagangan langsung dengan Aceh. Perasaan sakit hati pada Belanda, yang tampaknya telah dirasakan oleh penduduk Muslim di situ sejak awal perang, hal ini semata-mata disebabkan oleh Agama dan Politik.

Ketika berita bahwa Belanda telah menyatakan perang sampai di Singapura, berita itu dengan segera menimbulkan rasa simpati dikalangan orang arab di situ. Pusat dari semua orang yang bersimpati kepa Aceh ini adalah sebuah masjid yang dirawat oleh keluarga al-Sagoff Kampong Glam. Keluarganya adalah keluarga muslim yang kaya dan berpengaruh di Singapura.

Desus-desus mengenai kemungkinan perlawanan terhadap Belanda terus dilaporkan, terutama oleh konsul Jendral di Singapura, namun tidak ada perlawanan.

5 Harapan bagi Perdamaian 1874-1878

Penaklukan Aceh oleh Van Swieten

Orang Aceh menolak semua upaya Van Swieten untuk mengadakan perundingan dengan mereka, sampai-sampai mereka bahkan membunuh utusan pertama yang dikirim Van Swieten kepada mereka. Ia bukan orang yang suka melakukan serangan, namun dia juga bukan seseorang yang memiliki cukup rasa kenegrawanan untuk memperhitungkan kebanggan nasional yang jelas-jelas tengah dihadapinya di Aceh. Justru sebaliknya, ia menyerah pada keinginan untuk meletakan penaklukan itu pada landasan yang permanen yang akan memungkinkanya untuk membuat pengumuman bahwa tugasanya telah selesai. Pada tanggal 31 Januari 1874, ia mengumumkan Aceh sebagai bagaian dari Hindia Belanda atas dasar hak pemenang perang.

Ia kemudian mengambil langkah terakhir yakni mengumumkan bahwa Pemerintahan Hindia Belanda telah menggantikan kedudukan Sultan, dan bahwa pemimpin setempat yang tidak mengakui hal ini dalam waktu satau bulan akan dinyatakan dipecat dari kedudukanya.

Clark menewarkan diri sebagai penengah

Setelah mendapat laporan tentang Abd al-Rahman dari Mahraja dan jaksa Agung, Branddel, Clarke mengumumkan bahwa ia bersedia bertemu dengan utusan Aceh itu. Mendengar ini, konsul jendral Belanda segera menghubungi Gubernur itu, Clarke kemudian melaporkan bahwa Read ingin sekali mengetahui apakah pemerintah Straits dapat diyakinkan untuk mengambil manfaat dari kehadiran Abd ar-Rahman untuk campur tangan demi perdamaiyan. Ia berhasil meyakinkan Clarke bahwa Belanda akan menyambut baik peran Inggris sebagai penengah, karena, pemertintah sipil, dan terutama Gubernur Jendral Hindia Belanda yang sekarang, benar-benar sudah jatuh dengan semua persolaan inindan tidak terlalu yakin mengenai hasilnya.

Pendapat di Belanda

Sikap Belanda mengenai peran menengah oleh pihak ketiga telah ditentukan saat pertama kalinaya peran itu diusulkan dalam kaitan dengan intervesi Turki usul ini ditolak dengan tegas.sikap resmi Belanda mengenai peran menengahi karena itu cukup jelas, dan tidak ada keraguan lagi bahwa banyak orang Belanda yang tidak setuju dengan pendapat resmi tersebut.

Inilah akhir dari pemikiran mengenai peran penengah itu, Whitehall, karena pemerintah tidak bersedia mengambil langkah menawarkan hal itu karena adanya rasa btidak suka dala kalangan tertentu di Belanda.

Pendapat di Aceh

Tidak ada keputusan yang diambil sampai bulan April, ketika Shaikh Ahmad dan Teuku Paya tiba dari Penang, pada 2 april kedua orang ini menghadiri pertemuan penting di Johor dengan Abd ar-Rahman, Maharaja dan seketarisnya berkebangsaan Inggris (Hole), Sayyid dan Nyak Abas, teman seperjalanan Abd ar-Rahman di Turki, semua terpaksa menyetujui bahwa satu-satunya langkah yang dapat diambil adalam mencoba merundingkan sebuah perjanjian perdamaiyan.

Pada hari setelah pertemuan penting di Johor itu, Shaikh Ahmad dan Nyak Abas bertolak untuk mencoba meyakinkan masarakat Aceh di Penang untuk bersikap lebih mau menerima kompromi, dan meninggalkan Teuku Paya di Johor. Sebuah perjanjian yang dirundingkan dengan penuh harga diri Aceh daripada kebijakan menyerhakan diri begitu saja yang dianjurkan Raja Bendahara. Shaikh Ahmad segera meneruskan mandate Pnglima Polem itu ke Johor, disertai dukunganya.

Merasa semakin terdesak, Abd ar-Rahman kemudian mengadakan kepada para penjabat Inggris bahwa ia bersedia bahkan untuk berunding dengan komandan Belanda di Aceh. Salah satu sarat-sarat yang sebelumnya ditolak oleh Aceh, karena dianggap berati bahwa Aceh menyerahkan diri tampa sarat.

Upaya Abd al-Rahman mewujudkan perdamaiyan

Abd al-Rahman Mencoba mendapatkan dukungan dari Inggris untuk rencananya pergi ke Aceh. Abd al-Rahman bergegas berangkat dari Johor untuk menemuinya, tetapi ternyata jendral itu telah bertolak, meski ia sudah menyatakan bahwa ia bersedia bertemu dengan Abd al-Rahman. Meski merasa kecewa, utusan Aceh itu kembal, Ia mengajukan tawaran kepada Wakil Konsul Belanda.

Perang di Aceh, 1875-178

Panglima Polem tidak turut dalam merancang serangan-serangan atas Belanda setelah pertemuan pada bulan April 1874. Bersama dengan Tuanku Hasim, ia memperkuat Lueng Bata , sebuah kampong yang penting dekat Banda Aceh. Ketika kampong ini jatuh ke tangan Jendral Pel dalam sebuah pertemuan besar pada bulan Desember 1874, Panglima Polem mengundurkan diri ke mukmimnya, XXII Mukim. Pemimpin-pemimpin baru maju ke muka, diantaranya Imam Lueng Bata, Teuku Muda Baet, dan Teuku Chik Lamngoh. Didorong oleh tidak adanya inisiatif dari pihak Belanda, orang-orang ini berhasil pada bulan September 1875 membentuk kembali pasukan yang cukup besar di Aceh Besar.

Kebijakan Jendral Van Swietan, yang dipertahankan dengan mati-matian di Belanda oleh Fransen Van Swieten, adalam menolak setiap langkah untuk memperluas perang itu sampai ke pedalaman. Sementara itu Jendral Pel disibukkan pada awalanya oleh upaya-upaya untuk mendapat jalan mesuk ke pantai. Kebijakan yang lebih agresif dimulai pada tahun 1857 dikatakan oleh banyak orang disebabkan oleh Mentri Van Goltstein yang konservatif dan Gubenur Jendralanya Van Lansberge.

Kembali ke Aceh pada November 1875 dengan pasukan tambahan yang cukup besar, Pel sudah hampir selesai dengan masa tugasnya ketika ia meninggal pada Febuarai 1876. Gerakan pasuka dihentikan oleh pengantinya Wiggers van Kerchem, tetapi orang Aceh sudah menderita kekalahan yang besar dan kehilangan sebagian besar dari XXV Mukim, yang jatuh ke tangan Belanda. Abd Ar-rahman disambut dengan rasa suka cita, orang-orang Aceh bersemangat mendukungnya mengharapkan Abd Ar-rahman dapat menyelamatkan mereka dari Belanda.

Para panglima Sagi memberikan wewenang untuk memutuskan cara melancarkan perang, ketika Abd Ar-rahman ia tiba di Aceh Besar pada Juli 1876 sebagian besar Ullebalang masih mendukungnya, panglima Polem, Teuku muda baet, Imam luweng bata, dan Teuku paya. Raja Giegieng bergabung dengan Abd Ar-rahman di Aceh Besar mendukung upaya-upaya mempersatukan rakyat Aceh.

Saingan yang tagguh Teuku pakeh yang akhirnya menyerah pad Belanda 1876 mendukung Abd Ar-rahman dengan uang dan pembekalan. Sementara Abd Ar-rahman mencoba memperkokoh posisinya di Aceh pihak Belanda mulai melancarkan serangan. Tujuan Pel tercapai pada awal tahun 1877 di bawah Jendral Diemont. Pertempuran paling sengit terjadi pada tangal 30 Januari di Lambada di Sungai Kutaraja tempat Teuku paya memimpin pertahanan kampungnya tetapi dia kalah.

Sampai saat itu perang telah menghabiskan 70juta golden bagi Belanda dan pemerintah Belanda menolak untuk menyerang lebih lanjut. Abd Ar-rahman sadar bahwa sia-sia menyerang Belanda tetapi ia masih kekurangan dukungan untuk menawarkan perdamaian. Ia akhirnya melancarkan serangan pada Juni 1878, sementara gubernur jendral memimpin ekspedisi di pantai utara pasukan Abd Ar-rahman menyerang posisi-posisi Belanda xxvl mukim, mengepung krueng raba dan mengacau wilayah pinggir Kutaraja.

Panlasberg pada tanggal 23 juli memulai serangan melalui sungai Aceh dan menghalau orang aceh kembali ke markas besar mereka seperti benteng Limon Tassyek dan benteng ini jatuh pada tanggal 28. Abd Ar-rahman kemudaian sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada masa depan baginya di Aceh. Dia dan Teuku muda Baet menyerah di Kutaraja pada 13 oktober 1978.

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN ILMIAH PROSES PEMBUATAN TAPE KETAN DAN TUAK

Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya, khususnya bagi penulis yang telah mampu menyelesaikan laporan ilmiah yang berjudul ‘’ cara membuat Tape Ketan dan Tuak ’’. Dalam menulis laporan ilmiah ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala – kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Sabaruddin Ahmad S.Pd, selaku guru pembimbing yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga laporan ilmiah ini dapat terselesaikan. Disini kami juga menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan laporan ilmiah ini terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ilmiah ini. Semoga apa yang diharapkan kami, selaku penulis dapat dicapai dengan sempurna. Singkawang, 14 febuari 2013 Penulis  

laporan ilmiah pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan kacang hijau

Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh karena masih banyak para petani yang belum memaksilmalkan pengunaan pupuk kandang ( kotoran sapi). Penulis melakukan penelitian pertumbuhan tanamankacang hijau dengan persentase pupuk kandang yang berbeda-beda. Dari berbagai dasar-dasar teori telah dipaparkan kandungan-kandungan dalam pupuk kandang. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, memang benar bahwa pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau. Dan dari penelitian kami, pupuk kandang yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, dan harus sesuai dengan kondisi tanah, contohnya kalau tanah yang memiliki kadar nutrisinya rendah akan membutuhkan presentase pupuk kandang yang lebih banyak. Bab 1 : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang berperan sebagai produsen di muka bumi ini. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya adalah nutrisi. Salah satu sumber nutrisi adalah pupuk

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME              Gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat. Disamping paskan itu, perjuangan mereka juga didukung oleh seluruh umat Islam di berbagai wilayah setempat yang menjadikan “kekuatan” yang dahsyat sehingga mereka dapat melepaskan diri dari belenggu imperialisme. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam bebrapa bentuk kegiatan, seperti (1) gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata, dan (2) gerakan pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu. Negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitupadatanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh