IV-1 Banten-Mataram, 1646M-1652M
Selama enam tahun pemerintahannya, Sunan tidak merasa senang terhadap Banten karena Banten tidak mau memandang dirinya rendah dari Mataram. Sultan Banten dan putra mahkota membagi-bagikan senapan kepada penduduk lelaki yang berusia di atas tujuh tahun untuk menghadapi Mataram apabila Mataram hendak memerangi Banten. Sunan mencurigai orang-orang Banten dan ia merasa khawatir akan diserang dari kiri dan kanan karena Bali merupakan musuh bebuyutannya. Keadaan yang mengancam ini membuat Banten bersikap hati-hati dan Banten mengantar perutusan ke Mataram sekitar tahun 1648M-1649M. Untuk hubungan Mataram dengan Banten, Sunan memakai kaki tangannya di Cirebon.
Selama enam tahun pemerintahannya, Sunan tidak merasa senang terhadap Banten karena Banten tidak mau memandang dirinya rendah dari Mataram. Sultan Banten dan putra mahkota membagi-bagikan senapan kepada penduduk lelaki yang berusia di atas tujuh tahun untuk menghadapi Mataram apabila Mataram hendak memerangi Banten. Sunan mencurigai orang-orang Banten dan ia merasa khawatir akan diserang dari kiri dan kanan karena Bali merupakan musuh bebuyutannya. Keadaan yang mengancam ini membuat Banten bersikap hati-hati dan Banten mengantar perutusan ke Mataram sekitar tahun 1648M-1649M. Untuk hubungan Mataram dengan Banten, Sunan memakai kaki tangannya di Cirebon.
IV-2 Perutusan Banten yang Pertama, 1650M
Sunan mengatakan bahwa ia akan saling menukar perutusan agar Banten mengirim utusan ke Mataram sebagai pertuanan yang harus disembah. Perutusan Mataram yang kembali ke Mataram turut diikuti oleh utusan dari Banten. Setelah menunggu yang agak lama di Semarang selama setengah bulan, mereka disambut dengan baik di rumah Mantri Wirakarta namun para utusan tetap berwaspada. Akhirnya datang utusan dari Tumenggung Singaranu dimana mereka disambut dengan ramah dikediaman patih tersebut. Setelah selesai mereka kembali ke penginapan dan menghadiri pertandingan gada berkuda dimana mereka tercenggang dengan penduduk Mataram yang ramai. Mereka juga tidak dibenarkan menghadap Sunan karena mereka dianggap mempunyai pangkat yang terlalu rendah namun rupaya Singaranu hanya menakuti saja dimana keesokkan harinya para utusan tersebut mereka diterima dengan khidmat oleh Sunan. Setelah pulang ke Banten, mereka segera menghadap Sultan mereka.
IV-3 Pagarage, 1650M
Dua tahun kemudian, terjadi percobaan Cirebon untuk menakluki Banten dikarenakan utusan Cirebon datang ke Banten dalam usaha untuk membujuk Sultan Banten pergi ke Mataram bersama Cirebon untuk menghadap Sunan Mataram. Sultan Banten enggan mengakui raja diatasnya selain Sultan Mekah. Mereka lantas pulang ke Cirebon yang menyebabkan para pembesar marah karena malu kepada Tumenggung Singaranu. Di Banten, orang-orang siap melakukan peperangan walaupun jumlah mereka sedikit. Terjadi kekalahan di pihak Cirebon karena Senapati Ngabei Panjangjiwa menyerahkan diri tanpa perlawanan. Lima puluh kapal Cirebon dirampas dan para awak kapal dibunuh meskipun telah mendapat ampun dan kepala mereka dibawa ke Banten.
IV-4 Pembalikan Politik, 1652M
Sunan berencana melakukan peperangan dengan Banten, namun para pemuka agama menasihati Sunan seperti mana yang diamanatkan Sultan Agung bahwa harus melakukan peperangan terhadap Blambangan terlebih dulu baru memikirkan penyerangan kaum seagama di Banten. Golongan pemuka agama telah bangkit kembali dan memelopori politik. Namun Sunan tidak menghiraukan malah ia memerintahkan pembuatan meriam dan senapan serta membuat uji coba ke atas meriam Jawa yang menggunakan peluru Belanda namun terjadi kekacauan. Sesudah peristiwa itu, badan Sunan dipenuhi bisul yang bernanah dan membatalkan niatnya. Ia memerintahkan para pemuka mendoakan dirinya dan dalam sepuluh hari ia sembuh. Sejak itu, Pangeran Purbaya dihormati dan dipandang sebagai orang keramat oleh Raja. Sejak itu, hubungan antara Mataram dan Banten bertambah baik.
IV-5 Perpecahan dalam Persahabatan Banten-Mataram,1656M
Susuhunan sedang mencarikan dua gadis untuk putranya dan untuk itu mungkin 100 gadis dibawa untuk dipilih, dan secara diam-diam akan ditolak gadis-gadis dari Banten, karena Sunan ingin memilih dari warganya sendiri. Hubungan antara Banten dan Mataram retak apabila Sunan yang mengutus Tumenggung Pati ke Banten untuk mengantar hadiah kepada Sultan. Hadiah mempunyai arti yang kurang menyenangkan bagi orang Banten. Sultan Banten menjawab dan dipandang sebagai sindiran terhadap kekurangan kesalehan Sunan.
IV-6 Perutusan Banten yang Kedua, 1657M
Tegangnya hubungan antara Mataram dan Banten itu tampak dari tibanya di Juwana tujuh perahu tempur Banten yang kuat dan dipersenjatai, berikut 2 orang utusan dari Kiai Mongjaya, yang membawa sepucuk surat dan hadiah kecil berupa dua gobar. Sebuah tasbih dari batu akik, dan beberapa ekor ayam jago serta burung. Mereka memohon dua lanang (perahu perang) untuk sultan mereka guna memelihara persahabatan yang baik. Tasbih yang dihadiahkan tersebut mengandung sindiran supaya Sunan menempuh jalan yang lebih lurus. Kedua lanang yang diminta tidak diberikan, sebab semua lanang termasuk milik Sunan.
IV-7 Sebab-sebab Perang Mataram dengan Banten
Sebagai alasan untuk berperang, Sunan kemudian menyatakan bahwa ia tidak tahan melihat kesombongan orang Banten. Raja merasa sangat tersinggung karena pelanggaran yang dilakukan Banten terhadap rakyat Mataram. Mereka membunuh rakyatnya di negaranya sendiri. Tetapi atas nasihat Tumenggung Pati, ia akan memberitahukan rencananya tersebut ke pihak Belanda terlebih dahulu dan tanpa persetujuan batavia tidak mungkin dapat diadakan serangan terhadap Banten. Sunan ingin supaya Banten menjadi kerajaan taklukannya. Kepala daerah Semarang menyita dua perahu Banten, dan kemudian menyuruh para penumpangnya pulang kembali, setelah disediakan bagi mereka sebuah perahu tua dengan sedikit air dan beras dengan menyampaikan pesan kepada Sultan bahwa bentengnya akan dihancurkan jika Sultan tidak datang untuk memberi sembah kepada Sunan.
IV-8 Ekspedisi ke Karawang, 1657M-1658M
Terjadilah pembersihan orang Banten di pantai utara sampai Karawang. Tahap berikutnya adalah perintah kepada empat penguasa pantai untuk berlayar ke Sungai Craoan (Karawang) dengan menggunakan enam perahu yang dipersenjatai dengan kuat dan memastikan bahwa tiada kapal-kapal Banten di sana. Untuk itu akan dipersiapkan perahu-perahu di pelabuhan-pelabuhan Juwana dan Jepara. Armada dari Juwana bergabung dengan armada Jepara, mereka bergerak menuju Jepara. Setiap kapal dipersenjatai senapan dan tombak. Dalam waktu pendek, ekspedisi mereka terlambat dilancarkan dikarenakan masuk campur Kompeni yang mencegah peperangan antara Mataram dan Banten. Angkatan darat juga mengalami masalah apabila mereka lambat melakukan penyebrangan ke Citarum, selain kekurangan bahan makanan dan penyakit menjadi penyebab keterlambatan Sebaliknya, Sunan mengizinkan lagi orang Banten untuk masuk ke pelabuhan-pelabuhannya, asalkan mereka tidak menganggu perahu warganya yang berdagang di Batavia.
IV-9 Perundingan-perundingan Perdamaian, 1659M
Sunan telah membuat langkah pertama agar rukun kembali dengan Banten dan Kompeni dengan mengirimkan hadiah atas nama putranya karena apabila ditolak, Sunan tidak merasa dihina. Mataram mengirimkan dua ekor kuda dan sepucuk surat dimana Kompeni membalas perbuatan yang sama untuk menyenangkan Sunan. Sementara, Mataram mengirim tujuh ekor kuda dan sepucuk surat yang berisikan gugatan antaranya dengan menyatakan bahwa selama perang beberapa perahu telah disita Kiai Aria dan juga sebaliknya isi dari surat Banten. Untuk menunjukkan rasa hormat, Sunan mengirimkan gong ke Mataram.
IV-10 Hubungan dengan Bali
Sejak ekspepedisi ke Blambangan, tidak pernah ada lagi hubungan baik dengan Bali dimana Raja ingin memblokade Bali. Sunan marah apabila mengetahui bahwa orang Cina tidak mengangkut beras ke Batavia tetapi ke Bali. Dibuat persiapan untuk melancarkan peperangan dengan Bali dimana Sunan pernah meminta untuk meminjam dua kapal perang namun ditolak. Mataram dan Palembang untuk melancarkan perang terhadap Bali. Orang Bali telah merampas kapal Makassar yang digunakan untuk mengirim utusan ke Jepara dan mereka juga menyerbu Pasuruan, membakar rumah serta membunuh penduduknya. Orang Banten dan Makassar membuat perlengakapan baru dan perundingan untuk menyerang Bali.
Sunan mengatakan bahwa ia akan saling menukar perutusan agar Banten mengirim utusan ke Mataram sebagai pertuanan yang harus disembah. Perutusan Mataram yang kembali ke Mataram turut diikuti oleh utusan dari Banten. Setelah menunggu yang agak lama di Semarang selama setengah bulan, mereka disambut dengan baik di rumah Mantri Wirakarta namun para utusan tetap berwaspada. Akhirnya datang utusan dari Tumenggung Singaranu dimana mereka disambut dengan ramah dikediaman patih tersebut. Setelah selesai mereka kembali ke penginapan dan menghadiri pertandingan gada berkuda dimana mereka tercenggang dengan penduduk Mataram yang ramai. Mereka juga tidak dibenarkan menghadap Sunan karena mereka dianggap mempunyai pangkat yang terlalu rendah namun rupaya Singaranu hanya menakuti saja dimana keesokkan harinya para utusan tersebut mereka diterima dengan khidmat oleh Sunan. Setelah pulang ke Banten, mereka segera menghadap Sultan mereka.
IV-3 Pagarage, 1650M
Dua tahun kemudian, terjadi percobaan Cirebon untuk menakluki Banten dikarenakan utusan Cirebon datang ke Banten dalam usaha untuk membujuk Sultan Banten pergi ke Mataram bersama Cirebon untuk menghadap Sunan Mataram. Sultan Banten enggan mengakui raja diatasnya selain Sultan Mekah. Mereka lantas pulang ke Cirebon yang menyebabkan para pembesar marah karena malu kepada Tumenggung Singaranu. Di Banten, orang-orang siap melakukan peperangan walaupun jumlah mereka sedikit. Terjadi kekalahan di pihak Cirebon karena Senapati Ngabei Panjangjiwa menyerahkan diri tanpa perlawanan. Lima puluh kapal Cirebon dirampas dan para awak kapal dibunuh meskipun telah mendapat ampun dan kepala mereka dibawa ke Banten.
IV-4 Pembalikan Politik, 1652M
Sunan berencana melakukan peperangan dengan Banten, namun para pemuka agama menasihati Sunan seperti mana yang diamanatkan Sultan Agung bahwa harus melakukan peperangan terhadap Blambangan terlebih dulu baru memikirkan penyerangan kaum seagama di Banten. Golongan pemuka agama telah bangkit kembali dan memelopori politik. Namun Sunan tidak menghiraukan malah ia memerintahkan pembuatan meriam dan senapan serta membuat uji coba ke atas meriam Jawa yang menggunakan peluru Belanda namun terjadi kekacauan. Sesudah peristiwa itu, badan Sunan dipenuhi bisul yang bernanah dan membatalkan niatnya. Ia memerintahkan para pemuka mendoakan dirinya dan dalam sepuluh hari ia sembuh. Sejak itu, Pangeran Purbaya dihormati dan dipandang sebagai orang keramat oleh Raja. Sejak itu, hubungan antara Mataram dan Banten bertambah baik.
IV-5 Perpecahan dalam Persahabatan Banten-Mataram,1656M
Susuhunan sedang mencarikan dua gadis untuk putranya dan untuk itu mungkin 100 gadis dibawa untuk dipilih, dan secara diam-diam akan ditolak gadis-gadis dari Banten, karena Sunan ingin memilih dari warganya sendiri. Hubungan antara Banten dan Mataram retak apabila Sunan yang mengutus Tumenggung Pati ke Banten untuk mengantar hadiah kepada Sultan. Hadiah mempunyai arti yang kurang menyenangkan bagi orang Banten. Sultan Banten menjawab dan dipandang sebagai sindiran terhadap kekurangan kesalehan Sunan.
IV-6 Perutusan Banten yang Kedua, 1657M
Tegangnya hubungan antara Mataram dan Banten itu tampak dari tibanya di Juwana tujuh perahu tempur Banten yang kuat dan dipersenjatai, berikut 2 orang utusan dari Kiai Mongjaya, yang membawa sepucuk surat dan hadiah kecil berupa dua gobar. Sebuah tasbih dari batu akik, dan beberapa ekor ayam jago serta burung. Mereka memohon dua lanang (perahu perang) untuk sultan mereka guna memelihara persahabatan yang baik. Tasbih yang dihadiahkan tersebut mengandung sindiran supaya Sunan menempuh jalan yang lebih lurus. Kedua lanang yang diminta tidak diberikan, sebab semua lanang termasuk milik Sunan.
IV-7 Sebab-sebab Perang Mataram dengan Banten
Sebagai alasan untuk berperang, Sunan kemudian menyatakan bahwa ia tidak tahan melihat kesombongan orang Banten. Raja merasa sangat tersinggung karena pelanggaran yang dilakukan Banten terhadap rakyat Mataram. Mereka membunuh rakyatnya di negaranya sendiri. Tetapi atas nasihat Tumenggung Pati, ia akan memberitahukan rencananya tersebut ke pihak Belanda terlebih dahulu dan tanpa persetujuan batavia tidak mungkin dapat diadakan serangan terhadap Banten. Sunan ingin supaya Banten menjadi kerajaan taklukannya. Kepala daerah Semarang menyita dua perahu Banten, dan kemudian menyuruh para penumpangnya pulang kembali, setelah disediakan bagi mereka sebuah perahu tua dengan sedikit air dan beras dengan menyampaikan pesan kepada Sultan bahwa bentengnya akan dihancurkan jika Sultan tidak datang untuk memberi sembah kepada Sunan.
IV-8 Ekspedisi ke Karawang, 1657M-1658M
Terjadilah pembersihan orang Banten di pantai utara sampai Karawang. Tahap berikutnya adalah perintah kepada empat penguasa pantai untuk berlayar ke Sungai Craoan (Karawang) dengan menggunakan enam perahu yang dipersenjatai dengan kuat dan memastikan bahwa tiada kapal-kapal Banten di sana. Untuk itu akan dipersiapkan perahu-perahu di pelabuhan-pelabuhan Juwana dan Jepara. Armada dari Juwana bergabung dengan armada Jepara, mereka bergerak menuju Jepara. Setiap kapal dipersenjatai senapan dan tombak. Dalam waktu pendek, ekspedisi mereka terlambat dilancarkan dikarenakan masuk campur Kompeni yang mencegah peperangan antara Mataram dan Banten. Angkatan darat juga mengalami masalah apabila mereka lambat melakukan penyebrangan ke Citarum, selain kekurangan bahan makanan dan penyakit menjadi penyebab keterlambatan Sebaliknya, Sunan mengizinkan lagi orang Banten untuk masuk ke pelabuhan-pelabuhannya, asalkan mereka tidak menganggu perahu warganya yang berdagang di Batavia.
IV-9 Perundingan-perundingan Perdamaian, 1659M
Sunan telah membuat langkah pertama agar rukun kembali dengan Banten dan Kompeni dengan mengirimkan hadiah atas nama putranya karena apabila ditolak, Sunan tidak merasa dihina. Mataram mengirimkan dua ekor kuda dan sepucuk surat dimana Kompeni membalas perbuatan yang sama untuk menyenangkan Sunan. Sementara, Mataram mengirim tujuh ekor kuda dan sepucuk surat yang berisikan gugatan antaranya dengan menyatakan bahwa selama perang beberapa perahu telah disita Kiai Aria dan juga sebaliknya isi dari surat Banten. Untuk menunjukkan rasa hormat, Sunan mengirimkan gong ke Mataram.
IV-10 Hubungan dengan Bali
Sejak ekspepedisi ke Blambangan, tidak pernah ada lagi hubungan baik dengan Bali dimana Raja ingin memblokade Bali. Sunan marah apabila mengetahui bahwa orang Cina tidak mengangkut beras ke Batavia tetapi ke Bali. Dibuat persiapan untuk melancarkan peperangan dengan Bali dimana Sunan pernah meminta untuk meminjam dua kapal perang namun ditolak. Mataram dan Palembang untuk melancarkan perang terhadap Bali. Orang Bali telah merampas kapal Makassar yang digunakan untuk mengirim utusan ke Jepara dan mereka juga menyerbu Pasuruan, membakar rumah serta membunuh penduduknya. Orang Banten dan Makassar membuat perlengakapan baru dan perundingan untuk menyerang Bali.
Ngak ngira ada cerita seperti ini civil fibuat sinetron
ReplyDelete