XIII-1 Penangkatan Kiai Wiradika, Februari 1666M
Pengangkatan Kiai Wiradika sangat cocok karena sebelum menjabat pekerjaan barunya, ia merupakan penjaga perisai indah, ikut serta dalam perutusan selain anaknya dijadikan selir oleh Sunan dan mempunyai seorang putra. Ia ditempat tinggal di istana yang diperuntukan untuk kepala istana. Residen menyampaikan salam dan hadiah kepadanya dan ia diberi beban tugas yang banyak yang dibantu oleh empat pejabat-pedagang yang berkuasa yaitu Martisedana, Encik Jepara, Mirmagati, dan Encik Sulon.
XIII-2 Desakan Kiai Wiradika supaya Dikirimkan Perutusan, 1666-1667M
Beberapa kali Kiai Wiradika memohon Kepada Yang Mulia supaya dikirimkan baginya pakaian yang indah atau barang lain yang patut dipersembahkan kepada Sunan. Ngabei Wiradika akan dihargai oleh Keraton jika ia berhasil mengatur hubungan dengan Kompeni dan membawa keuntungan bagi Sunan. Suatu permintaan langsung mengenai pengiriman perutusan berikut hadiah-hadiah termuat dalam suratnya dari Istana, yang diterima di Batavia. Kompeni tidak akan mengirim utusan jika pihak istana tidak mengormati dan melayani mereka dengan baik. Sunan bukan menghendaki hadiah, melainkan pernyataan penghormatan. Desas-desus penutupan pelabuhan terdengar dikarenakan tiadanya duta datang dari Batavia. Penutupan pelabuhan sama sekali tidak terjadi karena ia hanya gertakan kosong. Akhirnya, Kompeni sudah memutuskan untuk mengirim sebuah perutusan ke istana Mataram yaitu Zacharias Wagenaer sebagai duta.
XIII-3 Perutusan Wagenaer, 1667M
Wagenaer berangkat ke Istana dengan membawa hadiah-hadiah yang banyak seperti kesturi dan rempah-rempah dan juga membawa sebuah peti yang berisikan pakaian yang bagus untuk pengawal pribadinya yang diikut sertakan residen Jepara Jurriaen Propheet, wakil dagang Jan de Harde, dan asisten Joannes Pit. Hadiah-hadiah tersebut tidak akan diberikan sebelum mendapat ketegasan dari Sunan untuk memperlakukan mereka dengan baik dan Kompeni mengharapkan hadiah balasan kuda, gula putih dan hitam, serta kayu. Menurut pihak keraton, hadiah yang dibawa terlalu sedikit dan K. Wiradika meminta agar hadiah tersebut ditambah untuk menghilangkan keresahan hati raja. Ngabei Wiradika ditangkap dan dipecat karena menyalahkan kekuasaan di Jepara.
XIII-4 Desakan supaya Diadakan Perutusan Baru, 1668M
Sunan mengusulkan bahwa perlu perutusan yang baru dari pihak Kompeni yang datang ke Mataram. Perutusan dilakukan untuk membicarakan hal ini ke residen dimana residen tidak berani menjamin Batavia akan mengirim utusan walaupun dia menulis surat. Akhirnya surat itu tiba di Batavia yang ditulis oleh Sunan kepada Gubernur Jenderal dimana Sunan meminta perutusan lagi karena perutusan yang lalu tidak berjalan baik yang tidak dapat berbahasa Jawa maupun Melayu. Kompeni tidak ingin melayani pemberian hadiah karena mereka tidak mau bergantung memberi upeti. Akhirnya, Kompeni mengirimkan Abraham Verspreet ke Mataram.
XIII-5 Perutusan Verspreet, 1668M
Verspreet diutus ke Mataram dan ia disambut dengan begitu meriah oleh penguasa-penguasa setempat. Setelah mereka tiba di keraton, Sunan ingin sekali untuk bertemu dengan para utusan Batavia tersebut. Keesokkan harinya, para utusan tersebut tiba di keraton. Duta diminta duduk yang jauhnya hanya 10 sampai 12 langkah, tidak sama seperti dulu yang jauhnya 30 sampai 35 langkah. Raja sangat gembira dengan hadiah yang dibawa duta dan iringannya. Sunan juga telah memperkenalkan kudanya hasil kawin kuda Persia Jantan dengan kuda betina Jawa. Para utusan tersebut disuruh istirahat. Namun, duta Batavia merasa kecewa karena ia mengetahui bahwa Sunan hanya menginginkan perutusan setiap tahun saja dimana ia tidak berminat untuk berbincang tentang ketatanegaraan seperti yang disepakati diawalnya
XIII-6 Masa Tugas Kedua Tanumenggala-Wangsadipa, 1668-1669M
Tanumenggala sekali lagi diperbolehkan mengurus kota pelabuhan di Jepara dengan nama ngabei Wangsadipa dimana ia mengirimkan Cina gundul dari Mataram ke pihak Inggeris di Banten dengan pesan bahwa mereka boleh menempati kembali loji mereka di Jepara. Residen menganggap mereka berkesempatan untuk mendapatkan hadiah yang besar selain untuk memberi tekanan kepada Kompeni. Selain itu, mereka juga memberikan banyak kehormatan kepada mereka sehingga mereka merasa heran dimana para bupati tidak berani lagi menggangu orang-orang Belanda dan mereka harus memelihara ikatan persahabatan.
XIII-7 Perutusan De Jongh ditolak, 1669M
Pemerintah Kompeni di Batavia menulis surat kepada residen bahwa mereka harus berpura-pura tidak mengingati tentang perutusan setiap tahun ke Mataram. Ngabei Wiradika diangkat kembali oleh Sunan menjadi kepala daerah di Jepara dengan nama Ngabei Wiradikara. Bahan pangan dan lain-lain sangat diperlukan, Dewan Hindia memutuskan secepatnya mengirim utusan yaitu Maximiliaan de Jongh. Ia pulang kembali apabila mendapat pelabuhan ditutup dan dibicarakan tentang balasan utusan. Sunan selalu menanyakan kedatangan utusan Batavia dan ia diberitahu bahwa penutupan pelabuhan akan menunda kedatangan utusan tersebut yang sebelum dilakukan Sunan karena ia marah kepada para penguasa pesisir. Ia tiba di Semarang dan disambut oleh Ngabei Wiradikara setelah ia menunggu beberapa hari dimana utusan itu dapat pulang ke Batavia. De Jongh tiba di Jepara dimana ia ingin mencari tahu sebab kegagalan perutusan, yang antaranya hadiah yang terlalu sedikit dan tiada uang tunai. Sunan berasa sangat malu karena Ngabei Wiradikara telah menuntut duta tersebut.
XIII-8 Penaklukan Mataram, 1669M
Kemenangan yang diraih oleh Belanda atas kemenangan dan penalukan Makassar disambut di setiap pos-pos Belanda. Residen menyuruh melepaskan tembakan dan senapan dari loji yang berlangsung sampai tengah malam. Kemenangan ini membuat orang-orang Jawa sengit dan timbul desas-desus bahwa pelabuhan akan ditutup karena tidak ada lagi utusan dari Belanda. Sunan juga khawatir bahwa Batavia tidak akan lagi taat kepada Mataram setelah penaklukan Palembang dan Makassar dan menanyakan kesiapan kapal untuk melawan Batavia.
XIII-9 Ketidakpuasan Ngabei Wiradikara, 1669M
Dengan penolakan De Jongh, maka lenyaplah harapan Ngabei Wiradikara untuk mendapatkan prestise dan Residen Amelis de Valle berkeluh kesah tentang gangguan dan kesulitan yang dilakukan Wiradikara dimana ketika ia melakukan kunjungan kehormatan dengan memberikan hadiah yang awalnya diterima dan setelah itu dikembalikan karena dianggap tidak berharga. Setiap kapal yang datang dikenakan bea yang cukup tinggi, membeli gula hanya darinya, melarang pedagang dipasar menjual apapun kepada Kompeni, residen diharuskan membayar papan dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga pasaran dan menitip sebuah surat ke Batavia dimana ia mengkhendaki duta yang akan datang fasih berbahasa Melayu dan membawa hadiah berharga serta banyak. Barang yang tidak laku yang dimasukan dan dikeluarkan ke dan dari kapal juga dikenakan pajak.
XIII-10 Jautuh dan Matinya Ngabei Wiradikara, 1670-1672M
Sunan memecat Ngabei Wiradikara setelah mendengar tentang dirinya dan dilantik penggantinya yaitu Syahbandar Besar Wiraatmaka. Selanjutnya, Ngabei Wiradikara dibuang ke daerah Blambangan, bernama Blitar dimana ia menjalankan tugasnya yang lama. Sunan tidak sampai hati untuk membunuhnya dan Ngabei Wiradikara memohon kepadanya uang pribadinya 9.000 ringgit yang diambil Wierat-Macka dan hanya mendapat 4.701 ringgit. Pada tahun 1672M, pada pagi hari Sunan telah melantiknya sebagai Tumenggung Madiun namun sorenya Sunan memerintahkan rakyatnya untuk membunuh ia berserta keluarga termasuk selirnya yang mayatnya dihanyutkan ke laut.
XIII- 11 Desakan Terakhir Pengiriman Perutusan, 1670M
Wiraatmaka mengirim surat mengingatkan akan perjanjiann yang dibuat antara Sunan Mataram dan Kapten Moor dimana diantara mereka harus saling mengirim utusan dan memberi hadiah dimana, Kompeni telah agak lama tidak mengirim utusan. Surat itu di balas oleh Kompeni di Batavia, dimana ia meminta Sunan membicarakan masalah-masalah yang penting dan mengatur pelaksanaannya dengan Gubernur Jenderal. Sebulan kemudian, penguasa Jepara, Semarang dan Juwana berserta Wiearmaaka untuk membahas tentang pengiriman utusan ke Batavia dimana terakhir kali membicarakan tentang perutusan tersebut. Sunan tidak menjamin adanya suatu penyambutan yang layak atas kedatangan sebuah perutusan Belanda sementara kekuasaan untuk melakukan tekanan kepada Kompeni berkurang.
XIII-12 Para Residen Setelah 1666M
Van der Straeten mempunyai asisten yaitu Jacob Couper yang sangat cepat menaikki kedudukannya karena ia fasih membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Jawa. Ia yang berdarah Skotlandia mendapat perhatian dari VOC yang tiba-tiba menjadi wakil dagang dengan langsung pemegang buku. Setelah De Valee meninggal, ia menjabat residen dan akhirnya menjadi ketua tertinggi di Jepara.
Comments
Post a Comment