XII-1 Pembukaan Kembali Pelabuhan-Pelabuhan, 1661M
Dikirimnya utusan yang bernama Patra dari Demak ke Batavia dengan membawa berita atas perintah Sunan Mataram dimana pelabuhan-pelabuhan yang ditutup sekian lama akan dibuka segera kembali. Pihak Kompeni memberitahu peristiwa ini ke negeri Belanda.
XII-2 Kembalinya Orang Belanda di Jepara
Atas perintah Raja, Kompeni harus kembali ke Jepara untuk menempati loji yang telah lama terbengkalai. Jika ia tidak mau, maka akan dilancarkan perang. Dikirim David Luton ke Jepara dimana ia diberi tugas mengetahui keadaan loji di sana. Loji itu akan diperbaiki oleh pihak Jawa dan ia diberikan rumah bekas orang Cina dengan harga 150 rial. Ia mau menempati loji jika ada perintah dari Sunan. Sunan mengizinkan orang Belanda untuk kembali ke Jepara dan Kompeni menempati lojinya yang dulu tetapi dengan syarat tidak menempatkan meriam di dalamnya. Kartijaya, bupati Jepara menemui Luton ke rumahnya dimana Sunan Mataram memerintah kepadanya agar ia kembali menempati loji Kompeni seperti semula karena Sunan tidak menerima ia tinggal di rumah Cina, maka Luton pun menempati lojinya dengan secepatnya.
XII-3 Desakan Supaya Dikirim Perutusan, 1661-1663M
Pihak Mataram mengharapkan adanya perutusan yang dikirim Batavia ke Mataram. Namun Residen Luton, bahwa tidak ada manfaat jika menghantar utusan karena Jawa semakin angkuh dan banyak permintaan yang harus dipenuhi yang menguntungkan Jawa. Pada pendapat Kompeni, pengiriman utusan harus melambangkan hubungan persahabtan antara dua pihak yang sama tingginya dan bukan sebagai vazal yang datang bersembah sebagaimana dikehendakinya. Padahal pihak Jawa sangat mengharapkan utusan dan sering kali disinggung tentang itu namun pihak Kompeni berpura-pura tidak tahu. Akhirnya pihak Jawa secara terang-terangan menanyakan tentang pengiriman utusan, namun Lotun mengatakan asalkan para utusan akan dihormati sesuai dengan derajatnya. Semenjak itu, masalah legasi tidak disinggung lagi.
XII-4 Keresahan Setelah Kegagalan, 1663-1664M
Sebuah perutusan untuk menyampaikan hormat, puji dan terima kasih tetap tidak kunjung tiba dimana menurut Sunan akan menggoyahkan kewibawaan, dan dasar dalam kehidupan masyarakat Jawa. Makassar memperkuat diri yang disebabkan menyebarnya tewasnya Ngabei Martanata dan ketegangan yang trejadi antara Mataram dan Giri serta daerah pedalaman melakukan perlawanan walaupun belum dalam wujud perbuatan nyata.
XII-5 Para Residen Belanda di Jepara, 1661-1666M
Seorang pedagang Jawa telah mengirim surat kepada Batavia yang melaporkan kelakukan buruk residen Jepara yaitu David Luton dimana ia tidak menepati perjanjian dengan dirinya,menindas orang-orang Jawa dan kelasinya, mabukan-mabukan serta meganggu ketenteeraman masyarakat. Pemerintah Kompeni merasa marah dan Luton berjanji akan berubah namun masih diterima laporan-laporan buruk tentang dirinya. Maka dari itu, Kompeni mengirim Simon Simonsz. Luton digantikan dengan Pieter Brinckhoff dan ditemukan banyak melakukan penyelewangan keuangan serta hubungan antara residen dan wakilnya tidak harmonis. Kedudukannya diganti oleh Danckert van der Straeten dan wakilnya Jacob Couper dimana residen tersebut diadukan oleh Ngabei Wiradika.
XII-6 Pemerintahan Tanumenggala, 1663M
Pemerintahan Kepala Daerah Mataram diterapkan di Jepara dimana tidak lagi mempunyai seorang kepala daerah tetapi diperintah oleh oknum-oknum dari tumenggung Mataram. Sunan tidak lagi mengangkat kepala daerah lagi tetapi menganti pembesar setiap tahun. Kiai Tanumenggala berkuasa di Jepara sebanyak dua kali dengan nama Ngabei Wangsadipa dimana ia sangat hati-hati, tidak mau memberikan tempat tinggal orang Belanda di darat dan melarang orang-orang Jawa meninggalkan pelabuhan. Ia digantikan oleh Kiai Reksamenggala.
XII-7 Tampilnya Para Pedagang Yang Berkuasa, 1665-1667M
Para pedagang Mor adalah pedagang yang menikahi wanita Jawa yang sudah lama tinggal di Jepara dan memperoleh kehidupan yang sangat baik dengan berdagang dimana mereka menawarkab rang seperti gula pasir, emas, kyda, kayu sappan dan beberapa kulit kerbau selain mengetahui keadaan pasaran di Mataram. S. Simonsz melakukan perjanjian dengannya jual beli. Mereka dipanggil menghadap istana dengan disertai beberapa hakim bawahan. Selain membicarakan hal dagang mereka juga diperintahkan oleh Sunan untuk mengunjungi bagian keuangan beberapa kepala daerah. Sunan telah memecat dan menyita seluruh harta Tumenggung Reksamenggala karena kekurangan uang yang dipercayai Sunan untuk mencari untung yang akhirnya menjadi pejabat bawahan kepala daerah selanjutnya. Para pedagang tersebut dipercayai Sunan 20.000 ringgit yang digunakan untuk melakukan perdagangan dan mereka meminta surat jalan ke timur namun ditolak.
Comments
Post a Comment