Skip to main content

Pengaruh India dan China di Asia Tenggara

A.          Pendahuluan





Pada awal abad Masehi atau 2000 tahun yang lalu bangsa-bangsa di Asia Tenggara mendapat pengaruh budaya India. Peradaban Hindu-Buddha mulai muncul di Kawasan Asia Tenggara. Sistem kepercayaan yang dilandasi oleh filsafat Hindu-Buddha mulai diadopsi oleh masyarakat Asia Tenggara. Arsitektur atau seni bangunan, seni sastra, dan sistem sosial yang berlandaskan budaya Hindu-Buddha juga dipraktikan oleh masyarakat Asia Tenggara.[1]

Pengaruh budaya India telah mengantarkan munculnya sistem pemerintahan dan peradaban urban di Asia Tenggara. Konsep “Dewa Raja” yakni kepercayaan bahwa seorang raja adalah titisan dewa di dunia diadopsi oleh para elit di Asia Tenggara. Kesamaan warisan budaya bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang tumbuh sejak 5000 tahun yang lalu merupakan modal budaya yang sangat penting di masa kini. Akar budaya yang sama di kalangan bangsa-bangsa di Asia Tenggara dapat digunakan sebagai media untuk mempererat toleransi dan persaudaraan di kawasan ini. Di sisi lain, modal budaya ini juga dapat dijadikan modal ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan dan memajukan perekonomian masyarakat Asia Tenggara. Pemahaman, pemanfaatan, dan pelestarian warisan budaya bangsa-bangsa Asia Tenggara menjadi sangat penting guna menumbuhkan kesadaran dan toleransi di bidang politik, sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan ini.[2]

Orang India dianggarkan mula sampai diAsia Tenggara sekitar kurun pertama Masihi. Nama wilayah Asia Tenggara yang tersebut di dalam kitab Ramayana mereka ialah Suvarnadvipa (Semenanjung Emas) dan Suvarnabhumi (Bumi Emas). Faktor ekonomi ini lama-kelamaan mendorong mereka untuk membina penempatan baru di Asia Tenggara (Abdul Rahman Abdullah 2000: 53). Inskripsi-inskripsi Tamil yang dijumpai di Takuapa (di selatan Thai) dan Labu Tuwa (Sumatera) juga menunjukkan peranan gabungan syarikat peniagapeniaga India di Asia Tenggara. Namun negara terawalmuncul yangmendapat pengaruh India ialah Funan kemudian Langkasuka, Kedah, Kuala Selinsing dan Tanah Merah di Semenanjung, Kam-t’o-li di Sumatera. Taruma di Jawa dan Kutei di Borneo.[3]

O.W.Wolters[4] pernah menganalisis bahawa kesedaran China terhadap kedudukan Asia Tenggara yang mempunyai peranan penting dan termasuk dalam kawasan yang mengiringi lautan Cina di bahagian selatan. Sebagai kuasa yang mementingkan kedudukannya sebagai pusat budaya dan kuasa sedunia, hubungan dengan Asia Tenggara amatlah penting bagi mengekalkan kuasa pentadbiran dan ketenteraannya.Maka timbullah konsep te yang digunakan oleh raja-raja Dinasti Tang sebagai satu prinsip dalam menentukan hubungan China dengan Asia Tenggara atau kawasan yang secara tidak langsung berada di bawah naungan dan perlindungan China. Misalnya Dinasti Tang (618-906) dan Dinasti Song (960-1279) telahmengurniakan kedudukan istimewa kepada pemerintah Srivijaya sebagai wakil perdagangan China di kawasan kepulauan Melayu dan melaluinya dengan India dan Asia Barat.[5]

B. KEPERCAYAAN YANG BERKEMBANG SETELAH KEDATANGAN INDIA DAN CINA

Sebelum pengaruh India Cina berkembang di Asia Tenggara, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme). Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Asia Tenggara khususnya Indonesia.

Sudah sejak Jaman Kuno pengaruh Cina dan Hindu terasa di kawasan Asia Tenggara. Antara Cina dan Hindu saling berebut pengaruh di wilayah Annam dan Cochin China dalam memperebutkan supremasinya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan pengaruh-pengaruh Cina dan Hindu terhadap daerah-daerah tersebut bukan berarti bahwa kebudayaan-kebudayaan setempat dilenyapkan. Anasir-anasir kebudayaan asli berasimilasi dengan anasir-anasir asing, hal itu tampak dari hasil kebudayaan khususnya hasil-hasil kesenian dan arsitektur.[6]

Kontak antara negara-negara di Asia tenggara dengan Cina dan Hindu nampak dalam hubungan perdagangan. Mereka saling mengunjungi pelabuhan masing-masing. Jauh sebelum tampak gejala-gejala pengaruh India, di Asia Tenggara rupanya sudah ada koloni-koloni kecil perdagangan India di bandar-bandar Asia Tenggara, Sebaliknya demikian pula dengan bandar-bandar di India, terdapat koloni-koloni perdagangan Indonesia baik di Benggala maupun di pantai Coromandel (ke dua belah pihak aktif).

Setelah hubungan dagang itu berjalan lama sekali kemudian tampak perubahan yang besar di Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan mulai timbul, agama, kesenian serta adat istiadat Hindu dianutnya, bahasa Sansekerta dipakai sebagai bahasa suci. Kerajaan-kerajaan baru itu tumbuh di sekitar tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh pelaut-pelaut India pada masa yang silam. Perubahan itu disebab kan oleh kedatangan para brahmana dan pujangga yang berkewajiban menyebarkan kebudayaan Hindu.

C. PENGARUH POLITIK INDIA DAN CINA

Penyebaran pengaruh Hindu-Buddha di Asia Tenggara mengubah pola kehidupan masyarakat di kawasan itu, terutama dalam kehidupan politik, agama, dan sosial. Kehidupan politik mencakup pemerintahan dan pengaturan masyarakat. Kehidupan beragama tercermin dari corak kepercayaan dan tata ibadah. Kehidupan sosial mencakup penataan kelompok dalam masyarakat. Dalam Hindu-Buddha, kedudukan raja amat sakral sehingga tidak bisa disamakan dengan manusia biasa. Raja sudah ditentukan oleh dewa, bahkan raja dapat ditempatkan sebagai anak atau penjelmaan dewa. Kedudukan raja dalam Hindusime diungkapkan dengan istilah devaraja (raja yang menjadi dewa). Dalam Buddhisme raja diungkapkan sebagai cakravartin (penguasa alam semesta).

KERAJAAN-KERAJAAN BERCORAK HINDU-BUDDHA DI ASIA TENGGARA:

Kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tenggara pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kerajaan-kerajaan agraria dan kerajaan-kerajaan maritime. Kegiatan utama kerajaan-kerajaan agraris adalah pertanian. Mereka kebanyakan terletak di semenanjung Asia Tenggara. Contoh kerajaan agraria adalah Kerajaan Ayutthaya, yang terletak di delta sungai Chao Phraya, dan Kerajaan Khmer yang berada di Tonle Sap. Kerajaan-kerajaan maritim kegiatan utamanya adalah perdagangan melalui laut. Kerajaan Malaka dan Kerajaan Sriwijaya adalah contoh dari kerajaan maritim.[7]

Tidak banyak yang diketahui mengenai kepercayaan dan praktek keagamaan Asia Tenggara, sebelum kedatangan dan pengaruh agama dari para pedagang India pada abad ke-2 Masehi dan seterusnya. Sebelum abad ke-13, agama-agama Buddha dan Hindu adalah kepercayaan utama di Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan di daratan (semenanjung) Asia Tenggara pada umumnya memeluk agama Buddha, sedangkan kerajaan-kerajaan di kepulauan Melayu (Nusantara) umumnya lebih dipengaruhi agama Hindu. Beberapa kerajaan yang berkembang di semenanjung ini, awalnya bermula di daerah yang sekarang menjadi negara-negara Myanmar, Kamboja dan Vietnam.[8]

Kekuasaan dominan yang pertama kali muncul di kepulauan adalah Sriwijaya di Sumatra. Dari abad ke-5 Masehi, Palembang sebagai ibukota Sriwijaya menjadi pelabuhan besar dan berfungsi sebagai pelabuhan persinggahan (entrepot) pada Jalur Rempah-rempah (spice route) yang terjalin antara India dan Tiongkok. Sriwijaya juga merupakan pusat pengaruh dan pendidikan agama Buddha yang cukup berpengaruh. Kemajuan teknologi kelautan pada abad ke-10 Masehi membuat pengaruh dan kemakmuran Sriwijaya memudar. Kemajuan tersebut membuat para pedagang Tiongkok dan India untuk dapat secara langsung mengirimkan barang-barang di antara keduanya, serta membuat kerajaan Chola di India Selatan dapat melakukan serangkaian penyerangan penghancuran terhadap daerah-daerah kekuasaan Sriwijaya, yang mengakhiri fungsi Palembang sebagai pelabuhan persinggahan.

Pulau Jawa kerap kali didominasi oleh beberapa kerajaan agraris yang saling bersaing satu sama lain, termasuk di antaranya kerajaan-kerajaan wangsa Syailendra, Mataram Kuno dan akhirnya Majapahit.[9]

Funan - sekarang Kampuchea, berpusat di Oc-eo - tenggara Pnom Penh (100 - 613 SM). Pusat perdagangan di tengah jalur niaga India dan Cina.
Chenia - sekarang Kampuchea, berpusat di Vyadapura - propinsi Kompong Thom (550 - 800 M). Sempat mendapat serangan dari kerajaan Syailendra (Jawa) sehingga pusat kerajaan pindah ke pedalaman.
Champa - sekarang Vetnam, berpusat di Indrapura - propinsi Quang Nam (600 -900 M). Merebut sebagian wilayah Chenla sehingga mencakup Laos dan Kampuchea.
Dvaravati - sekarang Thailand, berpusat di Nakhon Pathon - timur laut Bangkok (600 - 1000 M). Berada di bawah kekuasaan kerajaan Khmer.
Khmer - sekarang Kampuchea, berpusat di Angkor - utara Pnom Penh (800 - 1200 M). Meliputi Myanmar dan Indocina.
Bagan - sekarang Myanmar, berpusat di Bagan - utara Yangoon (1000 - 1200 M). Runtuh oleh serangan pasukan Mongol dibawah pimpinan Kubilai Khan.

D. PENGARUH INDIA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

Kehidupan sosial masyarakat di Asia Tenggara mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Asia Tenggara menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi Austronesia sendiri. Masuknya pengaruh India di Asia Tenggara menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong. Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta).[10]

E. PENGARUH CINA DALAM PEREKONOMIA

Perekonomian bangsa-bangsa Asia Tenggara sudah ada sebelum kedatangan bangsa barat. Yaitu jalur sutera yang merupakan jalur darat yang berawal dari Cina melintas Asia Tenggara dan berahir dilaut tengah. Perjalanan ke Eropah dilanjutkan dengan kapal. Jalur kedua adalah jalur laut yang dimulai dari Cina, melalui Asia Tenggara dan berahir di Asia Timur. Motor dari jalur laut ini adalah hembusan angin yang berganti arah secara teratur sebagai angin musim setiap tahun. Akibat dari jalur laut ini muncullah kota-kota dagang penting (emporium) seperti Aden, Bandar Abas, Kalikut, Malaka, Kanton dan sebagainya. Malaka merupakan pelabuhan besar yang penting di Asia Tenggara yang diperkirakan sudah berdiri sekitar tahun 1400 dan merupakan bandar dagang yang memiliki gudang-gudang besar. Komoditi yang diperdagangkan terutama adalah rempah-rempah dari maluku, lada dari Sumatera, beras dari Jawa. Selain itu terdapat pula pelabuhan penting lainnya seperti Banten, Tuban, Gresik, Surabaya. Para penguasa pelabuhan berdiam didalam kota yang dikelilingi benteng demi kemanan. Mereka menerima upeti atau pajak dari para pedagang dikota pelabuhannya.[11]

F. Penutup

Bangsa-bangsa di Kawasan Kepulauan Asia Tenggara sesungguhnya sejak zaman prasejarah terutama pada masa Neolitik telah memiliki kesamaan budaya material dan non material. Mereka memiliki penguasaan teknologi pembuatan alat batu, gerabah, dan budidaya tanaman (terutama padi) dan hewan. Di bidang budaya non material masyarakat Neolitik menggunakan bahasa yang sama yakni Austronesia, seni menghias tubuh dengan tato, dan pemujaan terhadap leluhur. Masyarakat Neolitik telah bertempat tinggal tetap dalam kehidupan perdesaan. Budaya Neolitik dapat dianggap sebagai kecenderungan global yang terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu di Kepulauan Asia Tenggara.

Pada awal abad Masehi atau 2000 tahun yang lalu bangsa-bangsa di Asia Tenggara mendapat pengaruh budaya India. Peradaban Hindu-Buddha mulai muncul di Kawasan Asia Tenggara. Sistem kepercayaan yang dilandasi oleh filsafat Hindu-Buddha mulai diadopsi oleh masyarakat Asia Tenggara. Arsitektur atau seni bangunan, seni sastra, dan system sosial yang berlandaskan budaya Hindu-Buddha juga dipraktikan oleh masyarakat Asia Tenggara.

Pengaruh budaya India telah mengantarkan munculnya sistem pemerintahan dan peradaban urban di Asia Tenggara. Konsep “Dewa Raja” yakni kepercayaan bahwa seorang raja adalah titisan dewa di dunia diadopsi oleh para elit di Asia Tenggara. Kesamaan warisan budaya bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang tumbuh sejak 5000 tahun yang lalu merupakan modal budaya yang sangat penting di masa kini. Akar budaya yang sama di kalangan bangsa-bangsa di Asia Tenggara dapat digunakan sebagai media untuk mempererat toleransi dan persaudaraan di kawasan ini. Di sisi lain, modal budaya ini juga dapat dijadikan modal ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan dan memajukan perekonomian masyarakat Asia Tenggara. Pemahaman, pemanfaatan, dan pelestarian warisan budaya bangsa-bangsa Asia Tenggara menjadi sangat penting guna menumbuhkan kesadaran dan toleransi di bidang politik, sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan ini.

Daftar Pustaka

D.G.E.Hall, SejarahAsia Tenggara, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994.
I Wayan Ardika, WARISAN BUDAYA BERSAMA BANGSA-BANGSA DI ASIA TENGGARA, Denpasar : Universitas Undayana.
Kobkua Suwannathat ~ Pian, Asia Tenggara: Hubungan tradisional serantau, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997.
O.W.Wolters, The Fall of Srivijaya in Malay History, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1975.
http://www.bimbie.com/budaya-cina-india.htm, diakses Minggu, 12 April 2015, pukul 19.00 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Asia_Tenggara, diakses Minggu, 12 April 2015, pukul 19.00 wib.
http://indonesiadalamsejarah.blogspot.com/2012/07/proses-masuknya-pengaruh-cina-ke-asia.html, diakses Minggu, 12 April 2015, pukul 19.00 wib.

[1] I Wayan Ardika, WARISAN BUDAYA BERSAMA BANGSA-BANGSA DI ASIA TENGGARA, (Denpasar : Universitas Undayana,), hlm. 1.
[2] Ibid.
[3] D.G.E.Hall, SejarahAsia Tenggara, )(uala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994), hlm. 37-41.
[4] O.W.Wolters, The Fall of Srivijaya in Malay History, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1975), hlm. 20
[5] Kobkua Suwannathat ~ Pian, Asia Tenggara: Hubungan tradisional serantau, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997), hlm. 70.
[6]http://indonesiadalamsejarah.blogspot.com/2012/07/proses-masuknya-pengaruh-cina-ke-asia.html, diakses Minggu, 12 April 2015, pukul 19.00 wib.
[7]http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Asia_Tenggara, diakses Minggu, 12 April 2015, pukul 19.00 wib.
[8] Ibid.
[9]http://www.bimbie.com/budaya-cina-india.htm, diakses Minggu, 12 April 2015, pukul 19.00 wib.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Ibid.

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN ILMIAH PROSES PEMBUATAN TAPE KETAN DAN TUAK

Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya, khususnya bagi penulis yang telah mampu menyelesaikan laporan ilmiah yang berjudul ‘’ cara membuat Tape Ketan dan Tuak ’’. Dalam menulis laporan ilmiah ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala – kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Sabaruddin Ahmad S.Pd, selaku guru pembimbing yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga laporan ilmiah ini dapat terselesaikan. Disini kami juga menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan laporan ilmiah ini terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ilmiah ini. Semoga apa yang diharapkan kami, selaku penulis dapat dicapai dengan sempurna. Singkawang, 14 febuari 2013 Penulis ...

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME              Gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat. Disamping paskan itu, perjuangan mereka juga didukung oleh seluruh umat Islam di berbagai wilayah setempat yang menjadikan “kekuatan” yang dahsyat sehingga mereka dapat melepaskan diri dari belenggu imperialisme. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam bebrapa bentuk kegiatan, seperti (1) gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata, dan (2) gerakan pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu. Negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitupadatanggal 17 Agustus 1945. Indonesia mer...

PETUNJUK PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN BAHAN MAKANAN

PETUNJUK PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN BAHAN MAKANAN A.    TUJUAN Mengetahui adanya karbohidrat, lemak, dan protein pada makanan. B.     ALAT DAN BAHAN Alat 1.        Tabung reaksi 2.        Mortar 3.        Plat tetes 4.        Kertas buram 5.        Pembakar Spirtus Bahan 1.        Larutan benedict (Fehling A + Fehling B) 2.        Larutan lugol 3.        Larutan biuret (NaOH 20% + CuSO4 0,1 M) 4.        Berbagai bahan makanan C.     CARA KERJA I.       UJI KARBOHIDRAT (AMILUM) 1.     Hancurkan bahan makanan yang akan diuji menggunakan mortar porselein. 2.     Masukkan masing-masing baha...