Pengaruh
Mazhab Annales Terhadap Perkembangan
Historiografi Dunia
A. Latar Belakang
A. Latar Belakang
Mazhab Annales
lahir dari ketidakpuasan akan sejarah “tradisional” atau yang menyebut dirinya “ecole
methodique”. Lahir pada tahun 1929 di Strasbourg dalam bentuk sebuah jurnal
sejarah, Les Annales d’histoire
ecenomique et sociale, yang namanya sampai kini menjadi nama mazhab Annales.[1]
Sejarah sejarah sebelum Annales terbatas pada
peristiwa-peristiwa politik, diplomasi, dan militer yang penjelasannya hanya
rangkaian peristiwa, seolah-olah tidak ada latar atau akar social dari
peristiwa-peristiwa tersebut. Sejarawan yang kemudian di sebut sejarawan
bermazhab methodique ini mengedepankan sumber arsip sebagai suatu keabsahan
dari fakta sejarah. Ini sangat dimafhum karena jiwa zaman memungkinkan untuk
itu. Arsip-arsip Prancis di rangkai menjadi sejarah untuk membentuk rasa
nasionalisme, bahkan menjadi buku pelajaran di sekolah-ekolah prancis. Maka
tidak heran historiografi di warnai peristiwa-peristiwa besar.
Memang dalam pengertian fakta sejarah, sumber dokumen arsip
merupakan sumber primer yang sangat abash. Namun, kekurangannya adalah
seolah-olah fakta itu mati dan tidak memiliki kehidupan. Fakta hanya masa lalu,
tidak mempunyai pandangan apa yang akan terjadi esok.
Sejarah yang kemudian di sebut sejarah tradisional ini pun
tak lekang dari ejekan intelektual sesudahnya. “sejarah orang-orang besar dan
peristiwa-peristiwa bsar, sejarah serba peristiwa” ejek kaum annales. Perubahan
historiografi itu terjadi saat mazhab Annales mendobrak sejarawan bermazhab
methodique. Sumbangan besar dalam perkembangan ilmu sejarah dengan munculnya
para sejarawan Annales. Sumbangan berupa pembebasan ilmu sejarah dari
kesempitan cakrawala.
Pendiriya adalah Lucien Febvre (1878-1956) dan Marc Bloch
(1886-1944), perintis-perintis suatu sejarah[2]
yang sampai lama sesudah perang Dunia II disebut nouvelle histoire,
“sejarah baru”. Para sejarawan baru mengalihkan minat sejarah dari orang-orang
besar kepada les peuples sans histoire, orang-orang kecil yang tak punya
sejarah. Memindahkan perhatian dari politik saja ke seluruh kehidupan manusia
dalam masyarakat yang beraneka ragam. Untuk itu digunakan penedekatan baru.
Pendekatan baru bukan dalam arti meningalkan dokumen sebagai sumber penelitian.
Febvre dan Bloch menulis sejarah atas dasar dokumen dan
menyebutkan sumbernya. Yang baru dalam pendekatan para perintis annales adalah
objek penelitian dan pertanyaan dalam meneliti dokumen. Mereka mengecam
sempitnya bidang yang ingin diketahui dalam paradigma yang berlaku. Sejak
Febvre dan Bloch, dokumen memberi tahu lebih banyak daripada yang tercantum
dalam tulisan. Para perintis annales ini memahami dokumen sampai “yang ada
dibalik tulisan” atau dengan kata lain menafsirkan dokumen secara lebih luas
dan mendalam. Kaum annales ini juga mempluas makna dokumen. Dokumen tidak lagi
hanya kertas dan perkamen bertulisan yang tersimpan sebagai arsip, karena untuk
mengetahui mentalite mentalitas manusia abad pertengahan.
B. Dasar
Pemikiran
Mazhab sejarawan
Annales Perancis ini terpusat pada jurnal Annales yang menjadi ciri khas
historiografi abad ke-20. Penulis dari mahzab Annales memiliki keyakinan
bersama tentang keharusan sejarawan berorientasi kepada ilmu sosial lain dalam
melakukan pendekatan-pendekatan ilmiah terhadap sejarah[3]
dan sisi lain. Publikasi dari kelompok mahzab Annales mencerminkan perhatian
dan pendekatan yang sangat berbeda. Mereka belum merumuskan teori atau filosofi
sejarah yang eksplisit. Meskipun sebenanrya, riset selalu mengutamakan refleksi
teori.[4]
Seorang sejarawan terkemuka dari Prancis, Denys Lombard pada tingkat yang
paling ideal pendekatan ia ingin menjadikan ilmu sejarah, seperti kata Brudel
dengan bangga, “sebuah pasar bersama dari ilmu-ilmu kemanusian”. Hasrat seperti
inilah sesungguhnya yang menjadi tekad Lucien Febvre dan Marc Bloch ketika
mereka menerbitkan majalah Annales (1929), yang kemudian dipakai sebagai nama
‘mahzab’ penulisan sejarah yang mereka pelopori. Dengan majalah Annales, mereka
ingin membongkar dinding-dinding yang membatasi sejarah dari kajian sosial dan
ekonomi, bukan teori yang serba meninggi, tetapi dengan “fakta dan contoh”.
Basis intelektual Annales diletakkan oleh Febvre dan Bloch jauh sebelum mereka
mendirikan sebuah jurnal. Sejarah bagi sejarawan Annales menempati peran
sentral di antara ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan historisme klasik.
Jika dahulu historisme klasik menempatkan negara sebagai institusi kunci dimana
semua aspek masyarakata dan budaya lainnya disubordinasi, sedangkan sejarawan
Annales meniadakan batasan-batasan antara disiplin tradisional dalam rangka
menyatukannya ke dalam ”science of man”, bentuk jamak (plural) sengaja dipakai,
untuk menegaskan kemajemukan ilmu pengetahuan (sciences). Kelompok Annales
tidak mengikuti model-model yang diberikan oleh pernyataan-pernyataan Ranke
yang terpecah-pecah dan pernyataan-pernyataan dogmatis Droysen yang sistemis.
Mazhab Annales di Prancis menganjurkan kooperasi antara ilmu sejarah dangan
ilmu sosial. Sejak saat itulah scientific history (tradisi positivisme Leopold
von Ranke) ditinggalkan. Seperti diketahui scientific history memilih sastra
dan filsafat untuk beraliansi. Sejarah harus rigorous, faktual, akurat, wie es
eigentich gewesen (apa yang sebenarnya telah terjadi), dan dituturkan dengan
baik. Sebaliknya,\ Annales memilih ilmu sosial. Lucien Febvre menunjukkan
pentingnya psikologi untuk sejarah. Fernand Braudel menunjukkan ilmu-ilmu
kemanusiaan, sosiologi, ekonomi, geografi, dan demografi. Sedangkan E. Le Roy
Ladurie pada demografi dan geografi.[5]
Subject matter sejarah pun berubah. Sejarah sosial menggantikan sejarah
politik. Politik tidak lagi menjadi tulang punggung studi sejarah, sejarah
menjadi ilmu yang multidisipliner. (Adapun sejarah politik yang membicarakan
raja-raja, perang, dan pemerintahan, kemudian berubah menjadi studi tentang
kekuasaan [power]).
Bagi mazhab Annales, perilaku individu dalam sejarah hanya bisa dimengerti
dalam konteks masyarakat, bukan dari ilmu jiawa, atau sejenisnya. Masyrakat ini
mewujudkan dirinya dalam hal-hal yang konkrit yang bisa kita amati, seperti tak
ubahnya kita mengamati gejala alam. Masyarakat terwujud dalam pranata dan
kelembagaan dan peninggalan material yang konkrit. Inilah yang pernah disebut
oleh Durkheim sebagai “fakta sosial”, sesutau yang bisa dipahami dari dirinya
sendiri.[6]
Sejarawan Annales
memperkenalkan konsep baru periodisasi sejarah. Studi mereka lebih banyak
menyinggung pandangan budaya atau zaman selain dari pada aliran sejarah yang
berkenaan dengan proses perubahan melalui zaman. Mereka melepas gagasan sejarah
linier, sejarah direksional, karakteristik dari banyak banyak pemikiran sejarah
sejak masa Renhart Koselllck yang disebut sebagai peralihan antara sekitar
tahun 1750 dan 1850 dari zaan pra modern ke zaman modern. Denag ketertinggalan
konsep waktu linier, kepercayaan pada kemajuan dan keyakinan superioritas
budaya Barat juga pecah. Tidak ada lagi konsep perkembangan sejatrah
holistik dimana narasi global harus menemukan bentuk ekspresi baru di dalam
kondisi baru ini.[7]
Struktur dipakai
sejarawan dari mahzab Annales di Prancis untuk menjelaskan perubahan sosial dan
sejarah. Adapun mahzab Annales dipengaruhi oleh konsep struktur dari
strukturalisme, tidak dari Marxisme. Dengan sengaja mereka membuat jarak dengan
Marxisme.
Menurut Christopher Lloyd dalam Explanation in Social History, penjelasan
sejarah dengan konsep struktur mempunyai tiga aliran. Pertama, aliran budaya.
Aliran ini melihat pada struktur budaya dengan meneliti produk-produk mental
manusia dalam semua bentuknya. Penelitian antropologi, sejarah pemikiran,
sejarah mentalis, psikologi, analisis sastrasering termasuk dalam aliran ini.
Kedua, aliran geografi, ekonomi, dan sosial. Aliran ini melihat pada proses dan
kontinuitas yang ada di bawah permukaan gejala-gejala sejarah. Ketiga, aliran
yang memfokuskan diri pada epistemologi dan metodologi dalam hubungan antara
strukturalisme dan cara penjelasan lainnya. Sebagai sejarawan, aliran pertama
dan kedualah yang menjadi perhatian kita.
Gagasan struktur muncul menurut Lucien Febvre tidak boleh memaksakan secara a
prior teori ke dalam penelitian tentang masyarakat dan sejarah, sementara
sejarawan harus mencari dan menemukan fakta, tetapi tidak bersemboyan “fakta
untuk fakta”. Sejarawan harus memahami, mengerti, dan menjelaskan fakta-fakta.
Supaya sejarah tidak terjebak ke dalam teori di satu pihak dan narasi
semata-mata di lain pihak, lahirlah konsep struktur. Struktur berguna untuk
mengorganisasikan fakta-fakta. Menurut Marc Bloch, “sejarah adalah salah satu
cara mengorganisasikan masa lalu, supaya masa lalu tidak menjadi beban”.
Struktur membuat sejarah masa lalu secara analogis adalah juga sejarah masa
kini.
Dalam tradisi strukturalis, struktur adalah model logico-matematis, abstrak,
produk mental, dan berupa konstruksi sejarawan.[8]
Bahwa struktur itu konstruksi sejarawan dapat dicontohkan melalui model ekonomi
begini: ekonomi informal nampak dipermukaan sebagai produksi dengan skala
kecil, ekonomi barter, dan tukar menukar lokal. Ekonomi pasar nampak dipermukan
sebagai produksi dan perdagangan, toko kecil, bengkel. tukar-menukar
interlokal, pasar, dan bank. Ekonomi kapitalis nampak dipermukaan sebagai
perdagangan internasional, transaksi keuagan,dan monopoli besar.
Bagi mazhab Annales yang dipengaruhi strukturalisme, struktur itu jangka
panjang, berkelanjutan, dan berskala luas. Struktur itu bersifat geografis,
ekonomis, sosial, dan budaya yang terletak dibawah gejala permukaan – seperti
institusi politik, perang, dan perilaku perorangan. Fernand Braudel dari mahzab
Annales adalah eksponen utama penganjur struktur setelah Febvre dan Bloch –para
pendiri mahzab Annales- surut. Menurut Braudel waktu dalam sejarah dapat dibagi
menjadi tiga tingkat kecepatan, yaitu longue duree (jangka panjang, struktur),
konjunktor (conjuncture, conjuncture
siklus), dan peristiwa (I’histoire
evenementielle). Dalam Civilization and Capitalism, Braudel menjelaskan
perihal struktur.[9]
Mazhab Annales merupakan suatu kelompok yang menekuni sejarah dengan metodologi
yang berbeda. Sebuah “mazhab” yang diprakarsai oleh Lucien Febvre dan Marc
Bloch ini dikenal dengan pendekatan “sejarah total”-nya. Dalam pemahaman
sejarah total, sebagaimana dikatakan Bloch (1954).
Sejarah merupakan “ilmu” yang bertujuan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi
struktural yang tersembunyi dan dalam, menyibakkan mekanisme-mekanisme historis
yang terdapat dalam struktur-struktur geografis, ekonomi dan kultural.[10]
Sejarah total adalah sejarah tentang seluruh aspek kehidupan masyarakat; tidak
hanya berkisar pada bidang-bidang yang baisanya dianggap paling penting,
khususnya politik. Dengan demikian, sejarah tak hanya bersifat
monografis, tapi luas cakupannya, termasuk cara berpakaian, meyajikan makanan,
dan seluk-beluk keseharian manusia.
Keadaan ini jelas merupakan “pemberontakan” terhadap penulisan sejarah
tradisional atau konvensional yang elitis yang lebih senang berbicara seorang
raja dari pada kehidupan rakyat biasa. Sejarah telah keluar dari kekakuannya
menjadi lebih asyik dan terasa nendang. Sejarah yang pada awalnya
diposisikan “sakral”, berusaha dimentahkan oleh sejarah total. Namun, keadaan
ini nanti yang melahirkan kritik bahwa sejarah total-nya Annales tidak memiliki
ke-khas-an.
C.
Pengaruh
Pemikiran Mazhab Annales Terhdap
Historiografi Dunia
Annales sejak lahirnya Perang Dunia II sudah
memiliki basis institusional yang jelas. Selain dari perubahan-perubahan
fundamental selama itu, terdapat kesinambungan dalam bahasa yang mereka gunakan
dan konsep-konsep yang mereka pergunakan dalam karya awal pendiri-pendirinya.
Diskusi mengenai metoda, yang mulai tahun 1900, terdapat dalam Jurnal Henri
Berr, Revue dan Synthese Historique yang menandai tradisi atau peralihan ke
jenis baru ilmu sejarah.[11]
Tidak ada dominator
politik yang dapat ditemukan dalam Annales. Walaupun kontribusi kelompok ini
banyak berasal dari kaum repubilkan dan patriot-patriot Prancis, namun mereka
kurang ideologis dan pada kebanyakan sejarawan Jerman yang memandang fungsi
kesarjanaan mereka sebagai justifikasi tujuan nasional Jerman dan institusi
politik dan sosial dari Imperial German. Sedangkan yang sangat penting pada
masa awal Annales ialah ekonomi, sosiologi, dan antropologi.
Pandagan Annales tidak
konstan selama delapan puluh tahun, walaupun ada kesinambungan antara
karya-karya Febvre dan Bloch terdahulu dan karya-karya Annales selanjutnya.
Mereka mencerminkan transformasi paling penting dalam pemikiran sejarah abad
ke-20. Geografi merupakan segmen terpenting dalam historiografi Annales, tetapi
ini selalu merupakan kesadaran human geography dari interaksi budaya dan ruang
fisik.
Tahun 1960 pesona umum dalam ilmu-ilmu sosial dengan kuantifikasi juga terdapat
pada Annales. Sejarawan Annales semakin banyak ingin menjadi ilmuwan. Mereka
sering menyebut institusi mereka “laboratorium” dan mengatakan sejarah sebagai
sains, ilmu sosial, tetapi sebagaimana sering mereka ulang, harus bekerja
secara kuantitatif jika sejarah diinginkan menjadi ilmiah.
Salah seorang tokoh mahzab Annales yang paling terkemuka, Le Roy Laduire pernah
membagi pernah membagi sejarah mahzab Annales menjdi dua bagian. Pertama.
periode sebelum 1945, ketika sejarah struktural kualitatif sangat dominan.
Kedua, setelah 1945, di saat sejarah kuantitatif dari conjoctures memegang
peranan penting. Dan ia adalah salah seorang tokoh utama di dalam periode
kedua. Kalau periode pertama lebih mementingkan sejarah sosial dan sejarah
mentalis. Sedangkan periode kedua lebih kepada masalah sosial-ekonomis dan
demografis. Dengan segala macam angka tentang turun naiknya kecenderungan
ekonomi, tentu bisa juga dibayangkan betapa membosankannya tulisan corak kedua
ini bagi mereka yang ingin membaca karya sejarah sebagai sebuah karya literer.[12]
Daftar
Pustaka
Cambert-Loir,
Henri & Ambary, Hasan Muarif (ed). 1999. Panggung Sejarah. Persembahan Kepada
Prof. Dr. Dennys Lombard. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Helius
Sjamsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta:
Ombak.
Kuntowijoyo.
2008. Penjelasan Sejarah (Historical
Explanation). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lubis, Nina H. 2003. Historiografi Barat. Bandung: Satya
Historika.
Sartono
Kartodirjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial
Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[1]
Nina H. Lubis, Historiografi Barat, (Bandung: Satya Historika, 2003),
hlm. 122.
[2]
Kuntowijoyo, penjelasan sejarah
(Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 9.
[3]
Lubis, Nina H., Op. Cit., hlm. 119.
[4]
Ibid., hlm. 120.
[5]
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu
Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm.
46-191.
[6]
Cambert-Loir, Henri &
Ambary, Hasan Muarif (ed). Panggung Sejarah. (Persembahan Kepada Prof. Dr.
Dennys Lombard. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), hlm. 57.
[7]
Kuntowijoyo, Op. Cit., hlm. 22.
[8]
Ibid., hlm. 61.
[10]
Helius Sjamsuddin, Metologi Sejarah, (Yogyakarta:
Ombak, 2007), hlm. 314-317.
[11]
Nina H. Lubis, Op. Cit., hlm. 120.
Comments
Post a Comment