Dalam usaha megatasi masalah kenaikan jumlah penduduk jawa, ada 2 sarat yang harus dipenuhi untuk membatasi jumlah kelahiran. Pertama dari segi Pemerintah, kedua dari segi rakyatnya. Mungkin keinginan mempunyai anak yang banyak akan dianggag sikap yang sama sekali tidak cocok dengan kehidupan ekonomi orang jawa. Dari segi ekonomi sebagai keseluruhan dapat dibenarkan pandangna bahwa angka kelahiran yang tinggi itu akan menambah angkatan kerja. Sehingga berati pertambahan penduduk berati mendatangkan prospek-prospek yang semakin suram.
Para orang tua hidup dalam lingkungan ekonomi yang disebut ekonomi rumah tangga. Dalam lingkungan ekonomi pedesaan, tenaga kerja tersedia secara berlebihan dan murah. Tetapi dalam lingkungan ekonomi rumah tangga masing-masing, karna merupakan satu-satunya sumber yang ada sedemikian banyak keluarga. Maka tenaga itu tetap merupakan sumber yang berharga bagi setiap keluarga.
Konflik antara pendidikan anak-anak dan kebutuhan akan tenaga kerja mereka telah disinggung pula oleh Buddy P, yang mencatat bahwa di Gersik, kebutuhan-kebutuhan ekonomi sering memaksa petani kecil dan buruh yang tidak bertanah untuk mengabaikan pendidikan anak-anak mereka, karena tenaga anak itu dibutuhkan, terutama anak lelaki. Cille dan Pardoko dalam penelitian mereka (jawa timur) mencatat bahwa kalau baru mencapai umur untuk bersekolah (6-7) setiap anak dalam keluarhga petani dikerahkan untuk berkerja di lading selama puncak musim tanam dan panen, dimanan semua tenaga kerja yang tersedia telah dipakai.
Berkenaan dengan biaya daripada anak dalam ekonomi keluarga, kita harus mengetahui hal-hal sebagai berikut, 1. Biaya yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran 2. Biaya untuk makan, pakaiyan dan perawatan 3. Biaya dari semua kewajiban sosial yang harus dipikul keluarga 4. Biaya tidak langsung berkenaan dengan melahirkan dan membersarkan anak 5. Nilai anak sebagai sumber keselamatan bagi orang tua pada usia lanjut 6. Nilai anak sebagai sumber tenaga produktif atau berguna dalam ekonomi rumah tangga.
Penduduk yang diselidiki terdiri atas berberapa pedukuhan suatu desa kira-kira 25 KM dari Yokyakarta barat laut. Untuk meneliti gambaran umum penelitian dilakukan kurang lebih 500 rumahtangga. Dalam tulisan ini dibatasi 40 rumahtangga. Ke-40 ini termasuk golongan petani sedang/kecil dan buruh tani, ukuran rata-rata rumah tangga adalah 6,3 orang.
Pengarapan tanah milik orang lain dengan system makro hasil, si pemilik tanah umumnya tidak berwajib memberikan input apa-apa. Kecuali ia membayar pajak tanah. Imbalan untuk uang dan tenaga yang diberikan hanyalah separoh dari apa yang akan diterimanya andakata ia mengarap tanah milik sendiri. Sawah memerukan banyak tenaga kerja untuk waktu-waktu singkat pada tiga tahapan siklus penanaman padi, bahkan kebanyakan pemilik sawah kecil pun memerukan tenaga kerja dari luar.
Barang kerajinan utama dari desa sampel adalah tikar dan kepang (anyaman bamboo untuk mejemur padi) anyaman itu dibuat sebagai perkerjaan sambilan. Selain itu, banyak wanita dan laki-laki melakukan usaha kecil-kecilan sebagai perkerjaan pokok atau musiman. Selain itu pemeliharan hewan juga dilaksanakan seperti ayam, bebek, kambing, domba dan kerbau. Ada juga 12 keluarga dari 40 yang berkerja dalam usaha produksi pangan untuk dijual. Kebanyakna adalam petani gula jawa.
Akan tetapi, penghasilan dari kebanyakan kegiata diatas walpun bisa mencukupi kebutuhan beras dari orang dewasa, tetapi sama sekali tidak dapat menutupi kebutuhan suatu rumah tangga dengan anggota 4-6 orang. Dengan demikian semua anggota keluarga harus mencari kesempatan kerja untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Anak nak berumur 5-6 tahun masih kurang produktif bagi orang tua mereka. Tetapi dari umur 7-9 tahun anak-nak biasanya mulai secara teratur melakukan perkerjaan mengambil air, mengurus hewan, mengumpul rumput, manjaga bayi, dan kalo perempuan menanam serta memetik padi. Perkerjaan yang lebih berat seperti mengolah sawah dan perkarangan (laki-laki) dan segala macam bayaran baru dimulai kalo sudah mencapai umur sekitar 13 tahun.
Para orang tua hidup dalam lingkungan ekonomi yang disebut ekonomi rumah tangga. Dalam lingkungan ekonomi pedesaan, tenaga kerja tersedia secara berlebihan dan murah. Tetapi dalam lingkungan ekonomi rumah tangga masing-masing, karna merupakan satu-satunya sumber yang ada sedemikian banyak keluarga. Maka tenaga itu tetap merupakan sumber yang berharga bagi setiap keluarga.
Konflik antara pendidikan anak-anak dan kebutuhan akan tenaga kerja mereka telah disinggung pula oleh Buddy P, yang mencatat bahwa di Gersik, kebutuhan-kebutuhan ekonomi sering memaksa petani kecil dan buruh yang tidak bertanah untuk mengabaikan pendidikan anak-anak mereka, karena tenaga anak itu dibutuhkan, terutama anak lelaki. Cille dan Pardoko dalam penelitian mereka (jawa timur) mencatat bahwa kalau baru mencapai umur untuk bersekolah (6-7) setiap anak dalam keluarhga petani dikerahkan untuk berkerja di lading selama puncak musim tanam dan panen, dimanan semua tenaga kerja yang tersedia telah dipakai.
Berkenaan dengan biaya daripada anak dalam ekonomi keluarga, kita harus mengetahui hal-hal sebagai berikut, 1. Biaya yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran 2. Biaya untuk makan, pakaiyan dan perawatan 3. Biaya dari semua kewajiban sosial yang harus dipikul keluarga 4. Biaya tidak langsung berkenaan dengan melahirkan dan membersarkan anak 5. Nilai anak sebagai sumber keselamatan bagi orang tua pada usia lanjut 6. Nilai anak sebagai sumber tenaga produktif atau berguna dalam ekonomi rumah tangga.
Penduduk yang diselidiki terdiri atas berberapa pedukuhan suatu desa kira-kira 25 KM dari Yokyakarta barat laut. Untuk meneliti gambaran umum penelitian dilakukan kurang lebih 500 rumahtangga. Dalam tulisan ini dibatasi 40 rumahtangga. Ke-40 ini termasuk golongan petani sedang/kecil dan buruh tani, ukuran rata-rata rumah tangga adalah 6,3 orang.
Pengarapan tanah milik orang lain dengan system makro hasil, si pemilik tanah umumnya tidak berwajib memberikan input apa-apa. Kecuali ia membayar pajak tanah. Imbalan untuk uang dan tenaga yang diberikan hanyalah separoh dari apa yang akan diterimanya andakata ia mengarap tanah milik sendiri. Sawah memerukan banyak tenaga kerja untuk waktu-waktu singkat pada tiga tahapan siklus penanaman padi, bahkan kebanyakan pemilik sawah kecil pun memerukan tenaga kerja dari luar.
Barang kerajinan utama dari desa sampel adalah tikar dan kepang (anyaman bamboo untuk mejemur padi) anyaman itu dibuat sebagai perkerjaan sambilan. Selain itu, banyak wanita dan laki-laki melakukan usaha kecil-kecilan sebagai perkerjaan pokok atau musiman. Selain itu pemeliharan hewan juga dilaksanakan seperti ayam, bebek, kambing, domba dan kerbau. Ada juga 12 keluarga dari 40 yang berkerja dalam usaha produksi pangan untuk dijual. Kebanyakna adalam petani gula jawa.
Akan tetapi, penghasilan dari kebanyakan kegiata diatas walpun bisa mencukupi kebutuhan beras dari orang dewasa, tetapi sama sekali tidak dapat menutupi kebutuhan suatu rumah tangga dengan anggota 4-6 orang. Dengan demikian semua anggota keluarga harus mencari kesempatan kerja untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Anak nak berumur 5-6 tahun masih kurang produktif bagi orang tua mereka. Tetapi dari umur 7-9 tahun anak-nak biasanya mulai secara teratur melakukan perkerjaan mengambil air, mengurus hewan, mengumpul rumput, manjaga bayi, dan kalo perempuan menanam serta memetik padi. Perkerjaan yang lebih berat seperti mengolah sawah dan perkarangan (laki-laki) dan segala macam bayaran baru dimulai kalo sudah mencapai umur sekitar 13 tahun.
Comments
Post a Comment