
Sneevliet memperkenalkan ide-ide Marxis untuk mengedukasi orang-orang Indonesia mencari cara untuk menentang kekuasaan kolonial. Banyak anggota SI seperti dari Surabaya, Semaun dan Darsono dari Solo tertarik dengan ide-ide Sneevliet. Sebagai hasil dari strategi Sneevliet akan "blok dalam", banyak anggota SI dibujuk untuk mendirikan revolusioneris yang lebih dalam Marxis-didominasi Sarekat Rakjat.
Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaun adalah ketua partai dan Darsono menjabat sebagai wakil ketua. Sekretaris, bendahara, dan tiga dari lima anggota komite adalah orang Belanda. PKH adalah partai komunis Asia pertama yang menjadi bagian dari Komunis Internasional.
Bersama Semaun yang berada jauh di Moskow untuk menghadiri Far Eastern Labor Conference, pada awal 1922, Tan Malaka mencoba untuk mengubah pemogokan terhadap pekerja pegadaian pemerintah menjadi pemogokan nasional untuk mencakup semua serikat buruh Indonesia. Hal ini ternyata gagal, Tan Malaka ditangkap dan diberi pilihan antara pengasingan internal atau eksternal. Dia memilih yang terakhir dan berangkat ke Rusia. Pada Mei 1922, Semaun kembali setelah tujuh bulan di Rusia dan mulai mengatur semua serikat buruh dalam satu organisasi. Pada tanggal 22 September, Serikat Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (Persatuan Vakbonded Hindia) dibentuk.
Pada kongres Komintern kelima pada tahun 1924, ia menekankan bahwa "prioritas utama dari partai-partai komunis adalah untuk mendapatkan kontrol dari persatuan buruh" karena tidak mungkin ada revolusi yang sukses tanpa persatuan kelas buruh ini. Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).[1]
Anggota-anggotanya dibiarkan memiliki keanggotaan ganda di PKI dan Sarekat Islam (SI) – salah satu organisasi nasionalis terbesar pada saat itu – dengan tujuan mengubah SI dari dalam. Kemudian pada tahun 1923, pengurus SI di bawah pimpinan Tjokroaminoto dan Salim, melarang anggota-anggotanya menjadi anggota partai politik lain sebagai usaha melindungi watak Islam dari SI.[2] Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota komunis kecewa dan keluar dari partai, seperti oposisi dari Tan Malaka dan Semaun yang juga keluar dari gerakan karena kecewa untuk kemudian mengubah taktik dalam perjuangan pergerakan indonesia. Pada saat yang sama, pemerintah kolonial Belanda menyerukan tentang pembatasan kegiatan politik, dan Sarekat Islam memutuskan untuk lebih fokus pada urusan agama, meninggalkan komunis sebagai satu-satunya organisasi nasionalis yang aktif.
Kemudian PKI berusaha menyaingi SI dengan mendirikan Sarekat Rakyat di daerah yang mempunyai cabang SI. Sejak tahun 1923 PKI mengembangkan suatu keanggotaan yang sebagian besar terdiri dari orang-orang kota, mengorganisir kaum buruh untuk melancarkan pemogokan-pemogokan dan menggiring mereka menuju konfrontasi dengan pemerintah Hindia Belanda sementara SI semakin menekankan watak islamnya dan terus menerus merosot sebagai suatu kegiatan politik.[3] Berikut ini adalah program-program PKI tahun 1920-an:
Melakukan propaganda /aksi bawah tanah terhadap pemerintahan Kolonial.
PKI yang merupakan perpecahan dari SI, berpusat di Semarang. Dalam pergerakannya melawan pemerintahan colonial, PKI banyak melakukan gerakan dan aksi yang berfokus didalam dunia bawah tanah. Hal ini beralasan karna PKI saat itu masih belum sepenuhnya terlepas dari SI dan adanya perbedaan ideology pergerakan diantara kedua organisasi politik tersebut menyebabkan ketidakluasaan PKI untuk melancarkan misi-misinya dalam menciptakan sebuah revolusi.
Melaksanakan politik yang berasaskan non-kooperasi terhadap pemerintah Hindia Belanda dan bersifat swadaya dalam internal organisasi.
Dalam hubungan politiknya, PKI melalui ketuanya Semaun melakukan hubungan yang non-kooperasi dengan pemerintah Hindia Belanda. Hal ini berarti PKI sama sekali tidak melakukan kerja sama ataupun perundingan dengan pemerintah Hindia Belanda dalam menyuarakan pembelaan nasib kaum tani dan buruh di seluruh Indonesia. Dalam internal organisasinya, PKI bersifat swadaya, yaitu dengan mengandalkan kekuatan sendiri yang perlu dikembangkan struktur alternative dalam kehidupan nasional, ekonomi dan hukum yang kuat berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi colonial.
Menggalang kekuatan suara anggota melalui sikap dualisme partai di setiap anggota PKI.
Pada awal pembentukan PKI, anggota-anggota di dalam tubuh PKI tidak hanya berorganisasi di PKI saja, namun juga berorganisasi di partai/organisasi lainnya seperti Sarek at Islam, PNI ataupun Indische Vereeniging. Hal ini mempunyai tujuan tertentu yaitu agar PKI menancapkan pengaruh atau bahkan menngendalikan partai-partai tersebut yang dimana nantinya dapat menggalang kekuatan dan dukungan yang besar dampaknya bagi PKI.
Mendirikan Sekolah-Sekolah Rakyat untuk kaum-kaum Proletariat.
Sekolah rakyat ini dibangun pada awal-awal kepengurusan PKI, setelah terjadinya perpecahan dengan SI. Sekolah ini dirintis oleh Semaun dan Tan Malaka. Tujuan dari pendirian sekolah ini adalah agar kaum miskin petani dan buruh mendapatkan pendidikan yang sama dan layak setelah program pendidikan dalam politik etis pemerintah colonial Belanda gagal. Para masyarakat miskin kurang mendapatkan kesempatan pendidikan yang dijanjikan colonial dalam politik etis. Selain itu, sekolah rakyat PKI ini juga bertujuan untuk mencetak kader-kader intelektual yang berpaham komunis-marxisme dan memiliki semangat juang revolusi melawan Kolonial. Perkembangan sekolah rakyat bermula pertama kali di Semarang, Jawa Tengah lalu ke Jawa Barat di Bandung dan kota-kota lain.
[1] Notosusanto, Nugroho. Et.al.1984. Sejarah Nasional Indoesia II. Jakarta: PN Balai Pustaka
[2] John Ingelson, Op.cit, hlm. 4.
[3] Loc.cit.
Comments
Post a Comment