Skip to main content

Sejarah Penyebaran Agama Kristen baik Katolik ataupun Protestan di Indonesia

Permulaan Gereja Pada Zaman Portugis
Permulaan abad 16 merupakan waktu peralihan dalam segala segi. Ciri khas keadaan di Indonesia pada abad ke-15 dan ke-16 adalah perubahan-perubahan yang besar di bidang politik kerajaan majapahit yang dalam puncak kebesarannya telah menanam pengaruhnya hingga melewati batas-batas wilayah Indonesia sekarang. Injil sejak abad pertama memasuki Asia. Gereja Mar-Thoma di india selatan mengatakan bahwa terjadinya gereja itu ialah karena pemberitaan injil oleh rasul Thomas.

Gereja di Indonesia pada zaman VOC 1605-1799

Pemerintah VOC dan Gereja Kristen.


Perubahan yang hebat di politik dan ekonomi pada abad ke-17 telah menentukan untuk berabad-abad lamanya arah yang akan ditempuh oleh perahu Gereja Kristus di Indonesia. Belanda mengubah kekristenan pada waktu itu. Jika masa pemerintahan Portugis Gereja Indonesia merupakan sebagian dari Gereja RK sedunia, maka Belanda datang dan mengubahnya menyadi Gereja kalvinis.

Keadaan Gereja

¢ Kedudukan serta lapangan pekerjaan tenaga-tenaga ini dibagi serta ditentukan menerut kebijaksanaan gubernur.

¢ Dilapangan usaha pekabaran injil maka gereja protestan sedikit sekali menunjukan kegiatan-kegiatan serta rasa tanggung jawab, salah satu sebabnya ialah taraf rohani Gereja yang amat rendah.

Gereja Protestan Indonesia “Indiskhe Kerk” sebagai pengganti Gereja VOC

Masa ini terjadi peralihan dari masa VOC ke masa Inggris. Satu-satunya perubahan adalah kebebasan agama yang di umumkan menggantikan kedudukan Monopoli dari gereja VOC. Hingga kemudian diijinkannya membangun gereja di samping gereja VOC yang kemudian memperkerjakan padri-padri ,tetapi hal itu di bawah ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti halnya gereja Protestan.

¢ Kemudian Inggris mengutus seorang penginjil pertama yaitu NZG. Dan terjadi penyebaran agama oleh penginjil-penginjil. Perkembangan rohani ketika itu mulai nampak di gereja Protestan.

¢ Kemudian gereja sekarang dijadikan sebagai suatu jabatan di pemerintahan karena dari pemerintah telah dimungkinkan untuk mengorganisir kegiatan rohani dari umat kristen Protestan dari bangsa Eropa maupun Indonesia itu sendiri

Gereja Protestan di Indonesia Timur


¢ Penetapan raja dan tata gerja tahun 1844 untuk GPI, orang kristen di Indonesia timur yang banyak jumlahnya tidak disebut. Muncullah nedherlands zendelingenootskhap (NZG).

¢ Tetepi terjadi perdebatan antara NZG dengan pemerintah pada tahun 1854 yang memperdebatkan tentang gaji orang orang NZG yang kecil.

Gereja Protestan Sejak Tahun Pemisahannya dari Negara

¢ Pada tahun 1935, sejak pemisahannya dari negara, GPI semakin berkembang. Dan pada tahun 1936 dan 1939 muncullah synode yang membicarakan mengenai peraturan hidup gereja dan usaha pekabaran injil.

¢ Atas permintaan golongan Protestan Indonesia, hubungan gereja tetap dipertahankan tanpa mempedulikan perbedaan-perbedaan bahasa dan bangsa dengan dibentuknya seksi –seksi untuk kedua golongan bahasa yang bisa mewujudkan “keesaan gereja”.

Gereja-gereja di Maluku dan Irian Barat

Gereja Protestan Maluku

1. Sejarah GPM sampai 1864

a. GPM mempunyai sejarah yang paling lama di Indonesia. Sejarahnya itu dapat kita bagi sebagai berikut:

± 1540-1605

Usaha Misi RK Portugis serta pengkristenan yang pertama

± 1605-1815

Gereja di Maluku dibawah pemeliharaan Gereja VOC sampai 1800 - dan dyangka pendek yang berikutnya dibawah pemeliharaan Pekabaran Injil dari pihak Inggris (1814- 1817).

± 1815-1864

Hidupnya kembali Gereja di Maluku oleh usaha Pekabaran Injil NZG dalam kerjasama dengan Gereja Protestan.

± 1864-1935

Gereja di Maluku dibawah pimpinan Gereja Protestan serta perkembangan Gereja itu.

b. Sejak 1935 GPM selaku Gereja yang berdiri sendiri.

Sejak tahun 1801 hampir tidak terdapat seorang pendeta Belanda di Ambon sampai tibanya J. Kam pada tahun 1816. Hanya pada tahun 1808 untuk dua bulan lamanya dilakukan pemeliharaan rohani oleh pendeta van den Broek, yang meninggal disitu tidak berapa lama kemudian. Demikian merosotnya kekristenan pada waktu itu sehingga pada tahun 1809 gedung Gereja Ambon pun mau dijadikan sebuah gudang. Keadaan yang sangat menyedihkan itu berlaku juga di-jemaat-jemaat yang lain. Di Saparua misalnya terdapat lowongan pendeta sejak tahun 1801 dan baru pada tahun 1807 dan 1809 terjadilah kunjungan pendeta sejak tahun 1796 sampai 1819, Banda dari 1800 sampai 1820. Memang ada beberapa guru sekolah yang memimpin kebaktian-kebaktian dengan membacakan khotbah-khotbah serta doa-doa menurut kebiasaan Gereja VOC.

c. Pada waktu pemerintahan Inggris yang pendek itu (1811-1815) masuklah para pekabar Injil Inggris yang pertama di Indonesia. Juga ke Ambon diutus seorang, yaitu Jabez Carey, anak William Carey, perintis pekabaran Injil yang ternama di India. Pergaulannya dengan orang-orang Ambon demikian baiknya sehingga dengan sangat sedih hati disertai tangisan mereka berpisah dari padanya ketika ia terpaksa meninggalkan Ambon pada tahun 1817.

d. Akan tetapi pada tahun 1816 tibalah seorang pekabar Injil yaitu J. Kam yang kemudian mendapat gelar "Rasul Maluku", Sesudah pendidikannya beberapa tahun lamanya iapun diutus ke Indonesia ber-sama-sama dengan dua orang pekabar Injil dari Jerman, yaitu Supper dan Bruckner, pada tahun 1814. Berhubung dengan keadaan politik pada waktu itu maka mereka diutus dengan perantaraan "Perhimpunan Pekabaran Injil dari London". Baru pada tahun 1815 tibalah mereka di Jakarta. Disitu ketiga orang ini "disita" oleh Gereja Protestan yang pada waktu itu amat kekurangan tenaga-tenaga. Kam ditempatkan di Ambon untuk memelihara Gereja didaerah itu. Pada tahun 1816 tibalah ia di Ambon. Ketika ia melalui Surabaja ia menghidupkan disitu segolongan orang-orang Kristen yang mempunyai arti bagi permulaan Gereja Jawa Timur dikemudian hari.

e. Ada kesulitan sedikit dalam bentuk pekerjaan Gerejani di Indonesia Timur pada waktu itu. Pada satu pihak hampir segala pekerjaan itu dilakukan oleh para pekabar Injil NZG. Pun NZG memberi banyak sokongan secara materi, misalnya buku-buku dsb-nya, bagi usaha itu. Pada pihak lain Gereja Protestanlah yang memelihara Gereja Kristen di Indonesia Timur. Gereja itu menempatkan Kam di Ambon serta memberikan hak kepadanya untuk memimpin pekerjaan Gerejani di wilayah itu. Gerejalah pula yang membiayai para pekabar Injil, andaikata mereka dipinjamkan oleh NZG kepadanya. Lambat laun Gereja ingin menempatkan pendeta-pendetanya sendiri disitu. Sejak tahun 1835 sejumlah pendeta Belanda dipindahkan ke Ambon untuk melakukan usaha-usaha Gerejani disitu akan tetapi diantara mereka itu tidak terdapat lagi seorang seperti Kam. Sama seperti pada waktu VOC maka mereka lebih memperhatikan jemaat Belanda daripada orang-orang Kristen Ambon, yang ribuan jumlahnya itu. Memang tidak ada sedikitpun pergaulan dengan masyarakat, ter-lebih-lebih oleh karena seorang demi seorang mereka meninggal di Ambon dalam waktu yang singkat. Lagi pula masih ada beberapa pekabar Injil NZG disitu yang mengerjakan jemaat-jemaat di Ambon dan dikepulauan Lease. Mereka berusaha melakukan pekerjaannya baik secara rohani maupun secara materiil. Salah satu usaha yang sangat bermanfaat ialah sekolah guru yang didirikan oleh Roskott pada tahun 1836 di Batu Merah, letaknya diteluk Ambon. Roskott bermaksud mendidik guru-guru untuk sekolah-sekolah Kristen yang disamping itu dapat memimpin jemaat-jemaat kecil. Makin lama makin banyak hasil sekolah guru itu untuk seluruh kepulauan Maluku. Kira-kira 100 guru dihasilkannya untuk 80 sekolah rakyat. Bahkan pemerintah menghargai pekerjaan Roskott demikian rupa, sehingga ia diangkat menjadi Inspektur sekolah-sekolah pada tahun 1851.

2. Dari 1864 sampai 1935
a. Dengan terhentinya kerjasama NZG dan Gereja Protestan maka berkembanglah organisasi Gereja Protestan diseluruh daerah itu. Makin lama makin tegaslah batas-batas daerah yang diliputi oleh Gereja Maluku, daerah-daerah Gereja Minahasa dan Timor kemudiannya. Hanyalah mengenai kepulauan dibarat daja, yaitu Leti, Moa, Kisar, Wetar belum ada keputusan, apakah itu termasuk daerah Maluku atau daerah Timor. Baru pada tahun 1936 ditetapkan oleh karena perhubungan yang lebih lancar bahwa pulau-pulau itu terikat didalam Gereja Maluku. Jemaat-Jemaat Gereja itu terletak terutama dipulau Ambon bagian Laitimur, sedangkan bagian Hitu sudah diislamkan sebelum zaman VOC. Jemaat-jemaat yang lain terdapat pula dikepulauan Lease ialah Haruku, Nusalaut dan Saparua. Disebelah Utara termasuk pula Ternate, yang diduduki oleh seorang pendeta pembantu yang mengawasi jemaat-jemaat Bacan dan Tidore. Dipulau Seram ada juga dua jemaat, di Amahai dan di Kamarian (Piru). Juga dipulau Buru bagian utara terdapat jemaat Kajeli yang termasuk Gereja Maluku pada waktu itu. Akhirnya harus dicatat pula jemaat yang ada di Bandaneira. Pada akhir abad ke-19 menjadi lebih luaslah daerah Gereja Maluku. Ber-angsur-angsur beberapa kepulauan sebelah tenggara dan selatan dikerjakan untuk pertama kali. Mengherankan bahwa suatu Gereja yang paling tua, yang sudah bersejarah ber-abad-abad lamanya, tidak sanggup untuk melakukan pekabaran Injil didaerahnya sendiri. Memang kira-kira pada tahun 1635 pulau-pulau Aru dikunjungi oleh seorang pendeta VOC, juga dapat diduga bahwa dikepulauan Tanimbar terdapat sisa-sisa kekristenan dari zaman VOC. Akan tetapi orang-orang Kristen disitu diabaikan saja, sehingga Kam yang mengunjungi kepulauan itu kira-kira pada tahun 1819 tidak menemukan seorang Kristen lagi disitu. Usaha pekabaran Injil yang mulai pada akhir abad itu disebabkan oleh dua alasan, pertama bahwa baru pada bagian kedua abad ke-19 pemerintah memberikan perhatian kepada kepulauan itu. Hal itu berhubung dengan perobahan politiknya diseluruh wilayah Indonesia. Dan memang, bilamana pemerintah membuka tanah, maka Gerejapun lantas mengikutinya. Alasan kedua jakni perhatian yang dicurahkan oleh pihak RK kepada kepulauan tersebut mulai tahun 1880. Sesudah RK mengusahakan misi disitu, barulah Gereja Protestan bertindak juga. Pulau Tanimbar misalnya sudah dikunjungi oleh Kam pada tahun 1825, tetapi baru pada tahun 1882 pekerjaan dapat dimulai disitu. Demikian pula halnya dipulau Kai, tempat markas RK memulai pada tahun 1890 sedangkan Gereja Protestan memulai usahanya pada tahun 1900. Pada bagian pertama abad ini hampir selesailah pengkristenan kepulauan-kepulauan itu. Kita telah mengetahui bahwa sebenarnya perluasan secara pekabaran Injil tidak diizinkan kepada Gereja Protestan pada waktu itu. Hal itu berarti bahwa sebagian besar dari biaya itu harus menjadi beban Gereja Protestan sendiri.

Pulau Burupun sebagiannya dari "Utrekhtskhe Zendings Vereniging" (UZV) diserahkan kepada Gereja Maluku pada tahun 1933. Usaha pekabaran Injil dipulau itu sudah dimulai pada zaman VOC. Di Kajeli yang letaknya di Buru Utara terdapat segolongan orang Kristen Ambon. Akan tetapi baru sejak tahun 1879 usaha pekabaran Injil diadakan oleh beberapa guru Ambon, yang dipimpin oleh pendeta pembantu di Alang (pulau Ambon). UZV-lah yang mengutus seorang pekabar Injil kedaerah Buru Selatan (Masareta) pada tahun 1885. Para pekabar Injil UZV menjalankan penginjilan dipulau itu sampai saat perang dunia kedua. Sejak 1911 juga daerah Buru Utara (Namlea) dimasuki oleh mereka, dan mulai 1917 dipedalaman (Waekatin). Pada tahun 1934 daerah sebelah utara (Kajeli dll.) diserahkan oleh UZV kepada Gereja Protestan, sedangkan disebabkan oleh perang dunia kedua maka seluruh daerah itu termasuk kedalam wilayah GPM. Selain daripada itu kita mencatat bahwa jemaat-jemaat Ambon dan Lease bersedia menjokong usaha Pekabaran Injil di Irian Barat, bagian Fakfak dan Kaja-kaja (Merauke). Melihat luasnya wilayah yang diliputi oleh Gereja Maluku maka mengertilah kita bahwa tidak ada sebuah Gereja lainpun di Indonesia yang begitu sulit keadaan geografisnya seperti Gereja Maluku itu. Sebenarnya Gereja itu merupakan Gereja kepulauan.

b. Sejak 1864 secara ber-angsur-angsur organisasi Gereja itu menjadi rampung. Ditetapkanlah bahwa di Ambon selaku pusatnya bertempat dua pendeta Belanda, diantaranya seorang untuk melajani jemaat yang berbahasa Belanda dan yang lain sebagai Ketua Gereja di Maluku. Di-daerah-daerah ditempatkanlah sejumlah pendeta-pendeta pembantu yang menurut peraturan tahun 1867 pekerjaannya diawasi oleh ketua tersebut. Sampai tahun 1935, yaitu terbentuknya Synode yang berdiri sendiri, maka sejumlah yang kecil berhak sedemikian. Hal itu berarti bahwa guru-guru Injil tersebut tinggal tetap didalam tingkat bawahan terhadap para pendeta pembantu. Pendidikan mereka direncana pada permulaan seperti pendidikan yang diperoleh mereka dalam rumah-rumah pendeta pembantu masing-masing. Kemudian pendidikan itu dipersatukan didalam sebuah sekolah guru Injil yang disebut STOVIL (Skhool tot opleiding van Inlandse leeraren). Sekolah guru Injil yang pertama didirikan di Ambon pada tahun 1885, kemudian juga di Tomohon (1886) dan dipulau Roti (1902). Guru-guru Injil tersebut diangkat menjadi pegawai pemerintah seperti juga para pendeta dan para pendeta pembantu. Tetapi tingkat-tingkat yang lebih rendah dibawahnya berlainan dalam hal itu. Guru-guru jemaat yang melajani jemaat-jemaat yang kecil tidak dibiayai oleh pemerintah tetapi oleh jemaat atau Gereja sendiri. Akhirnya kita melihat didalam Gereja tingkat penatua sjamas. Belumlah ada tataGereja yang menetapkan tingkat dan kewajiban mereka itu. Baru pada tahun 1935 waktu mana GPM menetapkan tata Gerejanya maka segala sesuatupun diaturlah serta ditetapkan.

3. Dari 1935 sampai sekarang ini

a. Pada tanggal 6 September 1935 Gereja Malukupun berdiri sendirilah. namanya disebut Gereja Protestan Maluku (GPM), Tata Gerejanya disahkan pada tahun 1936. Selain daripada itu kita melihat beberapa gejala dari sebuah Gereja menurut tata presbyterial-synodal.

Daerah-daerah Gereja di-bagi-bagi menurut kedewasaan mereka masing-masing. Ditetapkanlah tiga bagian: (a) Klasis-klasis yang berhak penuh, oleh karena jemaatnya masing-masing sudah berdiri tetap dengan mempunyai majelis-majelisnya yang dipilih, dll. (b) "Bagian-bagian" Gereja (yang disebut "afdeling") yang belum mempunyai hak penuh daripada klasis-klasis tersebut, oleh karena jemaat-jemaat disitu masih muda serta majelisnya masing-masing belum berjalan sebagaimana mestinya. ( ) "Bidang" (yang disebut "terrein"), ialah lapangan-lapangan usaha pekabaran Injil, yang sebenarnya belum membentuk jemaat serta yang berhak membentuk synode, sedangkan "bagian-bagian" tersebut diwakili oleh pendeta pembantu yang ditempatkan disitu. Akan tetapi "bidang-bidang" tidak mempunyai suara didalam synode. Terbentuklah 7 klasis yaitu Ambon, Lease, Seram Barat, Seram Timur, Banda, Ternate, termasuk jemaat Ambon-kota dengan tingkat yang istimewa. Jumlah bagian adalah 6, yaitu pulau Aru, pulau Kai, pulau Tanimbar, Babar, Kisar, Irian Barat. Akhirnya "bidang" berjumlah 2, yaitu Irian Barat-Daya dan Buru Utara.

b. Perkembangan GPM pada perjalanannya untuk berdiri sendiri telah dipercepat oleh keadaan yang ditimbulkan oleh perang dunia kedua. Dengan ditangkapnya para tenaga Belanda, maka para pendeta suku maluku menjalankan pimpinan atas Gereja di Maluku sejak tahun 1942. Memang sesudah perang dunia kedua ketua synode yang berbangsa Belanda ditempatkan lagi oleh Badan Pekerjaan Am Gereja Protestan disitu, sedangkan para pendeta pembantu tidak lagi diperlukan oleh karena para tamatan HTS Jakarta dianggap sama derajatnya dengan mereka. Sejak tahun 1949 tidak ada lagi seorang pendeta Belanda yang duduk dalam pimpinan GPM.

4. Corak GPM

Keistimewaan Ambon yaitu pakaian-pakaian yang dipakai oleh orang-orang Ambon didalam kebaktian-kebaktian. Musik Gerejani merupakan pula suatu keistimewaan. Biasanya di-negeri-negeri Ambon dan Lease nyanjian-nyanjian jemaat diiringi orkes suling, Orkes-orkes suling itu telah didirikan atas usul Kam dan memang GPM patut berterima kasih kepadanya oleh sebab usul yang sangat bermanfaat itu.

Termasuk pula tradisi Ambon ialah penghargaan orang-orang Ambon atas Alkitab terjemahan Leydekker. Meskipun sudah lama terjemahan itu diganti dengan terjemahan Klinkert dan Bode, namun terjemahan Leydekker masih berlaku seperti suatu pusaka.

Mazmur dan Tahlil pun berlaku didalam kebaktian-kebaktian, sedangkan didalam ibadat-ibadat dirumah buku-buku nyanjian "Dua sahabat lama" sangat disukai oleh orang-orang Kristen Ambon.

Tradisi memang memainkan peranan yang luar biasa didalam keGerejaan Ambon. Kebiasaan-kebiasaan dianggap oleh mereka itu seperti anasir-anasir kekristenan yang hakiki. Terjadilah suatu corak keGerejaan demikian rupa, sehingga boleh dikatakan bahwa kekristenan sudah

Gereja Masehi Injil Halmahera

GMIH berdiri sebagai buah misi Utrekh Zendings Verenigeeng (UZV) dari Belanda, seperti Hendrijk van Dijken yang berkerja di Halmahera sejak tahun 1816. Persekutuan orang percaya ini kemudian mengorganisasi diri menyadi GMIH pada 6 Juni 1949 dalam Sidang Proto Sinode yang bertempat di Tobelo.

Gereja Kristen Injil di Irian

1852, 7 Oktober
Para Penginjil dari Badan Misi Gossner Jerman yakni Johann Geissler, Skhneider dan Carl Ottow tiba di Batavia (Jakarta)

1855, 5 Februari.
Ottow dan Geissler tiba di Mansinam.
1956
Rumah Misi pertama didirikan di Mansinam
1861
Penerbitan Buku Nyanyian gerejani pertama yang di terjemahkan dalam bahasa Numfoor.
1962, 9 November
Ottow meninggal
1867, 1 Desember
Peresmian Gedung Gereja Pengharapan di Mansinam .
1865, 1 Januari
Dua orang wanita (Sara dan Margaretha) yang biasa membantu di rumah Geissler menyadi orang Papua pertama yang dibaptis.
1969, 16 Agustus
Geissler meninggalkan Mansinam kembali ke Jerman.
1970, 11 Juni
Geissler meninggal dunia dalam usai 40 tahun.
1956, 26 Oktober,
GKI di Tanah Papua berdiri.

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN ILMIAH PROSES PEMBUATAN TAPE KETAN DAN TUAK

Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya, khususnya bagi penulis yang telah mampu menyelesaikan laporan ilmiah yang berjudul ‘’ cara membuat Tape Ketan dan Tuak ’’. Dalam menulis laporan ilmiah ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala – kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Sabaruddin Ahmad S.Pd, selaku guru pembimbing yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga laporan ilmiah ini dapat terselesaikan. Disini kami juga menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan laporan ilmiah ini terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ilmiah ini. Semoga apa yang diharapkan kami, selaku penulis dapat dicapai dengan sempurna. Singkawang, 14 febuari 2013 Penulis ...

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME              Gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat. Disamping paskan itu, perjuangan mereka juga didukung oleh seluruh umat Islam di berbagai wilayah setempat yang menjadikan “kekuatan” yang dahsyat sehingga mereka dapat melepaskan diri dari belenggu imperialisme. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam bebrapa bentuk kegiatan, seperti (1) gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata, dan (2) gerakan pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu. Negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitupadatanggal 17 Agustus 1945. Indonesia mer...

PETUNJUK PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN BAHAN MAKANAN

PETUNJUK PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN BAHAN MAKANAN A.    TUJUAN Mengetahui adanya karbohidrat, lemak, dan protein pada makanan. B.     ALAT DAN BAHAN Alat 1.        Tabung reaksi 2.        Mortar 3.        Plat tetes 4.        Kertas buram 5.        Pembakar Spirtus Bahan 1.        Larutan benedict (Fehling A + Fehling B) 2.        Larutan lugol 3.        Larutan biuret (NaOH 20% + CuSO4 0,1 M) 4.        Berbagai bahan makanan C.     CARA KERJA I.       UJI KARBOHIDRAT (AMILUM) 1.     Hancurkan bahan makanan yang akan diuji menggunakan mortar porselein. 2.     Masukkan masing-masing baha...