III-1
Tahun-tahun Pertama Pemerintahan Menurut Van Goens
Setelah
penobatan, Raja menaikkan kedudukan Tumenggung Wiraguna serta menggantikan
abdi-abdinya yang lebih tua dengan yang lebih muda. Raja mengirim dirinya namun,
ia tidak kembali lagi apabila ia dibunuh oleh Kiai Ngabei Wirapatra dengan
alasan karena ia tidak menjalankan tugas dengan baik dimana seluruh keluarganya
pun turut menjadi korban pembunuhan di Mataram. terjadi penyerangan yang
dilakukan Pangeran Alit yang menyebabkan beberapa hamba abdinya disiksa supaya
membuka rahasia namun setelah diberitahu malah mereka membunuh seluruh
keluarganya.
III-2 Ekspedisi
Blambangan Menurut Cerita Tutur
Raja
telah memperoleh berita bahwa Blambangan diserbu orang Bali dimana Tawang Alun
telah bertekuk lutut kepada mereka. Raja memerintahkan kepada Tumenggung
Wiraguna untuk memimpin perlawanan terhadap orang Bali dimana Tumenggung
Danupaya harus menyertainya. Kedua panglima itu membawa serta meriam-meriam
Mataram dimana adipati Sampang harus menyediakan prajurit. Pihak Mataram
mundur, tetapi karena siasat Wiraguna, mereka mencapai kemenangan. Akhirnya
orang Blambangan dan Bali melarikan diri dimana Wiranegara dan Tawang Alun
melarikan diri ke jurusan timur laut. Wiraguna meninggal diperjalanan dan semua
ahli keluarganya dibunuh karena tidak dapat menangkap Tawang Alun.
III-3 Serangan Pangeran
Alit Atas keraton, 1647M
Perselisihan antara
Pangeran Alit dan Raja sudah lama terjadi. Tindakan nekat untuk menyerang Raja
dikarena ia dihasut oleh Tumenggung Pasisingan dan anaknya, Tumenggung Agrayuda
dengan menyatakan bahwa separuh rakyat Mataram menginginkan dirinya menjadi
Raja. Karena terhasut mereka mulai melakukan rencana namun, rencana mereka
diketahui oleh Pangeran Purbaya yang segera memberitahu Sunan. Keesokan harinya
Tumenggung Pasisingan dibunuh ketika datang ke keraton untuk bekerja.
Tumenggung Agrayuda pun ingin membalas kematian ayahnya juga dibunuh dan
kepalanya dipenggal. Raja meminta adiknya dipanggil untuk menghadap dan
melempari kepala-kepala yang dipenggal kepadanya. Pangeran marah dan
menusuk-nusuk kepala mereka seraya mempersalahkan mereka. Sunan memerintahkan
kepadanya untuk memberitahu siapa saja yang terlibat dan ia menyerahkan.
Pangeran Alit tewas karena paha tergores oleh keris Setan Kober yang awalnya
orang Madura menuntut balas dendam kepadanya karena telah membunuh Demang
Melaya.
III-4 Tinjauan Mengenai
Tahun-tahun Pertama
Cerita-cerita Van Goens,
yang tercatat dalam bentuk tulisan, dibuat jauh lebih dahulu daripada
cerita-cerita yang dibuat orang Jawa jadi lebih bisa dipercayai. Cerita yang
dibuat oleh Van Goens meliputi masa muda Sunan sampai meninggalnya ibunya yaitu
dari tahun 1633M-1654M. Cerita tutur memusatkan perhatiannya hanya pada
kejadian-kejadian ekspedisi ke Blambangan dan tewasnya Pangeran Alit. Cerita
tutur Jawa dengan kuat sekali dijiwai usaha memaafkan dan membenarkan
tindakan-tindakan Sunan. Cerita yang dibuat oleh Van Goens berlebih-lebihan
dimana ada beberapa unsur mitos yang tidak terdapat pada Van Goens, misalnya
tindakan Sunan yang melukai dirinya sendiri atau tentang keris ajaib Pangeran
Alit.
III-5 Pembunuhan atas
Kaum Ulama
Pangeran Alit mencari dukungan dari “para pemuka Islam”, yang dipakai
sebagai utusan antara dirinya dan kawan-kawannya Sunan mulai mencari cara untuk
membalas dendam terhadap para pemuka Islam, tanpa menimbulkan kesan bahwa
dialah otak di balik komplotan pembunuhan itu. Dipanggil orang kepercayaannya
untuk menerima perintah oleh Sunan supaya sebelumnya anak buah mereka
meyelidiki nama, keluarga, dan alamat para pemuka agama itu dan memerintahkan
membunuh semua orang lelaki, wanita dan anak-anak yang tidak bersalah yang
akhirnya menewaskan 5 hingga 6 ribu orang. Sunan ingin mengelakkan tanggung
jawab atas tindakan-tindakan kekerasannya itu, maka keesokan harinya ketika
tampil tampak wajahnya marah dan terkejut sekali.
III-6 Konflik Pertama
dengan Pangeran Purbaya
Pembunuhan-pembunuhan
yang terjadi akhir-akhir ini membuat Pangeran Purbaya merasa khawatir akan
keselamatan dirinya dan keluarganya. Ia memutuskan untuk tidak lagi datang
menghadap ke istana. Sunan yang mengetahui hal ini mengirim utusan dan memohon
maaf karena tidak meminta pendapat ia untuk melakukan rencana tersebut. Ia
berusaha mengumpulkan kekuatan dengan
mengumpul pengikut. Ratu Ibu merasa khawatir akan terjadi pertumpahan darah
selanjutnya. Ia berencana untuk mempertemukan Sunan dengan Pangeran Purbaya di
makam Sultan Agung dengan mengancam akan bunuh diri agar Sunan mau ke sana. Ibu
Ratu memohon agar Sunan tidak membunuh Pangeran Purbaya dan pamannya juga
mencium kaki serta memohon maaf kepada Sunan. Sunan bersumpah tidak akan
membunuh pamannya.
III-7 Politik Luar
Negeri Mataram
Sunan menganggap
dirinya sebagai pemilik kekuasaan tertinggi di Kota Mataram dan penguasa atas
seluruh Jawa. Antara daerah kekuasaan Mataram ialah Sukadana yang mungkin ialah
Makassar dimana selama pemerintahan ayahnya memberi sembah kepada Sultan Agung.
Tetapi Sunan hanya akan menerima utusan Makassar hanya sebagai seorang hamba
daerah taklukan meskipun Raja Makassar tidak mengakui Mataram sebagai pertuanan
yang lebih tinggi. Di Batavia, Kompeni memberi semacam upeti kepada Mataram
yang secara samar-samar dan tanpa merasakan dirinya dikuasai Mataram dimana
mereka mengatur sendiri Batavia tanpa campur tangan Mataram. banten pula tidak
pernah mengakui kekuasaan Mataram dan Blambangan telah direbut oleh Bali dan
membentuk kerajaan kecil sendiri. Di luar Jawa, hanya Palembang dan Jambi yang
masih mengakui kekuasaan Mataram.
Comments
Post a Comment