Skip to main content

contoh makalah tentang KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN PEDAGANG ASONGAN DIKOTA SOLO

Bab I Pendahuluan

1.1.Latar Belakang Masalah
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilanrendah.Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi merupakan dua masalah besar di negara-negara berkembang.

Kesenjangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat dunia ini, dan juga selalu menjadi isu penting untuk ditinjau.Di negara berkembang masalah kesenjangan telah menjadi pembahasan utama dalam menetapkan kebijakan sejak tahun tujuh puluhan yang lalu.Perhatian ini timbul karena adanya kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan semakin tingginya tingkat kesenjangan yang terjadi.

Dari hasil penelitian ini telah mengembangkan anggapan yang menyatakan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian pendapatan terdapat suatu trade-off, dimana pertumbuhan ekonomi yang pesat akan membawa konsekuensi meningkatnya ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya. Sebaliknya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang cukup baik akan dicapai dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat atau diturunkan.

Permasalahan ketimpangan pendapatan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan kemiskinan, biasanya terjadi pada negara miskin dan berkembang.Kemiskinan itu terjadi karena satu keadaan di mana seseorang itu kekurangan bahan-bahan keperluan hidup.Dalam masyarakat modren, kemisikinan biasanya disamai dengan masalah kekurangan uang.


Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, maka peneliti malakukan penelitian dengan judul “ KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN PEDAGANG ASONGAN DIKOTA SOLO “.

1.2. Batasan Masalah

Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasikan diatas dan karena keterbatasan kemampuan peneliti, waktu, dan biaya maka penelitian ini dibatasi, yaitu sebagai berikut :

1. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pedagang kecil, khususnya di kota Solo.

2. Masih besarnya kesenjangan pendapatan masarakat Indonesia, khususnya pedagang asongan di kota Solo.

3. Kurangnya perhatian masarakat sekitar, khususnya masarakat, khususnya kita sebagai masarakat kristiani terhadap masarak ekonomi lemah.

1.3. Metode

1. Observasi (pengamatan)

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan piskhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010: 203).

Penelitian ini menggunakan Observasi Terstruktur, karena observasi ini telah dirancang tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.

2. Wawancara

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 192), wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa factor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Factor-faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara.Interview atau disebut juga wawancara atau kuisioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto 1991: 126)

1.4.Rumusan Masalah

Dari masalah-masalah yang telah diindentifikasikan diatas dan karena keterbatasan kemampuan peneliti, waktu, dan biaya maka penelitian ini dibatasi, yaitu sebagai berikut :

1. Seberapa besar peranan pemerintahterhadap nasib para pedagang asongan di kota Solo ?

2. Upaya apa saja yang di lakukan dalam pembinaan dan perhatian pemerintah ?

3. Apakah peranaan masarakat disekitar ?

4. Apakah arti kebahgiaan menurut mereka, khususnya pedagang asongan di kota Solo ?

5. Apa yang memotivasi mereka sehingga rela menjadi seorang pedagan asongan ?

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar peran pemerintah terhadap masarakat kecil, khususnya pedagan asongan di kota Solo.

2. Untuk mengetahu kesenjangan pendapatan antar para pedagang asongan di kota Solo.

3. Untuk mengatuhi motivasi masarakat kecil, khususnya dari sudut pandang kristiani.

1.6.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan informasi bagi peneliti dengan penelitian sejenis.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat menambah wawasan dan pemahaman terhadap masalah-masalah kesenjangan social ekonomi khususnya dari sudup pandang Kristiani.

3. Upaya mengatasi kesenjangan social ekonomi dan peran serta masarakat dari sudut pandan Kristiani


Bab II

Dasar Teori

2.1. Landasan Teori

Pendapatan adalah adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangi penerimaan. ( Abbas TJakrawiralasana 1983:71 ). Menurut Soediyono ( 1992:99 ), pendapatn adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggaota masarakat dalam waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktoe-faktor produksi yang mereka sumbangkan.

Berdasarkan definisi diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pendapatan rumah tangga pedagang asongan adalah jumlah penghasilan pedagan asongan setelah dikurangi biaya modal, sebagai balas jasa atas kerja mereka.Biro pusat statistic merinci pendapatan yaitu pendapatan yang berupa uang adalah segala hasil kerja dan usahnya.

Konsep pengertian kemiskinan sangatlah beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumen dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukan aspek social dan moral. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup dan lingkungan dalam suatu masarakat atau yang mengatakan bahwa kemiskinan adalah ketidakberdayaan sekelompok masarakat terhadap system yang diterapakan oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan terekploitasi ( kemiskinan structural ). Tetapi ketika orang berbicara kemiskinan, yang dimaksud dengan kemiskinan adalah kemiskinan material.

Lebih lanjut Hadi Prayinto dan Lincolin Arsyad ( 1987: 36 ) menegemukakan aspek kemiskinaan yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

a) Kemiskinan multidimensional artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan meliputi aspek primer berupa miskin akan asset-aset, politik, dan pengetahuan serta keterampilan dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan social, sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan di atas memanifestasikan diri dalam bentuk kekurangan gizi, air dan perumahan yang tidak sehat dan perawatan kesehatan pendidikan yang kurang baik.

b) Aspek-aspek kemiskinan saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berati bahwa kemajuan dan kemunduran pada salah satu aspek akan mempengaruhi maju mundur aspek yang lain.

c) Bahwa yang miskin manusianya, baik secara individual maupun kolektifm, yang mempengaruhi kemiskinaan adalah penduduk yang menderita “ miskin”.

Berdasarkan definisi diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana penduduk kita mampu memenuhi kebutuhn pokok pangan, kesehatan, pendidikan, polotik, miskin akan sumber-sumber keuamgan informasi.

Kemiskian memang bukan hanya menjadi masalah di Negara Indonesia, bahkan Negara majupun masih sibuk mengentaskan masalah yang satu ini.Kemiskinan memang selayaknya tidak diperdebatkan tetapi diselesaikan. Akan tetapi kami yakin : “du chocs des opinion jaillit la verite”. “ Dengan benturan sebuah opini maka akan munculah suatu kebenaran “. Dengan kebenaran maka keadilan ditegakkan, dan apabila keadilan ditegakkan kesejateraan bukan lagi menjadi sebuah impian akan tetapi akan menjadi sebuah kenyataan.

Menurut Robert Chambers bahwa inti kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :

1. Kemiskinan itu sendiri

2. Kelemahan fisik

3. Keterasingan atau kadar isolasi

4. Kerentaan

5. Ketidakberdayaan

Semua unsur itu terkait satu sama lain sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang benar – benar berbahaya dan mematikan, serta mempersulit rakyat miskin untuk bangkit dari kemiskinannya.

Menarik kita intip kembali masalah kemiskinan di Indonesia yang pada tahun 2005 jumlahnya 35,100 juta jiwa ( 15,97 % ), tahun 2006 jumlahnya 39,300 juta jiwa ( 17,75 % ), tahun 2007 berjumlah 37,130 ( 16,58 % ) ( sumber BPS ).

Bab III

Hasil dan Pembahasan

3.1.Rangkuman Hasil Riset

Ø Narasumber pertama

Narasumber pertama adalah bapak Sutrtno, usianya 75 tahun. Mata pencaharian utamanya adalah sebagai pedagang asongan di terminal Tirtodadi kota Solo dengan gerobak dorong sejak tahun 2007.Beliau berkerja mulai pukul 7.00 pagi sampai sekitar pukul 7.00 malam. Pendapatan yang diperoleh sekitar Rp. 80.000,00 ( pendapatan kotor, belum dikurangi biaya produksi ).

Semenjak pemerintah mengusur tempat mereka berjualan di terminal terpaksa mereka berjualan di luar pakar terminal, yang mana kadang-kadang beliau perlu merasa was-was akan adanya penertiban oleh SATPOL PP.

Sebenarnya, didalam terminal telah disediakan tempat berjualan untuk para pedagang, tapi tidak mungkin pedagan kecil seperti bapak Sutrtno berjualan di situ, karena biaya sewanya yg besar, jadi hanya orang yang bermodal besar yang bisa menempati blog-blog di dalam terminal yang telah di sediakan pemerintah.

Ø Narasumber kedua

Beliau adalah ibu Parti ( 45 tahun ). Pedagan asongan yang satu ini bernasib lebih baik, karena berkerja sebagai pedagang asongan bukan merupaka perkerjaan utama, ia berjualan nasi sebagai perkerjaajn utamanya. Penghasilan yang diperoleh pun lumayan yaitu sekitar Rp. 200.000,00 ( pendapatan kotor, belum dikurangi biaya produksi ).

Masalah yang dihadapi adalah kurangnya perhatian pemerintah, karana bisa saja sewaktu dilakukan penertiban oleh pihak berwajib.

Ø Narasumber ketiga

Beliau adalah bapak Supriono ( 45 tahun ), beliau berkerja dari pukul 17.00- 23.00, pedagan asongan merupakan mata pencaharian sampinagan disamping sebagai buruh parbik di Palur.

Dilihat dari pendapatan dan lamanya waktu berkerja dan tempat berjualan, bapak yang satu ini berneasib lebih baik, tempat berjualan di sediakan, daerahnya bersih, yaitu di jalan Selamet Riadi kota Solo. Pendapatan yang didapat kurang lebih Rp. 200.000,00 ( pendapatan kotor, belum dikurangi biaya produksi ).

3.2. Pembahasan 

Dari data yang telah saya himpun, terlihat bahwa pendapatan yang diperoleh dari masing-masing narasumber yang dijadikan sampel penelitian sangat jauh berbeda, dimana pak Sutrtno berkerja dari pagi hingga malah pendapatan yang diperoleh pun tidak seberapa jika dibandingna dengan narasumber kedua dengan ketiga.

Seperti yang di sebutkan di dasar teori, kemiskinan yang saya kaji disisni adalah, masalah kemiskinan dalam hal sikap budaya dan masarakat sekitar, yaitu kurangnya perhatian pemerintah terhadap masarakat dengan ekonomi lemah, ditambah lagi dengan makin tumbuhnya budaya individual di masarak modern saat ini.

Memang terjadi suatu perbedaan antara BPS, dikarenakan indicator yang digunakan untuk menghitung garis kemiskinan pun berbeda.Sampai sekarang masih terjadi perdebatan antara para pengamat ekonomi tentang metodologi penghitungan kemiskinan menurut BPS.Terlepas dari perdebatan tersebut kita tengah dipertontonkan fakta yang cukup menakutkan berupa angka kemiskinan yang masih sangat tinggi sekali.

Factor – factor internal dan eksternal orang miskin pun semakin membuat kehidupan yang mereka jalani semakin sulit. Adapun factor internal orang miskin diantaranya : tingkat pendidikan yang rendah, kebodohan, sikap apatis orang miskin terhadap segala kebijakan pemerintah, dll. Dan inilah ( factor internal ) yang selama ini dijadikan salah satu alasan pemerintah, mengapa kemiskinan sulit dientaskan. Sebetulnya masih ada factor eksternal yang seharusnya pemerintah juga memperhatikan dan mencermati, yang kami anggap juga tak kalah menyulitkan bagi orang miskin. Adapun factor eksternal diantaranya pembangunan yang selama ini tidak berpihak kepada orang miskin, distribusi pendapatan Negara yang tidak merata, penggusuran dengan / tanpa kompensasi, kesenjangan social – ekonomi. Kita memang mempunyai orang terkaya se- Asia Tenggara versi Globe Asia akan tetapi kita juga dihadapkan dengan fakta yang menyedihkan tentang meninggalnya seorang anak balita di Makassar karena tidak diperiksakan dan dirawat di rumah sakit setelah 1 bulan menderita sakit, dikarenakan tidak mampu membayar biaya kesehatan ( Kompas, 2/11 ). Ini lah salah satu wujud kesenjangan social – ekonomi yang sudah sangat parah. Menarik juga mengangkat tentang sertifikasi dan isu kenaikan gaji guru yang sekarang sedang menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Tugas seorang guru memang berat dan penuh amanat, akan tetapi gaji seorang guru dengan golongan terendah sekalipun jikalau kita hitung masih diatas 2 dollar per hari. Dan mereka bukan termasuk salah satu dari 49% orang miskin versi World Bank. Dan saya rasa memang belum saatnya jikalau gaji guru dinaikkan, mengingat kondisi perekonomian di Negara kita dan ketakutan akan semakin lebarnya jurang kesenjangan antara yang Miskin dan tidak Miskin, masih sangat banyak orang di sekeliling kita yang berpenghasilan jauh dibawah 2 Dollar per hari, seperti: buruh tani, buruh pabrik, kuli, dan masih banyak lagi. 

Dengan dana pendidikan 20% dari APBN, alangkah baiknya pemerintah mengalokasikan dana tersebut untuk diprioritaskan pada sarana pendidikan baik dari infrastruktur sekolah, akses sekolah, biaya pendidikan yang terjangkau bagi orang miskin. Jikalau distribusi dana pendidikan lancar, niscaya jurang kesenjangan social – ekonomi yang Miskin dan Miskin akan berkurang.

Dan andaikata para konglomerat ( termasuk para elite pemerintahan ), mau berkorban, mengabdi kepada rakyat niscaya akan tumbuh sebuah rasa “senasib sepenanggungan” sehingga akan tercipta apa yang dinamakan “sama rasa sama rata” sehingga akan mewujudkan sebuah masyarakat yang sosialis – demokratis. Suatu masyarakat yang menjunjung tinggi hak – hak azasi manusia tanpa adanya perbedaan kelas.

Bab IV

Tuntunan Iman

Perintah untuk saling mengasihi ( Yohanes 15:9-10,12 )

Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu. Tinggallah dalam kasih-Ku itu. Jika kamu menuruti perintah Ku, kamu akan tinggal dalam kasih- Ku, seperti aku menuruti perintah Bapa Ku dan tinggal di dalam kasih- Nya. Inilah perintah- Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.

Dari ayat tersebut telah jelas bahwa kita harus saling mengasihi tampa terkecuali, tidak membedakan ras, golongan, agama dan lain-lain. Terliahat bahwa kita sebagai pengikut kristus, bisa menanamkan benih-benih cinta kasih diantara sesame kita, terlebih lagi mereka yang tergolong masarakat ekonomi lemah.

Kebiasaan kita adalah kita akan cendrung akan lebih memperhatikan kita jika orang itu adalah keluarga, teman ataupun sahabat kita, orang-orang kecil disekitar kita sering kita abaikan begitu saja, toh karena mereka menurut kita bukan siapa-siapa. Padahal orang-orang kecil yang seperti itulah yang membutuhkan perhatian kita, kadang kala kita engan tersenyum melihat orang-orang kecil di sekitar kita, yang kita anggap tidak berati apa-apa bagi kehidupan kita.

Peran gereja sebagai bagian dari Kerajaan Tuhan dalam karya-Nya adalah menanamkan pengajaran, manfaat, fungsi bagi anggota jemaat serta masyarakat sekitarnya.Gereja dan orang Kristen, baik ke dalam dan keluar selalu menghadapi orang-orang miskin, baik secara jasmani dan rohaninya yang miskin, tidak mengenal Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan penyelamatnya.Pandangan gereja harus seimbang terhadap segala hal, termasuk melihat kemakmuran dan melihat kemiskinan, keduanya tidak dapat dipisahkan.Semua masyarakat, semua negara menghadapi keduanya.Untuk menjadi kaya semua tidak mungkin, untuk menjadi miskin semua juga tidak mungkin, karena dipengaruhi oleh banyak faktor, dari faktor pribadi orangnya sampai pada kehendak Tuhan.

Adapun secara umum penyebab kemiskinan diantaranya:

1. Kemalasan. 
Kebodohan dan pemborosan. 
Bencana alam. 
Kejahatan, misalnya dirampok 
Genetik dan dikehendaki Tuhan, baik genetik orang tua, tempat lahir, keadaan orang tua yang miskin, misalnya orang lahir di daerah minus, telah berusaha supaya rohaninya baik, setia, dsb, namun disebabkan faktor genetiknya, maka orang tersebut menegaskan ini kehendak Tuhan. Solusinya diperlukan keseimbangan yang kaya terhadap si miskin, daerah perkotaan terhadap pedesaan atau terpencil, artinya memerlukan empati dari banyak orang kaya untuk berperan mengatasi kemiskinan, sedangkan kemiskinan hanya dapat ditekan, namun sulit mengusahakan agar tidak ada orang yang miskin, sebabnya banyak sekali, antara lain: jumlah penduduk yang besar, pengangguran yang banyak, tingkat pendidikan yang rendah, kebodohan, persaingan hidup dalam meraih kekayaan yang semakin kuat, yang mengakibatkan timbulnya kalangan miskin di tengah masyarakat dan negara. 

Peran gereja dan masyarakat Kristen adalah memberi solusi mengatasi kemiskinan, sifatnya menekan, mengurangi jumlahnya, supaya jangan semakin membesar, ini memerlukan pendidikan, ketrampilan, uluran tangan si kaya untuk modalitasnya, membuka lapangan kerja, memberikan pelatihan ketrampilan untuk mendapatkan uang. Di tengah masyarakat, problem kemiskinan didapati disemua daerah dan karena kesulitan akibat tingginya harga berbagai kebutuhan dan rendahnya pendapatan masyarakat, maka kemiskinan seperti lingkaran setan, sulit diatasi, namun dapat dikurangi, dan menanamkan sikap rajin, tekun, ulet, trampil, mau kerja keras, dan jangan lupa iman kepada Tuhan.

Jangka Pendek dan Panjang

Kita sebagai anggota gereja haruslah melihat langkah jangka pendek dari jangka panjangnya, jangka panjang adalah mengurangi kemiskinan, namun jangka pendek di mana kita melihat kemiskinan di depan mata kita, lalu apa peran gereja atau orang Kristen terhadap kemiskinan? Apakah hanya simpati, atau hanya menonton, baik di depan mata juga lewat media? Gereja dan orang Kristen harus berperan aktif dalam menekan angka kemiskinan, memberikan ketrampilan, menyekolahkan, memberikan modal usaha, memberikan pekerjaan, dsb.

Jangka pendeknya seperti dalam 2 Korintus 8:14 kelebihanmu mencukupkan kekurangan mereka, artinya orang miskin, kekurangan selalu ada di sepanjang zaman, yang dibutuhkan adalah uluran tangan dalam jangka pendek untuk meringankan beban si miskin, dan bila gereja dan orang Kristen "cancut tali wondo" disemua daerah mau bangkit dan membangun jembatan kaya - miskin, maka peran gereja semakin kuat dan masyarakat akan melihat empati gereja atau orang Kristen dan oleh kuasa-Nya jalur ini akan dapat dipakai-Nya untuk penginjilan, sehingga dapat memenangkan banyak jiwa baru, mereka percaya kepada Tuhan Yesus dan hidupnya diubahkan menjadi semakin baik.

Pandangan-Pandangan Alkitab Pada Kemiskinan

1. Patahkan Titik Kelemahan 

Kekuatan diri dikembangkan, namun titik-titik kelemahan dihancurkan, kelemahan itu misalnya, malas, sembrono, ceroboh, tidak terampil, kurang pendidikan dll. Soal malas dapat dilihat dalam Amsal 6:6-11, kemalasan mengakibatkan kemiskinan, namun ini hanya salah satu sebab. Masih ada lagi penyebab kemiskinan yang lainnya, misalnya: boros, tidak terampil, kejahatan, genetik dan kehendak-Nya dll. Namun yang penting mari kita cari solusinya, khususnya Hamba Tuhan bisa terampil mengkonseling jemaatnya, mencari penyebab kemiskinan serta mencarikan jalan keluarnya, sehingga dapat menekan kemiskinan, meningkatkan taraf hidup dan penghasilan jemaat semakin bertambah naik. 
Perwujudan Tuhan Yesus 

Di dalam Matius 25:34-40 maka kita diperhadapkan kepada empati untuk yang lapar, haus, telanjang, sakit, orang asing, dan orang terpenjara. Artinya orang miskin selalu ada di depan kita di manapun juga kita hidup, tetapi masalahnya, bagaimana empati kita? Saat kita manghadapi seperti di dalam Matius 25:34-40? Kita tutup mata, lipat tangan atau kita segera ambil bagian untuk melakukan perintah Tuhan ini, dan gereja atau orang Kristen telah bertahun-tahun diajar Matius 25:34-40 ini, namun seberapa jauh kita taat atas perintah Firman Tuhan ini? Begitu banyak orang Kristen yang cukup dan yang kaya, namun seberapa banyak mereka ambil bagian dalam ketaatan (Matius 25:34-40)? 
Kunci Mengalami Kelimpahan 

Banyak pengkhotbah mengkhotbahkan bagaimana menemukan kunci sukses, namun terlalu sedikit yang mengkhotbahkan Amsal 11:25 yang menyatakan siapa banyak memberi akan diberi kelimpahan. Firman Allah ya dan amin.Banyak memberi ada dua penafsiran, Pertama, diartikan memberi dengan nilai besar, misalnya Rp 10 juta dll, sampai milyaran.Kedua, banyak diartikan berulang-ulang memberi sehingga jumlahnya banyak, banyak dalam makna perkalian, meski nilainya kecil atau tidak besar seperti pada yang pertama.Adanya orang miskin sesungguhnya supaya ada kesempatan bagi banyak orang percaya mengalami kelimpahan dari Tuhan dengan mau memberi banyak, banyak memberi.Amsal 11:25 juga untuk membangun jembatan kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan, pedalaman. Sebab secara umum perkotaan memang beda secara materi dengan pedesaan dan pedalaman. Di pedesaan dan pedalaman ada banyak faktor penyebab kemiskinan, misalnya: pendidikan, kurangnya ketrampilan, transportasi sulit, lapangan pekerjaan sangat sedikit, lahan pertanian sudah tandus, hutan sudah gundul, bencana alam banjir dll. Sehingga masyarakat perkotaan yang berkecukupan selayaknya mengulurkan tangan untuk mencukupkan kesulitan masyarakat miskin. 
Menjadi Penanggung Sesama 

Makna ini di dalam Kekristenan memiliki fungsi yang mendalam, yaitu fungsinya menolong sesamanya, bahkan dalam Hukum Kasih di dalam Matius 22:37-40 bagaimana wujud mengasihi sesamanya itu? Apa cukup hanya diucapkan saja? Pastilah tidak, wujudnya ialah menanggung sesamanya dalam kesulitan mereka.Amsal 6:1 menjadi penanggung sesamanya. Lihatlah sekitar kepada yang kesulitan: 
Mungkin ada orang butuh modal yang tidak terlalu besar, dan Anda sesungguhnya dapat menolongnya, kerjakan itu ... 
Mungkin ada orang yang sakit tidak punya uang untuk berobat, dan Anda sesungguhnya dapat menolongnya. 
Anda kelebihan sembako dan ada banyak orang tidak dapat makan, mengapa tidak membagi sembako Anda? Begitu banyak masyarakat terkena busung lapar, mengapa? Padahal begitu banyak orang kaya, bahkan hidup dalam dugem (dunia gemerlap), mobil mewah, mobil lebih dari satu. 

Bab V
Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Kesenjangan sosial adalah distribusi yang tidak merata (ketidak adilan dan ketidaksetraaan) yang dialami oleh individu dan kelompok yang dianggap penting dalam suatu masyarakat dan penilaian yang tidak sama dan pengecualian berdasarkan posisi sosial dan gaya hidup. Dimana kesenjangan social ekonomi depat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor Sumber Daya Manusia.

2. Faktor Infrastruktur.

3. Kinerja dan Pemerintah Belum Optimal.

4. Kurangnya peran masarakat sekitar, khususnya masarakat kristiani pada umumnya.

Dan dari faktur-faktor tersebut perlulah penanganan yang tepat agar kesenjangan sosial tidak terjadi berlarut-larut di Negara ini, terutama di bidang Pemerataan pendapatan yang mana Pendapatan adalah hal yang terpenting untuk Kemajuan dan Kualitas NKRI.

5.2. Saran 

Dengan banyaknya permasalah yang terjadi akibat kesenjangan sosial seperti pemerataan pendapatan, maka pemerintah benar-benar diharapkan ikut andil dalam masalah ini. Pemerintah harus bisa membuat kebijakan yang berpihak kepada masarakat kecil, memberantas Kesenjangan Sosial dan perhatian masarakat sekitar, khususnya umat kristiani pada masrakat luas agar tercipta Negara yang satu yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Daftar Pustaka 

_________. (2011). Alkitab Deutrokanonika. Jakarta. Lembaga Alkitab Indonesia.

Adi Fahrudin, Ph.D.(2012). Kesejahteraan Sosial Internasional.Bandung : Penerbit Alfabeta.

Soediyono.(1992). Pengantar Analisis Pendapatan Nasional. Yogyakarta: Liberty.

Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Ling Terkait : diakses pada hari selasa 5 November 2013





Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

LAPORAN ILMIAH PROSES PEMBUATAN TAPE KETAN DAN TUAK

Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya, khususnya bagi penulis yang telah mampu menyelesaikan laporan ilmiah yang berjudul ‘’ cara membuat Tape Ketan dan Tuak ’’. Dalam menulis laporan ilmiah ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala – kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Sabaruddin Ahmad S.Pd, selaku guru pembimbing yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga laporan ilmiah ini dapat terselesaikan. Disini kami juga menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan laporan ilmiah ini terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ilmiah ini. Semoga apa yang diharapkan kami, selaku penulis dapat dicapai dengan sempurna. Singkawang, 14 febuari 2013 Penulis ...

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME              Gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat. Disamping paskan itu, perjuangan mereka juga didukung oleh seluruh umat Islam di berbagai wilayah setempat yang menjadikan “kekuatan” yang dahsyat sehingga mereka dapat melepaskan diri dari belenggu imperialisme. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam bebrapa bentuk kegiatan, seperti (1) gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata, dan (2) gerakan pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu. Negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitupadatanggal 17 Agustus 1945. Indonesia mer...

PETUNJUK PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN BAHAN MAKANAN

PETUNJUK PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN BAHAN MAKANAN A.    TUJUAN Mengetahui adanya karbohidrat, lemak, dan protein pada makanan. B.     ALAT DAN BAHAN Alat 1.        Tabung reaksi 2.        Mortar 3.        Plat tetes 4.        Kertas buram 5.        Pembakar Spirtus Bahan 1.        Larutan benedict (Fehling A + Fehling B) 2.        Larutan lugol 3.        Larutan biuret (NaOH 20% + CuSO4 0,1 M) 4.        Berbagai bahan makanan C.     CARA KERJA I.       UJI KARBOHIDRAT (AMILUM) 1.     Hancurkan bahan makanan yang akan diuji menggunakan mortar porselein. 2.     Masukkan masing-masing baha...