Swettenham, yang menjadi Gubernur Inggris di Pemukiman Teluk dan Komisaris Tinggi untuk Negara Melayu pada tahun 1901, mengambil beberapa kejadian sensasional dalam tulisan awalnya mengenai masyarakat Melayu. Misalnya, ia menuturkan pemuda Melayu, diantara yang lain-lainnya, sebagai orang yang suka melarikan istri tetangganya. Segelintir kecil orang melakukan hal ini jadi tidak boleh dijadikan karakterisasi mengenai sifat pemuda Melayu secara umum.
Ilmuwan kolonial amatir juga cenderung membuat berbagai penilaian yang tidak berdasar mengenai masyarakat pribumi, sejarah, kebudayaan dan agamanya. Kedatangan agama Hindu dan Islam menyebabkan diversifikasi lebih jauh menurut Raffles. Antara abad ke-16 dan ke-19, Islam merupakan satu-satunya musuh yang berat bagi Imperialisasi Barat, yang memiliki himbauan politik melebihi batas berbagai penggolongan geografis dan kesukuan.
Keasyikan para ilmuwan Eropa kolonial yang lain adalah penonjolan sifat buruk di kalangan penguasa pribumi. Para sejarawan kolonial Belanda tidak pernah lupa menyebut Susuhunan Mataram, Amangkurat I, yang ketika ia menggantikan pengawal ayahnya dan seluruh keluarganya. Apa yang tidak dikerjakan oleh para ilmuwan Belanda adalah penggambaran yang seimbang tentang para penguasa pribumi secara keseluruhan dan juga gambaran yang sama mengenai para penguasa kolonial mereka sendiri (gubernur, bupati, alcalde mayors). Kezaliman, penindasan dan ketidakadilan beberapa penguasa ini disembunyikan dari pembahasan mereka, sedangkan penguasa ini disembunyikan dari pembahasan mereka, sedangkan penguasa pribumi digembor-gemborkan. Semua peristiwa diungkapkan dalam penafsiran yang memihak.
Ada kecenderungan umum untuk mengubah yang berlaku dalam seluruh bidang keilmuan sejarah kolonial atau kajian tentang politik, masyarakat, agama dan kebudayaan. Sebagaimana halnya hasil ilmu pengetahuan kolonial yang lain telah mempengaruhi penduduk asli, maka demikian pula halnya dengan citra penduduk pribumi yang malas.Rizal mengakui bahwa terdapat beberapa kebenaran dalam tuduhan kemalasan, tetapi penjelasannya itu merupakan akibat dari kekuasaan Spanyol. Di pihak lain, Mabini menganggap mitos tentang orang Filipina yang malas, sebagai isapan jempol semata.
Gambaran tentang masyarakat pribumi dan para penguasanya yang diciptakan oleh sejarawan dan pengamat kolonial bisa berupa kelaliman, ketidakstabilan, anarki, keterbelakangan, dan tidak ada aturan hukum. Dalam masyarakat pribumi, aturan hukum tidak pernah tidak ada sama sekali bagi sebagian besar penduduk, meskipun kadang-kadang ada penguasa yang lalim atau semena-mena. Begitu pula terjadi di bawah kekuasaan kolonial Eropa, contohnya adalah Tuan Bean, seorang pejabat senior Inggris yang dikirim ke Malaka sebagai komandan pasukan garnisum India. Kejadian ini berlangsung pada waktu Karesidenan Farquhar di Malaka, mungkin setelah ia menghancurkan Kubu Pertahanan, pada tahun 1807. Tuan Bean biasa menempatkan dua prajurit di depan pintu rumahnya. Tugas mereka adalah menculik anak-anak yang berlalu lalang di jalan pada malam hari. Setelah mengumpulan banyak anak Bean membawa mereka berpasang-pasang dan memaksa mereka baku hantam hingga kesakitan karena saling pukul. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1797-1854) menyebutkan ini dalam otobiografinya.
Tempat tersebut segera menjadi ajang pertinjuan. Tidak lama ia pun bosan terhadap anak-anak, dan mulai membayar perkelahian orang dewasa, sejumlah penduduk miskin memperoleh uang dari bertinju demi Tuan Bean. Setelah beberapa lama merasa jemu, lalu berpindah ke adu ayam, adu itik dan beberapa hari kemudian ia membawa sejumlah monyet, dan membiarkannya memanjat hingga mencapai puncak pohon angsana di depan rumahnya. Kemudian ia menembaki semuanya dan berjatuhanlan monyet tersebut mati. Setiap hari pejabat senior ini berkelakuan seperti itu, yang membahayakn kehidupan binatang dan mengakibatkan banyak orang kesakitan.
Abdullah cukup bestari, dan menyaring penilaiannya tentang watak orang inggris ini, dan tidak menganggapnya sebagai watak seluruh orang inggris, suatu sikap yang tidak muncul di antara kelompok penguasa kolonial pada zamannya. Ia juga mencatat kelakuan para pelaut inggris yang mabuk, yang menguber penduduk, dan mereka yang tercebur ke dalam sungai dan tenggelam dirampok uangnya dan menggarong kois di pasar. Abdullah bersimpati terhadap orang inggris, khususnya Raffles. Ia sangat memuji pemerintahan inggris. Inilah barangkali sebabnya mengapa para ilmuan kolonial inggris menyebarkan karyanya.
Pendirian saya adalah bahwa sifat-sifat seperti kemalasan, kekejaman, kelaliman, ketiadaan hukum, perampokan pembunuhan, dan perampokan terdapat dalam kelompok penguasa kolonial, begitu pula halnya dikalangan kelompok penguasa pribumi. Sebagaimana kita memiliki raja-raja yang licik dan kejam, kita pun memiliki penguasa dan gubernur kolonial Eropa yang penuh tipu daya dan lalim seperti gurbenur jenderal Belanda Valckenier dan para anggota Council for the Indies-nya, termasuk penggantinya, van Imhoff. Pada bulan Oktober 1740, orang-orang Cina di Batavia dibantai dan di porakporandakan selama lebih dari 10 hari, termasuk mereka yang di penjara dan di rumah sakit. Ada ancaman memberontak dari kaum Cina bersenjata di luar gerbang. Mereka yang berada di dalam pagar kota di bunuh secara besar-besaran. Peristiwa ini merupakan histeria masyarakat luas. Hal ini tidak dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang terinci dan dicocokkan tentang kejadian tersebut, tetapi semata-mata untuk menunjukkan beberapa contoh kebiadaban yang di lakukan oleh orang-orang Eropa, dengan bantuan antek-antek pribumi mereka selama masa kolonial. Masyarakat Belanda, Portugis, Spanyol, dan Inggris secara keseluruhan tidak kejam dan tidak licik hanya karena ada beberapa unsur di dalamnya.
Berbicara menurut sejarah, tirani, penindasan, dan penghisapan,tidak pernah sebagai ulah seluruh masyarakat yang bermusuhan satu sama alain. Hal ini selalu merupakan sekelompok kecil masyarakat tertentu yang berkuasa, yang memaksakan kemaunyanya terhadap dirinya sendiri atau masyarakat lain, atau keduanya, seperti dalam masa kolonial. Seperti halnya para kuli Cina dan India, pada awalnya banyak prajurit ini yang diangkat dengan tipu muslihat. Kisah yang gemerlapan tentang mutiara dan berlian, yang berlimpah-ruah di kepulauan Hindia, erat hubungannya dengan muslihat tersebut; padahal dalam kenyataannya banyak yang meninggal dalam pelayaran laut, karena tertimpa penyakit dan akomodasi yang buruk.
Tuduhan malas bagi penduduk pribumi oleh orang-orang Belanda, Spanyal dan Inggris seperti telah kita tunjukkan, tidak memiliki landasan yang nyata. Para penguasa pribumi tidak pernah mencap malas masyarakat mereka. Alasannya adalah bahwa mereka sadar akan sisntem nilai-nilai pribumi, yang sangat menghargai ketekunan dan kerja.
Namun demikian terdapat beberapa catatan yang ditemukan akhir – akhir ini. Satu diantaranya adalah undang undang Sungai Ujong Melayu. Undang undang ini merupakan intisari hukum sungai Ujong, Suatu wilayah seperti Negeri Sembilan, yang penduduknya berasal dari masyarakat Minangkabau Sumatra. Dari 113 Undang undang tersebut, 7 pasal di antaranya menekankan nilai kerja dan ketekunan. Pasal 99 tentang jenis kejahatan yang berdasarkan landasan filosofis yang merupakan perpaduan antara Islam dan Adat, hukum adat, pada masa sebelum abad ke-16, jika tidak lebih awal lagi. Naskah yang ditulis tersebut kemungkinan berawal dari abad ke-18. Apa yang di luar dugaan adalah naskah tersebut dirumuskan dalam masa prakolonial.
Pada dasarnya, nilai – nilai yang ditegakkan oleh undang – undang tersebut adalah hal yang biasa bagi dunia Melayu. Masyarakat Melayu sangat mencela kemalasan. Penghukuman atas kemalasan dapat ditemui lebih lanjut dalam Hikayat karya Abdullah, yang sebagian merupakan otobiografi dan sebagian lagi kisah berbagai peristiwa pada waktu itu. Pengamatan Abdullah mengenai kemalasan dibatasi pada laki – laki, dan bukan wanita di negeri yang dikunjunginya. Dalam masyarakat Melayu adalah suatu aib bila dikatakan pemalas. Orang yang dapat menundukkan kegemaran malasnya adalah seorang pemberani.
Pandangan Abdullah tentang penyebab kemalasan dikalangan sebagian penduduk laki – laki Pahang dan Kelantan, meyerupai apa yang dituturkan Rizal setengah abad kemudian. Ia mohon penjelasan lingkungan, yaitu sistem sosial dan penyalahgunaanya oleh elit yang berkuasa. Satu- satunya perbedaan adalah bahwa Rizal mengaitannya dengan orang – orang Spanyol, sedangkan Abdullah menghubungkannya dengan para penguasa Melayu dan hamba-raja. Ia mencatat bahwa kaum lelaki Trengganu juga membuang waktu – waktu mereka.
Setelah tahun 1843, saat Abdullah telah merampungkan hikayat volume pertamanya, ia menggambarkan lebih jauh mengenai berbagai keadaan masyarakat Melayu. Ia tidak optimistis. Gambarannya menyinggung masalah kemalasan. “Saya secara khusus tidak menyukai kehidupan yang ditunjukkan oleh masyarakat Melayu dan berbagai keadaan mereka yang telah saya pahami. Saya telah mengamatikelakuan tindak – tanduk dan kebiasaan mereka sejak masa muda saya hingga saat sekaran.
Penguasa melayu memendang rendah rakyatnya. Catatan terbesar penguasa melayu dan masarakatnya adlah pengabdian pendidikan. Abdullah merasa bebas untuk mempermasalahkan kekeuatan penguasa Melayu pada zamanya.
Telah cukup kita tunjukan bahwa ketekunan dan keraja keras menyinggung system nilai-nila orang melayu. Citra tentang orang Melayu yang suka menggampangkan masalah, tidak ulet, malas, tampak mencolok. Tidak seperti dalam laporan Rizal mengenai kemalsan masarakat Filipina.
Ilmuwan kolonial amatir juga cenderung membuat berbagai penilaian yang tidak berdasar mengenai masyarakat pribumi, sejarah, kebudayaan dan agamanya. Kedatangan agama Hindu dan Islam menyebabkan diversifikasi lebih jauh menurut Raffles. Antara abad ke-16 dan ke-19, Islam merupakan satu-satunya musuh yang berat bagi Imperialisasi Barat, yang memiliki himbauan politik melebihi batas berbagai penggolongan geografis dan kesukuan.
Keasyikan para ilmuwan Eropa kolonial yang lain adalah penonjolan sifat buruk di kalangan penguasa pribumi. Para sejarawan kolonial Belanda tidak pernah lupa menyebut Susuhunan Mataram, Amangkurat I, yang ketika ia menggantikan pengawal ayahnya dan seluruh keluarganya. Apa yang tidak dikerjakan oleh para ilmuwan Belanda adalah penggambaran yang seimbang tentang para penguasa pribumi secara keseluruhan dan juga gambaran yang sama mengenai para penguasa kolonial mereka sendiri (gubernur, bupati, alcalde mayors). Kezaliman, penindasan dan ketidakadilan beberapa penguasa ini disembunyikan dari pembahasan mereka, sedangkan penguasa ini disembunyikan dari pembahasan mereka, sedangkan penguasa pribumi digembor-gemborkan. Semua peristiwa diungkapkan dalam penafsiran yang memihak.
Ada kecenderungan umum untuk mengubah yang berlaku dalam seluruh bidang keilmuan sejarah kolonial atau kajian tentang politik, masyarakat, agama dan kebudayaan. Sebagaimana halnya hasil ilmu pengetahuan kolonial yang lain telah mempengaruhi penduduk asli, maka demikian pula halnya dengan citra penduduk pribumi yang malas.Rizal mengakui bahwa terdapat beberapa kebenaran dalam tuduhan kemalasan, tetapi penjelasannya itu merupakan akibat dari kekuasaan Spanyol. Di pihak lain, Mabini menganggap mitos tentang orang Filipina yang malas, sebagai isapan jempol semata.
Gambaran tentang masyarakat pribumi dan para penguasanya yang diciptakan oleh sejarawan dan pengamat kolonial bisa berupa kelaliman, ketidakstabilan, anarki, keterbelakangan, dan tidak ada aturan hukum. Dalam masyarakat pribumi, aturan hukum tidak pernah tidak ada sama sekali bagi sebagian besar penduduk, meskipun kadang-kadang ada penguasa yang lalim atau semena-mena. Begitu pula terjadi di bawah kekuasaan kolonial Eropa, contohnya adalah Tuan Bean, seorang pejabat senior Inggris yang dikirim ke Malaka sebagai komandan pasukan garnisum India. Kejadian ini berlangsung pada waktu Karesidenan Farquhar di Malaka, mungkin setelah ia menghancurkan Kubu Pertahanan, pada tahun 1807. Tuan Bean biasa menempatkan dua prajurit di depan pintu rumahnya. Tugas mereka adalah menculik anak-anak yang berlalu lalang di jalan pada malam hari. Setelah mengumpulan banyak anak Bean membawa mereka berpasang-pasang dan memaksa mereka baku hantam hingga kesakitan karena saling pukul. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1797-1854) menyebutkan ini dalam otobiografinya.
Tempat tersebut segera menjadi ajang pertinjuan. Tidak lama ia pun bosan terhadap anak-anak, dan mulai membayar perkelahian orang dewasa, sejumlah penduduk miskin memperoleh uang dari bertinju demi Tuan Bean. Setelah beberapa lama merasa jemu, lalu berpindah ke adu ayam, adu itik dan beberapa hari kemudian ia membawa sejumlah monyet, dan membiarkannya memanjat hingga mencapai puncak pohon angsana di depan rumahnya. Kemudian ia menembaki semuanya dan berjatuhanlan monyet tersebut mati. Setiap hari pejabat senior ini berkelakuan seperti itu, yang membahayakn kehidupan binatang dan mengakibatkan banyak orang kesakitan.
Abdullah cukup bestari, dan menyaring penilaiannya tentang watak orang inggris ini, dan tidak menganggapnya sebagai watak seluruh orang inggris, suatu sikap yang tidak muncul di antara kelompok penguasa kolonial pada zamannya. Ia juga mencatat kelakuan para pelaut inggris yang mabuk, yang menguber penduduk, dan mereka yang tercebur ke dalam sungai dan tenggelam dirampok uangnya dan menggarong kois di pasar. Abdullah bersimpati terhadap orang inggris, khususnya Raffles. Ia sangat memuji pemerintahan inggris. Inilah barangkali sebabnya mengapa para ilmuan kolonial inggris menyebarkan karyanya.
Pendirian saya adalah bahwa sifat-sifat seperti kemalasan, kekejaman, kelaliman, ketiadaan hukum, perampokan pembunuhan, dan perampokan terdapat dalam kelompok penguasa kolonial, begitu pula halnya dikalangan kelompok penguasa pribumi. Sebagaimana kita memiliki raja-raja yang licik dan kejam, kita pun memiliki penguasa dan gubernur kolonial Eropa yang penuh tipu daya dan lalim seperti gurbenur jenderal Belanda Valckenier dan para anggota Council for the Indies-nya, termasuk penggantinya, van Imhoff. Pada bulan Oktober 1740, orang-orang Cina di Batavia dibantai dan di porakporandakan selama lebih dari 10 hari, termasuk mereka yang di penjara dan di rumah sakit. Ada ancaman memberontak dari kaum Cina bersenjata di luar gerbang. Mereka yang berada di dalam pagar kota di bunuh secara besar-besaran. Peristiwa ini merupakan histeria masyarakat luas. Hal ini tidak dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang terinci dan dicocokkan tentang kejadian tersebut, tetapi semata-mata untuk menunjukkan beberapa contoh kebiadaban yang di lakukan oleh orang-orang Eropa, dengan bantuan antek-antek pribumi mereka selama masa kolonial. Masyarakat Belanda, Portugis, Spanyol, dan Inggris secara keseluruhan tidak kejam dan tidak licik hanya karena ada beberapa unsur di dalamnya.
Berbicara menurut sejarah, tirani, penindasan, dan penghisapan,tidak pernah sebagai ulah seluruh masyarakat yang bermusuhan satu sama alain. Hal ini selalu merupakan sekelompok kecil masyarakat tertentu yang berkuasa, yang memaksakan kemaunyanya terhadap dirinya sendiri atau masyarakat lain, atau keduanya, seperti dalam masa kolonial. Seperti halnya para kuli Cina dan India, pada awalnya banyak prajurit ini yang diangkat dengan tipu muslihat. Kisah yang gemerlapan tentang mutiara dan berlian, yang berlimpah-ruah di kepulauan Hindia, erat hubungannya dengan muslihat tersebut; padahal dalam kenyataannya banyak yang meninggal dalam pelayaran laut, karena tertimpa penyakit dan akomodasi yang buruk.
Tuduhan malas bagi penduduk pribumi oleh orang-orang Belanda, Spanyal dan Inggris seperti telah kita tunjukkan, tidak memiliki landasan yang nyata. Para penguasa pribumi tidak pernah mencap malas masyarakat mereka. Alasannya adalah bahwa mereka sadar akan sisntem nilai-nilai pribumi, yang sangat menghargai ketekunan dan kerja.
Namun demikian terdapat beberapa catatan yang ditemukan akhir – akhir ini. Satu diantaranya adalah undang undang Sungai Ujong Melayu. Undang undang ini merupakan intisari hukum sungai Ujong, Suatu wilayah seperti Negeri Sembilan, yang penduduknya berasal dari masyarakat Minangkabau Sumatra. Dari 113 Undang undang tersebut, 7 pasal di antaranya menekankan nilai kerja dan ketekunan. Pasal 99 tentang jenis kejahatan yang berdasarkan landasan filosofis yang merupakan perpaduan antara Islam dan Adat, hukum adat, pada masa sebelum abad ke-16, jika tidak lebih awal lagi. Naskah yang ditulis tersebut kemungkinan berawal dari abad ke-18. Apa yang di luar dugaan adalah naskah tersebut dirumuskan dalam masa prakolonial.
Pada dasarnya, nilai – nilai yang ditegakkan oleh undang – undang tersebut adalah hal yang biasa bagi dunia Melayu. Masyarakat Melayu sangat mencela kemalasan. Penghukuman atas kemalasan dapat ditemui lebih lanjut dalam Hikayat karya Abdullah, yang sebagian merupakan otobiografi dan sebagian lagi kisah berbagai peristiwa pada waktu itu. Pengamatan Abdullah mengenai kemalasan dibatasi pada laki – laki, dan bukan wanita di negeri yang dikunjunginya. Dalam masyarakat Melayu adalah suatu aib bila dikatakan pemalas. Orang yang dapat menundukkan kegemaran malasnya adalah seorang pemberani.
Pandangan Abdullah tentang penyebab kemalasan dikalangan sebagian penduduk laki – laki Pahang dan Kelantan, meyerupai apa yang dituturkan Rizal setengah abad kemudian. Ia mohon penjelasan lingkungan, yaitu sistem sosial dan penyalahgunaanya oleh elit yang berkuasa. Satu- satunya perbedaan adalah bahwa Rizal mengaitannya dengan orang – orang Spanyol, sedangkan Abdullah menghubungkannya dengan para penguasa Melayu dan hamba-raja. Ia mencatat bahwa kaum lelaki Trengganu juga membuang waktu – waktu mereka.
Setelah tahun 1843, saat Abdullah telah merampungkan hikayat volume pertamanya, ia menggambarkan lebih jauh mengenai berbagai keadaan masyarakat Melayu. Ia tidak optimistis. Gambarannya menyinggung masalah kemalasan. “Saya secara khusus tidak menyukai kehidupan yang ditunjukkan oleh masyarakat Melayu dan berbagai keadaan mereka yang telah saya pahami. Saya telah mengamatikelakuan tindak – tanduk dan kebiasaan mereka sejak masa muda saya hingga saat sekaran.
Penguasa melayu memendang rendah rakyatnya. Catatan terbesar penguasa melayu dan masarakatnya adlah pengabdian pendidikan. Abdullah merasa bebas untuk mempermasalahkan kekeuatan penguasa Melayu pada zamanya.
Telah cukup kita tunjukan bahwa ketekunan dan keraja keras menyinggung system nilai-nila orang melayu. Citra tentang orang Melayu yang suka menggampangkan masalah, tidak ulet, malas, tampak mencolok. Tidak seperti dalam laporan Rizal mengenai kemalsan masarakat Filipina.
Postingannya bagus
ReplyDeletefinancial
Easy "water hack" burns 2 lbs OVERNIGHT
ReplyDeleteMore than 160k men and women are utilizing a simple and secret "liquids hack" to drop 2 lbs every night in their sleep.
It is easy and it works on everybody.
You can do it yourself by following these easy steps:
1) Hold a glass and fill it with water half glass
2) And then use this amazing hack
so you'll become 2 lbs thinner as soon as tomorrow!