Indonesia mendapat pengaruh Hindu-buddah diperkirakan sejak adanya perdagangan lewat laut di asia tenggara antara India. para pedagang dari India, sambil berdagang mereka mebawa para brahma, dan para brahma ini juga menyebarkan ajaran hindu-buddha kepada masyarakat Indonesia.
Berikut adalah kerejaan Hindu-Buddha dari yang paling Tua hingga keruntuhnan kerajan Majahpahit
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan ini berada di Pulau Borneo, sekarang provinsi Kalimantan Timur. Kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Terletak di Tepi Sungai Mahakam. Di Kutai ditemukan prasasti berupa "yupa" yaitu tugu batu yang digunakan dalam upacara kurban. Yupa ini bertuliskan huruf Pallawa dan Bahasa Sankserta, diperkirakan berasal dari tahun 400 M sampai 500 M. Dalam Yupa diterangkan mengenai silsilah raja-raja Kutai. Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Mulawarman adalah raja yang terbesar/terkenal di Kutai. Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang diperkirakan muncul pada abad 5 M atau± 400 M, keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah. Prasasti Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan yaitu antara lain politik,sosial, ekonomi, dan budaya.
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga, Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sansekerta. Putra
Kudungga, Aswawarman, kemungkinan adalah raja pertama kerajaan Kutai
yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan
Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk
Keluarga.
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, ia putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai dewa Ansuman/dewaMatahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja.Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluargaatau dinasti dalam Agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesiaasli dan masih sebagai kepala suku, ia yang menurunkan raja-raja Kutai.Dari penjelasan uraian materi tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah paham, simak uraian berikutnya :Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/ erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernamaWaprakeswara. Dengan adanya istilah Waprakeswara, tentu timbul pertanyaan dalam diri Anda,apa yang dimaksud dengan Waprakeswara?Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa. Di pulau Jawa disebut Baprakewara.
Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh, apabila emas dan sapi tersebut di datangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatandagang.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melaluiupacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma.UpacaraVratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masihmempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarmankemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dariorang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwakemampuan intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta padadasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Hindu ini terletak di dekat sungai Citarum, Jawa Barat. Kerajaan ini di perkirakan berdiri tahun 450 M. Raja yang paling terkenal adalah Purnawarman. Ia adalah raja yang sangat baik terhadap rakyat, hal ini dibuktikan dengan pembuatan irigasi atau sungai untuk mengairi sawah dan mencegah banjir, sungai ini diberi nama sungai "Gomati". Data sejarah yang lebih jelas, terdapat pada Prasasti Tugu. Pada prasasti yang panjang ini, dikatakan bahwa pada tahun pemerintahannya yang ke-22, Purnawarman telah menggali Sungai Gomati. Dari prasati tersebut, dapat disimpulkan bahwa Purnawarman memerintah dalam waktu yang cukup lama. Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain Prasasti Tugu, Munjul, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu,Ciaruteun, dan Muara Cianten.
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, ia putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai dewa Ansuman/dewaMatahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja.Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluargaatau dinasti dalam Agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesiaasli dan masih sebagai kepala suku, ia yang menurunkan raja-raja Kutai.Dari penjelasan uraian materi tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah paham, simak uraian berikutnya :Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/ erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernamaWaprakeswara. Dengan adanya istilah Waprakeswara, tentu timbul pertanyaan dalam diri Anda,apa yang dimaksud dengan Waprakeswara?Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa. Di pulau Jawa disebut Baprakewara.
Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh, apabila emas dan sapi tersebut di datangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatandagang.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melaluiupacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma.UpacaraVratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masihmempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarmankemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dariorang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwakemampuan intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta padadasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Hindu ini terletak di dekat sungai Citarum, Jawa Barat. Kerajaan ini di perkirakan berdiri tahun 450 M. Raja yang paling terkenal adalah Purnawarman. Ia adalah raja yang sangat baik terhadap rakyat, hal ini dibuktikan dengan pembuatan irigasi atau sungai untuk mengairi sawah dan mencegah banjir, sungai ini diberi nama sungai "Gomati". Data sejarah yang lebih jelas, terdapat pada Prasasti Tugu. Pada prasasti yang panjang ini, dikatakan bahwa pada tahun pemerintahannya yang ke-22, Purnawarman telah menggali Sungai Gomati. Dari prasati tersebut, dapat disimpulkan bahwa Purnawarman memerintah dalam waktu yang cukup lama. Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain Prasasti Tugu, Munjul, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu,Ciaruteun, dan Muara Cianten.
Sumber sejarah penting lain yang dapat menjadi bukti keberadaan kerajaan
Tarumanegara adalah catatan sejarah pengelana Cina. Catatan sejarah
pengelana Cina yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah
catatan perjalanan pendeta Cina Fa-Hsein, pada tahun414 dan catatan
kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Dari salah satu prasasti,
yakniPrasati Ciaruteun yang ditemukan di Desa Ciampea, Bogor, diketahui
bahwa Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah berani.
3. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berada di Sumatra Selatan. Keterangan mengenai kerajaan sriwijaya diperoleh dari berita perjalanan I-Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina. Selain dari I-Tsing, keterangan mengenai Sriwijaya juga diperoleh dari Prasasti-prasasti antara lain : Prasasti Kota Kapur yang berisi permintaan kepada para dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya, prasasti Talang tuo dan prasasti Karang Berahi. Prasasti kedukan bukit yang berisi tentang perjalanan suci Sang Dapunta Hyang, Prasasti Telaga Batu yang berisi kutukan terhadap mereka yang berbuat kejahatan. karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 -15 M). Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim, maka Anda harus mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber sejarah yang membuktikan keberadaan kerajaan tersebut. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar sepertidari Cina, India, Arab, Persia. Sumber-sumber dari dalam negeri Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka. Ini juga bisa menjelaskan mengapa bahsa Indonesia atu melayu menjadi bahasa pergaulan di Indonesia, salahsatunya berkat Sriwijaya.
Sumber yang berupa prasasti ditemukan juga di Semenanjung Melayu berangka tahun 775 M tentang pendirian sebuah pangkalan di Semenanjung Melayu, daerah Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi nama Prasasti Ligor. Prasasti berikutnya ditemukan di India di kota Nalanda yang berasal dari abad ke 9 M. Prasasti tersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya. Ini menjelaskan bahwa kekuasaan atau pengaruh Sriwija sangat luas dan juga artinya semenanjung Melayu di kuasia oleh Sriwijaya.
Di samping prasasti-prasasti, keberadaan Sriwijaya juga diperkuat dengan adanya berita-berita Cina maupun berita Arab. Dari berita-berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran serta kekayaan Sriwijaya. Dari berita Arab Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Berita Cina, diperoleh dari I-Tshing seorang pendeta Cina yang sering datang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M, yang menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang menguasaiagama seperti di India dan di samping itu juga, berita dari dinasti Sung yang menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971 - 992 M. Nama kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih. Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang menjelaskan keberadaan Sriwijaya,sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembangan Sriwijaya dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk mengetahui lebih jelas perkembangan Sriwijaya dalam aspek-aspek kehidupan tersebut, maka simak uraian materi berikut ini.
Kerajaan
Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan
perdagangan InternasionalAsia Tenggara. Dengan letak yang strategis
tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi
pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalammaupun
luar.Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan internasional
sangat baik. Hal ini jugadidukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan
bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanyaSriwijaya memiliki armada
laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaranyang
menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan
berdagang diwilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.Dengan adanya
pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya
meningkatdengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti,
pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya
berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.Faktor lain yang
menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah kehidupan
sosialmasyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang
pendidikan dan hasilnya riwijayaterbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran
agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini sesuaidengan berita I-Tshing pada
abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar
agama Budha di bawah bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu
Sakyakirti.Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari
agama Budha dan ilmu lainnya diIndia, hal ini tertera dalam prasasti
Nalanda. Dari prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya yaituBalaputra
Dewa mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India). Raja ini
memberisebidang tanah untuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai
penganut agama yang taat maka rajaSriwijaya juga memperhatikan
kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang
Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengan
demikiankehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik
dan makmur, dalam hal initentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam
bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang budayasampai sekarang dapat
diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa, candi atau
patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan Gunung Tua
(Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).
Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang SriJayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya danadanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang jugastrategis untuk perdagangan. Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian dipindahkan ke Minangatamwan .Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Halini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya. Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudahmerupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan berperansebagai negara besar di Asia Tenggara (M.Yamin).
Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang SriJayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya danadanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang jugastrategis untuk perdagangan. Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian dipindahkan ke Minangatamwan .Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Halini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya. Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudahmerupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan berperansebagai negara besar di Asia Tenggara (M.Yamin).
Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran dan keruntuhan akibatserangan dari kerajaan lain.
- Serangan pertama dari Raja Dharmawangsa dari Medang, Jatim tahun 990 M. pada waktuitu raja Sriwijaya adalah Sri Sudarmaniwarmadewa.Walaupun serangan tersebut gagaltetapi dapat melemahkan Sriwijaya.
- Serangan berikutnya datang dari kerajaan Colamandala(India Selatan) yang terjadi pada masa pemerintahan Sri Sangramawijayatunggawarman pada tahun 1023 dan diulang lagitahun 1030 dan raja Sriwijaya ditawan.
- Tahun 1068 Raja Wirarajendradari Colamandala kembali menyerang Sriwijaya tetapi Sriwijaya tidak runtuh bahkan pada abad 13 Sriwijaya diberitakan muncul kembali dancukup kuat sesuai dengan berita Cina.
- Keruntuhan Sriwijaya terjadi pada tahun 1477 ketika Majapahit mengirimkan tentaranyauntuk menaklukan Sumatra termasuk Sriwijaya Raja yang pernah berkuasa adalah Sri Jayanaga, Balaputradewa (raja yang paling terkenal), dan Sri Sanggramawijayatunggawarman. Kerajaan Sriwijaya runtuh akibat serangan Raja Colamanda dari India dan Ekspedisi Pamalayu dari Singosari.
- Berdirinya kerajaan Samudra Pasai.
Kerajaan
Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak
di JawaTengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di
tengahnya banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo,
Bogowonto, Elo, dan Bengawan Solo. Keadaan tanahnyasubur sehingga
pertumbuhan penduduknya cukup pesat.
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh berdasarkan prasasti Gunung Wukir, Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan Raja Sanna (Sanjaya adalah keponakan Sanna. Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya (yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari Dinasti Syailendra (yang menganut Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya meninggal, Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Setelah Panangkaran yang berkuasa adalah Samaratungga, pada masa kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur. Pengganti Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari Pramodhawardani). Kerajaan Mataram mencapai Puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Balitung. Pada tahun 929 M, pusat kerajaan Mataram dipindahkan ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok. Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi.
Sumber-sumber Prasasti
Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya kerajaan Mataram dapat diketahuimelalui prasasti-prasasti dan bangunan candi-candi yang dapat Anda ketahui sampai sekarang. Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama tersebutyaitu antara lain:
a. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal
berangkatahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala.
b.Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulisdalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas permintaankeluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha(umat Budha).
c.Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M yangmenggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, RakaiPanunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, RakaiWatuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung.Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung. d.Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indrayang bergelar Sri Sanggrama dananjaya Menurut para ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor Dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Sumber berupa Candi
Selain prasasti yang menjadi sumber sejarah adanya kerajaan Mataram ada juga banyak bangunan- bangunan candi di Jawa Tengah, yang manjadi bukti peninggalan kerajaan Mataram yaitu seperti Candi-candi pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, yang terletak di Jawa Tengah Utara. Selanjutnya di Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari, Candi Kalasan, dan masih banyak candi-candi yang lain.
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh berdasarkan prasasti Gunung Wukir, Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan Raja Sanna (Sanjaya adalah keponakan Sanna. Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya (yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari Dinasti Syailendra (yang menganut Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya meninggal, Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Setelah Panangkaran yang berkuasa adalah Samaratungga, pada masa kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur. Pengganti Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari Pramodhawardani). Kerajaan Mataram mencapai Puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Balitung. Pada tahun 929 M, pusat kerajaan Mataram dipindahkan ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok. Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi.
Sumber-sumber Prasasti
Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya kerajaan Mataram dapat diketahuimelalui prasasti-prasasti dan bangunan candi-candi yang dapat Anda ketahui sampai sekarang. Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama tersebutyaitu antara lain:
a. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal
berangkatahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala.
b.Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulisdalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas permintaankeluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha(umat Budha).
c.Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M yangmenggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, RakaiPanunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, RakaiWatuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung.Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung. d.Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indrayang bergelar Sri Sanggrama dananjaya Menurut para ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor Dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Sumber berupa Candi
Selain prasasti yang menjadi sumber sejarah adanya kerajaan Mataram ada juga banyak bangunan- bangunan candi di Jawa Tengah, yang manjadi bukti peninggalan kerajaan Mataram yaitu seperti Candi-candi pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, yang terletak di Jawa Tengah Utara. Selanjutnya di Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari, Candi Kalasan, dan masih banyak candi-candi yang lain.
Kerajaan medang kemulan
5. Kerajaan Medang
5. Kerajaan Medang
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di jawa tengah atau Mataram Kuno pada abad ke-8, kemudian berpindah ke jawa timur ada abad ke-10 karena adanya letusan gunung berapi. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.
6. Kerajaan Kendiri
Raja Sri Jayawarsha merupakan raja
pertama Kerajaan Kediri. Raja yang bergelar Sri Jayawarsha Digjaya
Shastra Prabhu ini mengaku dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu seperti
Airlangga. Raja kerajaan kediri selanjutnya adalah Bameswara. Bameswara
bergelar Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Kameshwara
Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama
Digjayatunggadewa. Dalam kitab Kakawin Smaradahana, karangan Mpu
Dharmaja, diceritakan bahwa Raja Bameswara adalah keturunan pendiri
Dinasti Isyana yang menikah dengan Chandra Kirana, putrid Jayabhaya.
Jayabhaya bergelar Sri Maharaja Sri
Warmmeswara Madhusudanawataranindita Suhrtsingha Parkrama
Digjayotunggadewa Jayabhayalanchana. Pada masa pemerintahan Jayabhaya,
terjadi perang saudara ini diabadikan dalam bentuk Kakawin Bharatayuddha
yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Punuluh. Jayabhaya berhasil
memenangkan perang saudara tersebut sehingga wilayah Kediri berhasil
disatukan lagi dengan wilayah Jenggala. Peristiwa kemenangan ini
diabadikan dalam Prasasti Ngantang. Pengganti Jayabhaya yaitu Sarweswara
dari Aryyeswara, tidak banyak diketahui. Raja berikutnya adalah Gandra.
Pada masa pemerintahannya, Gandra menyempurnakan struktur pemerintahan
yang diwariskan Kerajaan Medang Kamulan.
Para pejabat diberi gelar tertentu dengan
nama-nama hewan, seperti Gajah atau Kebo. Penggunaan nama-nama tersebut
menjadi tanda pengenal kepangkatan tertentu di Kerajaan Kediri. Setelah
Gandra, pemerintahan Kerajaan Kediri dipimpin oleh Raja Kameshwara.
Pemerintahan Kameshwara ditandai dengan pesatnya hasil karya sastra
Jawa. Pada masa pemerintahannya, cerita-cerita panji atau kepehlawanan
banyak dihasilkan seperti juga bentu cerita kakawin.
Raja kerajaan Kediri berikutnya adalah
Kertajaya atau Srengga. Pada masa pemerintahannya, Kediri mulai
mengalami masalah dan ketidakstabilan. Hal ini karena Kertajaya berusaha
membatasi dan mengurangi hak istimewa para kaum Brahmana saat itu, di
daerah Tumapel (sekarang Malang) muncul kekuatan baru di bawah pimpinan
Ken Arok. Perlahan-lahan, terjadi arus pelarian para Brahmana dari
wilayah Kediri menuju Tumampel. Kertajaya menyikapi arus pelarian ini
dengan mengerahkan tentara Kerajaan Kediri untuk menyerbu Tumapel.
Perang antara pasukan Kertajaya dan Ken
Arok terjadi di Ganter (1222). Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan
kekuasaan pasukan Kertajaya dan dengan sendirinya mengakhiri kekuasaan
Kerajaan Kediri.
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari rumah-rumah rakyatnya yang baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin yang berwarna kuning, dan hijau serta orang-orang Kediri telah memakai kain sampai di bawah lutut. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra. Hal ini terlihat dari banyaknya hasil sastra yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.
7. Kerajaan Singasari
Sumber sejarah tentang Kerajaan Singasari
di Jawa Timur adalah kitab-kitab kuno, seperti Pararaton (Kitab
Raja-Raja) dan Negarakertagama. Kedua kitab itu berisis sejarah
raja-raja. Kerajaan Singasari dan majapahit yang saling berhubungan
erat. Ketika Ken Arok berkuasa di Tumapel, di Kerajaan Kediri
berlangsung perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana.
Para Brahmana tersebut melarikan diri ke Tumapel. Namun, dalam
pertempuran di Ganter, ia mengalami kekalahan dan meninggal. Kemudian,
Ken Arok menyatukan Kerajaan Kediri dan Tumapel, serta mendirikan
Kerajaan Singasari. Ia bergelar Sri Rangga Rajasa (Rajasawangsa) atau
Girindrawangsa di Jawa Timur.
Dari istri yang pertamanya yang bernama
Ken Umang, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Panji Tohjaya,
Panji Sudhatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Dari perkawinannya dengan
Ken Dedes, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Mahisa Wong
ateleng, Panji Sabrang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga
memiliki seorang anak tiri, yaitu Anusapati yang merupakan anak Tunggal
Tunggul ametung dan Ken Dedes. Tunggul Ametung adalah Bupati Tumapel
yang dibunuh Ken Arok.
Pada tahun1227, masa pemerintahan Ken
Arok berakhir ketika ia dibunuh oleh anak tirinya Anusapati, sebagai
balas dendam terhadap kematian Ayahnya. Diceritakan bahwa Ken Arok
dibunuh dengan menggunakan keris Mpu Gandring yang di pakai untuk
membunuh Tunggul Ametung. Kemudian Ken Arok dimakamkan di Kagenengan
(sebelah selatan Singasari). Setelah Ken Arok wafat, Anusapati yang
bergelar Amusanatha, naik tahta sebagai raja kedua Kerajaan Singasari.
Anusapati memerintah sampai tahun 1248. Tohjaya yang mengetahui bahwa
ayahnya dibunuh oleh Anusapati, merencanakan pembalasan dendam. Tohjaya
membunuh Anusapati juga dengan mengunakan keris Mpu Gandring.
Setelah Wafat, jenazah anusapati
diperabukan di Candi Kidal. Tohjaya kemudian mengantikan Anusapati
menjadi Raja di Kerajaan singasari pada tahun 1248. Ia tidak lama
memerintah karena terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang
Sinelir dan Rajasa yang digerakkan oleh Ranggawuni, anak Anusapati.
Ranggawuni dibantu oleh Mahisa Cempaka, anak Mahisa Wong Ateleng,
saudara tiri Anusapati dari ibu yang sama.
Pemberontakan Ranggawuni berhasil
menyerbu masuk ke istana dan melukai Tohjaya dengan tombak. Tohjaya
berhasil dilarikan oleh para pengawalnya ke luar Istana, tetapi akhirnya
meninggal di Katalang Lumbang. Dengan wafatnya Tohjoyo. Tahta kerajaan
Singasari kembali kosong.
Setelah tohjaya wafat, Ranggawuni naik
tahta pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya Wishnuwardhana. Mahisa
Cempaka yang telah membantunya merebut tahta, memperoleh anugrah
kedudukan sebagai Ratu Angabhaya, pejabat terpenting kedua di Kerajaan
Singgasari dengan gelar Narasinghamurti. Pada tahun 1254. Wishnuwardhana
menobatkan anaknya yang bernama Kertanegara sebagai Yuwaraja atau
Kumararaja (Raja Muda). Kertanegara mendampingi ayahnya memerintah
sampai tahun 1268. Ketika Wishnuwardhana meninggal di Mandaragiri, ia
dimuliakan di dua tempat yang berbeda. Di Candi Jago (Jajaghu) sebagai
Buddha Amoghapasha dan di Candi Weleri sebagai Siwa.
Setelah ayahnya wafat, Kertanegara
sebagai raja muda langsung dinobatkan sebagai Raja Singasari. Dalam
menjalankan pemerintahan, Kertanegara dibantu oleh tiga orang pejabat
bawahan, yaitu Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan dan Rakryan i Halu.
Dibawah ketiga Mahamantri, masih terdapat pula tiga orang pejabat
bawahan, yaitu Rakryan Apatih, Rakryan Demung, dan Rakryan Kanuruhan.
Untuk mengatur soal keagamaan, diangkat pejabat yang disebut
Dharmadhyaksa ri Kasogatan.
Raja Kertanegara adalah raja yang
terkenal dan terbesar dari kerajaan Singasari. Ia mempunyai semangat
Ekspansionis. Kertanegara bercita-cita memperluas Kerajaan Singasari
hingga keluar Pulau Jawa yang disebut dengan istilah Cakrawala Mandala.
Pada tahun 1275, ia mengirim pasukan ke Sumatra untuk menguasai Kerajaan
Melayu yang disebut sebagai ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi
tersebut, Kerajaan Melayu berhasil di taklukan tahun1260. Peristiwa ini
diabadikan pada alas patung Amoghapasha di Padangroco (Sungai Langsat)
yang berangka tahun 1286.
Raja Melayu saat itu, Tribhuwana atau
Raja Mulawarmandewa, beserta rayatnya menyambut hadiah itu dengan suka
cita. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Melayu secara resmi berada
dibawah kekuasaan Raja Kertanegara. Kertanegara juga membawa putrid
Melayu kembali ke Singasari untuk dinikahkan dengan salah seorang
bangsawan Singasari. Tujuh pengiriman arca dan penaklukan Kejaan Melayu
adalah untuk menghadang rencana perluasan kekuasaan Kaisar Kubilai Khan
dari Cina.
Diceritakan bahwa sudah beberapa kali
utusan dari Cina dating ke Kerajaan Melayu menurut pengakuan untuk
tunduk kepada Cina. Raja Kertanegara menolak mengirim upeti atau utusan
sebagai pernyataan tunduk kepada Cina. Raja Kertanegara menolak mengirim
upeti atau utusan sebagai pernyataan tunduk.
Pada tahun 1289, utusan Cina bernama Meng
K’i dikirim pulang ke Cina sehingga Kaisar Kubilai Khan marah dan
mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Singasari. Sebagian besar
pasukan Kerajaan Singasari sedang dikirim ke Sumatra untuk menghadapi
serangan pasukan Cina. Sementara itu, Raja Jayakatwang di Kerajaan
Kediri yang menjadi bawahan Kerajaan Singasari melihat kesempatan yang
baik untuk merebut kekuasaan. Pada tahun 1292, Raja Jayakatwang dengan
pasukan Kerajaan Kediri menyerang Ibu kota Kerajaan Singasari.
Menurut cerita, pada saat serangan musuh
dating, Raja Kertanegara beserta para pejabat dan pendeta sedang
melakukan upacara Tantrayana sehingga dapat dengan mudah mereka semua
dibunuh oleh musuh.
7. Kerajaan Majapahit
Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan
terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit. Nama kerajaan ini berasal dari
buah maja yang pahit rasanya. Ketika orang-orang Madura bernama Raden
Wijaya membuka hutan di Desa Tarik, mereka menenukan sebuah pohon maja
yang berubah pahit. Padahal rasa buah itu biasanya manis. Oleh karena
itu mereka menamakna permukiman mereka itu sebagai Majapahit. Daerah ini
merupakan daerah yang diberikan Raja Jayakateang dari Kerajaan Kediri
kepada Raden Wijaya. Raja Wijaya adalah menantu Raja Kertanegara dari
kerajaan Singasari. Pada saat Kerajaan Singasari diserbu dan dikalahkan
oleh Jayakatwang, Raden Wijaya berhasil melarikan diri. Ia mencari
perlindungan kepada Bupati Madura yang bernama Arya Wiraraja. Dengan
bantuan orang-orang Madura, ia membangun pemuliman di Desa Tarik yang
kemudian diberi nama Majapahit tersebut.
Pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri
dari 1.000 buah kapal dengan 20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa
Timur. Tujuan mereka adalah menghukum Raja Kertanegara yang menyatakan
tidak mau tunduk kepada Kaisar Kubilai Khan dari Cina. Mereka tidak
mengetahui bahwa Raja Kertanegara dari Singasari itu telah meninggal
dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.
Melihat peluang ini, Raden Wijaya
mengambil kesempatan untuk merebut kembali Kerajaan Singasari. Ia
menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang Raja Jayakatwang di
Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan itu. Raja
Jayakatwang berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina
bergembira dan berpesta pora. Mereka tidak menyaka kalau kesempatan itu
dipakai oleh Raden Wijaya untuk balik menyerang mereka. Pasukan Raden
Wijaya berhasil mengusir armada Cina kembali ketanah airnya. Sejak saat
itu Kerajaan Majapahit dianggap sudah berdiri.
Raden Wijaya naik tahta sebagai Raja
Majapahit pada tahun 1293 dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.
Pada tahun 1295., berturut-turut pecah pembrontakan yang dipimpin oleh
Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi. Pembrontakan-pembrontakan
itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 dan mendapat
penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati) dan Candi
Artahpura.
Setelah Raden Wijaya wafat, putera
permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara menggantikannya
sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus
menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup.
Selain pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh
pasukan pengawal (Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian
diungsikan ke Desa Bedager.
Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena
dibunuh oleh salah seorang anggota dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh
karena ia tidak mempunyai putra ia kemudian digantikan oleh adik
perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar Tribuanatunggadewi
Jayawishnuwardhani. Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di
Singasari dengan gelar Kertawerdhana.
Dari kitab Negarakertagama, digambarkan
adanya beberapa pemberontakan di masa pemerintahan Ratu
Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah
pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan
itu pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu
Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja dan para pembesar kerajaan bahwa ia
tidak akan amukti palapa (memakan buah palapa), sebelum ia dapat
menundukan Nusantara.
Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota
Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu
Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah berkuasa 22 tahun. Ia wafat
pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Muruk dinobatkan sebagai raja
Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara. Gajah Mada diangkat sebagai
Patih Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada,
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit
menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah Nusantara
tunduk pada Majapahit.
Gajah Mada meninggal tahun 1364.
Meninggalnya Gajah Mada menjadi titik tolak kemunduran Majapahit.
Setelah Gajah Mada tidak ada negarawan yang kuat dan bijaksana. Keadaan
semakin memburuk setelah Hayam Wuruk juga meninggal pada tahun 1389.
Hayam Wuruk tidak memiliki putra mahkota. Tahta kerajaan Majapahit
diberikan pada menantunya yang bernama Wikramawardhana (suami dari putri
mahkota Kusumawardhani). Hayam Wuruk sebenarnya memiliki putra yang
bernama Bhre Wirabhumi. Namun, dia bukan anak dari permaisuri sehingga
tidak berhak mewarisi tahta Kerajaan Majapahit.
Meskipun demikian, Wirabhumi tetap diberi
kekuasaan di wilayah kekuasaan di wilayah Kerajaan sebelah Timur, yaitu
Blambangan. Dengan cara tersebut, kemungkinan perpecahan antara Bhre
Wirabhumi dan Wikramawardhana berhasil diredam. Masalah kembali timbul
ketika tahta Kerajaan Majapahit kembali kosong setelah Kusumawardhani
meninggal dunia pada tahun 1400. Wikramawardhana berniat untuk menjadi
pendeta dan menunjuk putrinya, Suhita, menjadi ratu Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1401, pecah perang antara
keluarga Wikramawardhana dan Wirabhumi yang dikenal sebagai Perang
Paregreg. Perang Paregreg baru berakhir pada tahun 1406 dengan
terbunuhnya Bhre Wirabhumi. Parang saudara ini semakin melemahkan
Kerajaan Majapahit. Satu demi satu daerah kekuasaannya melepaskan diri.
Tidak ada lagi raja yang kuat dan mampu memerintah kerajaan yang
demikian luas. Menurut catatan. Kerajaan Majapahit runtuh sekitar tahun
1500-an yang didasarkan pada tahun bersimbol Sirna Ilang Kertaning
Bhumi.
Tambahan :
* Kerajaan Bali
Informasi tentang raja-raja yang pernah
memerintah di Kerajaan Bali diperileh terutama dari prasasti Sanur yang
berasal dari 835 Saka atau 913. Prasasti Sanur dibuat oleh Raja Sri
Kesariwarmadewa. Sri Kesariwarmadewa adalah raja pertama di Bali dari
Dinasti Warmadewa. Setelah berhasil mengalahkan suku-suku pedalaman
Bali, ia memerintah Kerajaan Bali yang berpusat di Singhamandawa.
Pengganti Sri Keariwarmadewa adalah Ugrasena. Selama masa
pemerintahannya, Ugrasena membuat beberapa kebijakan, yaitu pembebasan
beberapa desa dari pajak sekitar tahun 837 Saka atau 915. Desa-desa
tersebut kemudian dijadikan sumber penghasilan kayu kerajaan dibawah
pengawasan hulu kayu (kepala kehutanan). Pada sekitar tahun 855 Saka
atau 933, dibangun juga tempat-tempat suci dan pesanggrahan bagi
peziarah dan perantau yang kemalaman.
Pengganti Ugrasena adalah Tabanendra
Warmadewa yang memerintah bersama permaisurinya, ia berhasil membagun
pemandian suci Tirta Empul di Manukraya atau Manukaya, dekat Tampak
Siring. Pengganti Tabanendra Warmadewa adalah raja Jayasingha Warmadewa.
Kemudian Jayasadhu Earmadewa. Masa pemerintahan kedua raja ini tidak
diketahu secara pasti. Pemerintahan kerajaan Bali selanjutnya dipimpin
oleh seorang ratu. Ratu ini bergelar Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi.
Ia memerintah pada tahun 905 Saka atau 938. Beberapa ahli memperkirakan
ratu ini adalah putrid Mpu Sindok dari kerajaan Mataram Kuno.
Pengganti ratu ini adalah Dharma Udayana
Warmadewa. Pada masa pemerintahan Udayana, hubungan Kerajaan Bali dan
Mataram Kuno berjalan sangat baik. Hal ini disebabkan oleh adanya
pernikahan antara Udayana dengan Gunapriya Dharmapatni, cicit Mpu Sendok
yang kemudian dikenal sebagai Mahendradata. Pada masa itu banyak
dihasilkan prasasti-prasasti yang menggunakan huruf Nagari dan Kawi
serta bahasa Bali Kuno dan Sangsekerta.
Setelah Udayana wafat, Marakatapangkaja
naik tahta sebagai raja Kerajaan Bali. Putra kedua Udayana ini menjadi
raja Bali berikutnya karena putra mahkota Airlangga menjadi raja Medang
Kemulan. Airlangga menikah dengan putrid Darmawngasa dari kerajaan
Medang Kemulan. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan terlihat bahwa
Marakatapangkaja sangat menaruh perhatian pada kesejahteraan rakyatnya.
Wilayah kekuasaannya meliputi daerah yang luas termasak Gianjar,
Buleleng. Tampaksiring dan Bwahan (Danau Batur). Ia juga mengusahakn
pembangunan candi di Gunung Kawi.
Pengganti raja Marakatapangkaja adalah
adiknya sendiri yang bernama Anak Wungsu. Ia mengeluarkan 28 buah
prasasti yang menunjukkan kegiatan pemerintahannya. Anak Wungsu adalah
raja dari Wangsa Warmadewa terakhir yang berkuasa di kerajaan Bali
karena ia tidak mempunyai keturunan. Ia meninggal pada tahun 1080 dan
dimakamkan di Gunung Kawi (Tampak Siring).
Setelah anak Wungsu, kerajaan Bali
dipimpin oleh Sri Sakalendukirana. Raja ini digantikan Sri Suradhipa
yang memerintah dari tahun1037 Saka hingga 1041 Saka. Raja Suradhipa
kemudian digantikanJayasakti. Setelah Raja Jayasakti, yang memerintah
adalah Ragajaya selitar tahun 1155. Ia digantikan oleh Raja Jayapangus
(1177-1181). Raja terakhir Bali adalah Paduka Batara Sri Artasura yang
bergelar Ratna Bumi banten (Manikan Pulau Bali). Raja ini berusaha
mempertahahankan kemerdekaan Bali dari seranggan Majapahit yang di
pimpin oleh Gajah Mada. Sayangnya upaya ini mengalami kegagalan. Pada
tahun 1265 Saka tau 1343, Bali dikuasai Majapahit. Pusat kekuasaan
mula-mula di Samprang, kemudian dipindah ke Gelgel dan Klungkung.
* Kerajaan Pajajaran
Pusat Kerajaan Pajajaran awalnya terletak
di daerah Galuh, jawa Barat. Raja pertama Kerajaan Pajajaran bernama
Sena. Namun, tahta Kerajaan Pajajaran kemudian direbut oleh saudara Raja
Sena yang bernama Purbasora. Raja Sena dan keluarganya terpaksa
meninggalkan keratin. Tidak lama kemudian, Raja Sena berhasil merebut
kembali tahta Kerajaan Pajajaran.
Raja Pajajaran selanjutnya adalah
Jayabhupati. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Pajajaran mengembangkan
ajaran Hindu Waisnawa. Setelah Jayabhupati, Kerajaan diperintah oleh
Rahyang Niskala Wastu Kencana. Pada masa pemerintahannya, pusat kerajaan
dipindahkan ke Kawali. Raha Wastu kemudian digantikan oleh Hayam Wuruk.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1357 dan disebut dalam kitab Pararaton
sebagai Perang Bubat.
Ketika perang Bubat terjadi, Sri Baduga
Maharaja bersama seluruh pengiringnya tewas. Kerajaan Pajajaran diambil
alih oleh Hyang Bunisora (1357-1371), pengasuh putra mahkota Wastu
Kencana yang masih kecil. Hyang Bunisora berkuasa selama 14 tahun. Pada
Prasasti Batu Tulis, raja ini disebut juga Prabu Guru Dewataprani.
Kerajaan Pajajaran selanjutnya diperintah
secara berurutan oleh Wastu Kencana. Tohaan, lalu Sang Ratu Jayadewata.
Pada masa pemerintahan Sang Ratu Jayadewata, diperkirakan bahwa di
Kerajaan Pajajaran telah terdapat penduduk yang beragama islam. Hal ini
tergambar dari tulisan seorang ahli sejarah Portugis yang bernama Tome
Pires (1513) yang mengatakan bahwa di wilayah timur kerajaan ini
terdapat banyak penganut Islam. Tampaknya pengaruh Islam belum masuk ke
pusat kerajaan. Namun, pengaruh Islam dari Kerajaan Demak di Jawa Tegah
mulai mengancam Kerajaan Pajajaran.
Oleh karena itu Jayadewata bermaksud
meminta bantuan Portugis di Malaka untuk menghadapi kerajaan Demak.
Usaha itu terlambat karena pada tahun1527, pasukan yang dipimpin oleh
Falatehan dari Demak berhasil menguasai pelabuhan Sunda Kelapa,
pelabuhan terbesar Kerajaan Pajajaran. Ketika itu, yang berkuasa di
Pajajaran adalah Ratu Samiam, putra Jayadewata.
Setelah pelabuhan Sunda Kelapa direbut
oleh Kerajaan Demak, Kerajaan Pajajaran harus menghadapi serangan
Kerajaan Banten dari arah barat. Pengganti Samiam, yaitu Prabu Ratu
Dewata, berusaha mempertahankan ibu kota Pajajaran dari pasukan Maulana
Hasanuddin dan putranya, Maulana Yusuf. Pada tahun1579, Kerajaan
Pajajaran akhirnya runtuh setelah Kerajaan Banten yang bercorak Islam
berhasil menguasai Ibu kota kerajaan. Orang-orang Hindu Pajajaran yang
tidak mau tunduk pada penguasa Islam akhirnya melarikan diri kedaerah
pedalaman dan kemudian hidup sebagai suku Badui.
Sumber internet:
- https://history1978.wordpress.com/perangkat-sejarah/sejarah-kelas-xi-ipa/perkembangan-kerajaan-hindu-budha-di-indonesia/
- https://mutiarapenakluk.wordpress.com/bahan-pelajaran/sejarah/semester-1/bab-3-kerajaan-kerajaan-hindu-budha-di-indonesia/
- http://richawahyuni.blogspot.com/2014/05/kerajaan-kerajaan-hindu-budha-di.html
Comments
Post a Comment