Skip to main content

Contoh Makalah Sejarah dan perkembangan Gereja di kota Surakarta

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan budaya daerah. Dari wilayah Sabang sampai Merauke terdapat berbagai macam seni kebudayaan yang mewarnai setiap sendi kehidupan manusia . Keanekaragaman budaya daerah memberikan corak dan karakteristik kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia. Banyak orang yang menyebutkan Indonesia sebagai “Zamrud Khatulistiwa”. Dan berkat perjalanan sejarah tersebut telah banyak mewariskan peninggalan kebudayaan yang tidak terhingga nilainya.

Surakarta sebuah kota yang terkenal akan corak budaya Jawanya yang kuat bahkan melekat sebuah slogan Solo The Spirit Of Jawa. Selain dari bidang budaya Surakarta juga terkenal akan banyaknya bangunan bersejarah yang menjadi saksi dinamika perkembangan Kehidupan manusia. bangunan-bangunan bersejarah tersebut antara lain adalah Gereja Santo Antonius dan Gereja Kristen Jawa Margoyudan. Dua bangunan peribadatan tersebut mempunyai sejarah panjang serta peran yang penting dalam perkembangan umat Katolik maupun Kristen di Surakarta.


Dua bangunan Gereja tersebut, secara tidak sengaja dibangun pada tahun yang sama yaitu 1916. Gereja yang telah berumur hampir satu abad ini telah melewati fase-fase dimana banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya umat Kristen dan Katolik. Maka dari itulah pantas jika kedua bangunan tersebut menjadi bangunan cagar budaya yang patut dilindungi dan dilestarikan keberadaannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan Gereja Santo Antonius Purbayan?

2. Bagaimana Sejarah perkembangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah hasil dari observasi ini adalah untuk mengetahui sejarah serta perkembangan Gereja Santo Antonius Purbayan dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan dari masa berdirinya sampai sekarang.

D. Manfaat

1. Mengetahui sejarah serta perkembangan Gereja Santo Antonius Purbayan dari awal berdirinya sampai sekarang.

2. Mengetahui sejarah serta perkembangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan dari awal berdirinya sampai sekarang.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah serta Perkembangan Gereja Santo Antonius Purbayan

Sebelum tahun1859 Gereja Katolik Surakarta dilayani langsung dari Semarang. Orang Surakarta pertama yang dibaptis adalah Anna Catharina Weynschenk (14 Nopember 1812) dan Georgius Weynschenk (24Nopember 1812) bersama-sama 59 orang baptisan lainnya. Kemudian pada tahun 1859 stasi Ambarawa didirikan, meliputi daerah Salatiga, Ambarawa, Surakarta dan Madiun. Pada waktu itu stasi Ambarawa berada di bawah pimpinan Romo Yohanes F.V.D. Haegen, dengan jumlah umat 1787 orang (1206 di antaranya adalah tentara).

Tanggal 29 Oktober 1905 Romo Cornelis Stiphout, SJ dari Pastoran Ambarawa, mendapat ijin dan mulai merintis bedirinya Gereja di kota Solo. Usaha ini berhasil. Dalam kondisi darurat, karena gereja belum selesai dibangun, Misa yang pertama kali diadakan di Pastoran pada tanggal 22 Desember 1907.

Akhirnya, pada Nopember 1916 Gereja St. Antonius Purbayan berdiri dan diberkati. Romo C. Stiphout, SJ diangkat sebagai Pastor Paroki yang pertama di Surakarta dengan surat pengangkatan tahun 1918.

Gereja Santo Antonius semakin berkembang dan mulai mencoba menekuni bidang pendidikan. Melalui perjuangan keras Pastor Stater untuk mendapatkan tempat dan perijinan dari pamong praja, akhirnya pada tahun 1921 sekolah HIS berhasil didirikan. Pada waktu itu juga Bapak Soemadisastro diangkat menjadi Kepala Sekolah.

Pada tanggal 16 Pebruari 1921 Romo Hermanus, JJ Jansen, SJ dari Tomohon ditugaskan mengganti tugas Romo C. Stiphout, SJ sebagai Pastor Paroki Purbayan. Beberapa bulan kemudian (4 Juli 1921) Gereja membuka sekolah HIS Sosronegaran dengan pengajar pelajaran agama dan budi pekerti Romo HEV Driessche dan Bapak Poerwa. Setahun berikutnya HIS pindah ke Purbayan memakai tempat calon rumah biara suster-suster Fransiskus. Ini berlangsung selama satu tahun. Sementara itu HIS mempersiapkan gedung sekolahnya yang baru, yang nantinya ditempati, dengan H.I.W. Wormer sebagai Kepala Sekolahnya.

Tanggal 4 Juli 1922 SD Kanisius mulai dibuka oleh Romo Houvenaars, SJ, diantaranya SDK Jayengan, SDK Pucangsawit, SDK Purwaprajan, SDK Semanggi, SDK Sorogenen, dan SDK Bromantakan. Karena pada masa itu belum ada orang Jawa yang berkarya sebagai misionaris, timbul rasa was-was di hati para Romo akankah diterima pelajaran agama Katolik yang masih asing dan baru itu. Di luar dugaan, ternyata murid yang masuk mencapai 300 anak. Beberapa waktu kemudian tanah yang terletak di dekat Pastoran dapat dibeli, dengan harapan menjadi tempat dibangunnya gedung sekolah yang baru dan lebih baik.

Tanggal 15 Januari 1923 Romo Cornelis Lucas, SJ dari Muntilan, pindah ke Surakarta. Mulai saat ini setiap hari Minggu pasti ada Misa. Tahun 1924 – 1929 Romo Houvenaars diangkat menjadi Pastor Paroki Purbayan. Tidak lama sesudahnya, sekolah rakyat dengan bahasa pengantar Jawa untuk pertama kalinya dibuka (SDK Kebalen). Menyusul kemudian sekolah rakyat yang kedua pun dibuka (1924). Tanggal 19 Agustus 1924 Romo Jansen, SJ dipindah ke Weltevreden dan tiga bulan kemudian Romo J. Brendsen, SJ dari Muntilan menjadi misionaris di Surakarta.

Tahun 1925 suster-suster Fransiskus datang di kota Solo dan tahun berikutnya membuka sekolah untuk anak-anak perempuan yang sekarang dikenal menjadi SD Marsudirini. Bersamaan dengan kedatangan suster-suster, Romo Karel De Hoog SJ datang dari Belanda dan ditugaskan di Yogyakarta, yaitu di Ignatius college, sempat tinggal sementara waktu di Purbayan. Sebagai penggantinya. Romo Henricus JM Koch, SJ dariYogyakarta dipindah ke Surakarta.

Tanggal 26 Juni 1926 bruder-bruder FIC mengambil alih sekolah HIS yang didirikan tahun 1921/1922 (SD Pangudiluhur). Bruder-bruder tersebut diantaranya adalah Br. Seardus, Br. Laurentius, Br. Yustus, Br. Leboinus.

Tanggal 19 April 1922 Romo Arnoldus Van Velsen SJ misionris dari Muntilan dipindahkan ke Solo. Menyusul dibukanya SDK Pucangsawit dan SDK Sorogenen. Tanggal 20 April 1926 sekolah Santa. Melani dibuka dengan 20 Murid dan masa pendidikan tiga tahun, dibawah pimpinan Ibu Th. Hardjasubrata. Setelah sekolah ini dapat berjalan dengan lancar, kumpulan Melani mencoba membuka Sekolah Dasar lengkap dengan masa studi enam tahun di Serengan.

Di dalam masa tugasnya sebagai Pastor Paroki, Romo Houvenaars, SJ membeli tanah di Pucangsawit untuk tempat pekuburan Katholik. Disamping itu, beliau juga mendirikan Maria Congregatie untuk bapak-bapak guru jawa.

Tahun 1928 mulai banyak sekolah-sekolah didirikan; di antaranya sekolah ELS, HIS Bruderan, HIS Susteran dan sekolah Rakyat, seluruhnya berjumlah sembilan sekolah. Sayang, Romo A.V. Velsen, SJ harus pindah ke Magelang (5 Januari 1928) dan sebagai gantinya Romo Cornelius Vesteeg, SJ dari Buitenzorg ditugaskan di Solo.

Tanggal 2 Juni 1929 Romo Jacobus Schots, SJ sehabis cuti dari Belanda, ditugaskan ke Solo. Beliau mendirikan gereja di Baturetno, Wonogiri. Dan Romo HJM Koch, SJ diangkat menjadi Pastor Paroki Purbayan. Pada awal bulan Juli 1929 lahirlah sekolah Yayasan Triyasa di Surakarta, yang didirkan oleh tiga perkumpulan, yaituWanita Katolik, Katolik Wandawa, dan PPKD.

Sekitar tahun 1930 Romo B.Hagdorn SJ mengangkat Bapak A. Mujikuwat Sastrawinata menjadi koster gereja yang pertama. Pada waktu itu Romo Koch, SJ mendatangkan patung-patung dari Belanda serta dua lonceng yang diberi nama St. Maria dan St. Ignatius. Benda-benda tersebut sampai saat ini masih ada di Gereja St. Antonius Purbayan. Menyusul kemudian tanggal 14 Januari 1930 RomoJ.Servink, SJ dari Betawi pindah ke Solo.

Tanggal 14 Agustus 1931 Romo B. Hagdorn, SJ menggantikan jabatan Romo Koch, SJ yang telah berakhir masa tugasnya sebagai Pastor Paroki di Purbayan. Romo Hagdorn ini rajin membina dan memberi semangat pemuda-pemudi untuk menjadi Pastor, Bruder atau Suster. Usaha beliau tidaklah sia-sia, karena ada beberapa orang yang kemudian menjadi pastor. Sejak saat ini, Misa Kudus pada hari Minggu menjadi tiga kali. Misa I (05.30) dengan bahasa Belanda; Misa II dengan bahasa jawa dan Misa III dengan bahasa Belanda. Pertambahan umat setiap tahunnya mencapai sekitar 100 orang.

Tahun 1935 Romo Hagdorn, SJ digantikan oleh Romo C. Ruijgrok, SJ. Selama itu beliau dibantu oleh beberapa orang pastor, diantaranya yaitu Romo A. Elfrink, MSF. Romo van Tiel MSF, RomoJ. Schots, SJ dan Romo Chr. Hendriks MSF.

Tanggal 10 September 1938 Romo C. Verhaar, SJ mulai menjabat sebagai Pastor Paroki dan membentuk Dewan Gereja (Dewan Paroki), yang terdiri dari ketua Romo Verhaar SJ, sekretaris Romo Schoots, dan anggota Mr. WC Haye. Saat inilah gereja mulai diramaikan dengan berbagai aktivitas keanggotaan, di antaranya:
Koor dengan nama St. Cecillia. Koor ini dipimpin oleh Romo Verhaar, SJ, dirigen oleh AV. Balen, organis oleh Bruder Euginius. Khusus untuk koor Jawa dipimpin oleh Rd. C. Hardjosoebroto dan organis R. Fr. Atmapranata.
Pendidikan. Banyak didirikan antara lain: Yayasan Bruderan yang dipimpin oleh Br. Yustus. Kepala Sekolah HIS dipegang oleh Br. Seraphion, Br. Gerontius, Br. Richarius, Br. Pancratio, Rd. C. Hardjasoebrata, dll. R.K Scharkeschool di bawah pimpinan Br. Marcellianus. NCS oleh Br. Albertus. Yayasan suster-suster Fransiskanes dengan ketua moderator M. Corona. Ada kelas persiapan yaitu Voorklas HIS RK Vakschool (sekolah kejuruan) dengan Kepala Sekolah Z. Agatha. Eur Frobelschool oleh Zr. Louisine. Volksschool oleh. Pauline. St. StanislausELS dengan kepala Sekolah F. Brand. St. Theresiaschool ELS dipimpin oleh A. Balen. St. Melaniawerkvoor Java mempunyai beberapa sekolah untuk murid perempuan.
Kerasulan Doa, dipimpin oleh Romo Verhaar, SJ.
Kongregatie Maria:
Untuk pria Jawa dipimpin oleh RP. Th. Poesposoeparto, SJ
Untuk wanita Jawa dipimpin RP.J.Schoot, SJ
Untuk muda-mudi dipimpin R.P Verhaar, SJ
Untuk pemudi Jawa dipimpin R.P. Poesposoeparto, SJ
Kelompok organis mudika dan Persatuan Pemudi Katolik yang dibimbing oleh RomoVerhaar, SJ
Himpunan Pramuka Katolik
Perkumpulan Karikatif dengan ketuanya Mevr.Van Balen, moderator Romo Verhaar, dan sekretaris Mevr.C.Siem Adriaanse
Karya Melania dengan Ketua Mevr. F. Coeners.

Dan yang lebih penting, perayaan Misa mengalami beberapa perubahan. Kegiatan keagamaan untuk Misa Kudus diadakan pukul 08.30 Misa Agung pukul 17.30 dan setiap Jumat pertama diadakan Misa Kudus pukul 05.30 pukul 06.45 dan pukul 07.30 Selain itu, pada setiap Minggu sore diadakan Lof (puji-pujian/astuti)

Oleh karena sedemikian banyaknya kegiatan yang dilakukan gereja St. Antonius Purbayan, umatpun semakin lama semakin bertambah banyak. Maka diadakan rencana untuk membangun gereja baru. Setiap Minggu Umat Paroki Purbayan mengadakan kolekte khusus untuk sumbangan pembangunan gereja baru dan mengadakan kegiatan pengumpulan dana. Bahkan Belanda juga memberikan bantuan berupa lonceng, kaki lilin, kelinting, alat-alat perlengkapan Misa dan Tabernakel. Selain itu, juga didatangkan romo-romo MSF. Yang untuk sementara waktu tinggal dengan romo-romo SJ di Pastoran Purbayan. Mereka itu di antaranya Romo Chr. Hendriks MSF. Romo Elfrink MSF mendapat tugas mengurus persiapan dan pelaksanaan pembangunan gereja.

Ketika Jepang Masuk

Tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan keadaan umat mulai kacau, karena terjadi perampokan dan penjarahan dimana-mana. Termasuk Gereja Santo Petrus yang belum lama berdiri didatangi perampok-perampok, sehingga apa saja yang diangkut sampai habis. Akan tetapi, berkat Tuhan dan keuletan bapak Koster yang menggunakan taktik menahan mereka, Gereja Purbayan selamat.

Setelah ada perampokan tersebut, dikeluarkan instruksi bahwa para pastor akan diinternir dan gereja-gereja akan ditutup. Tiga tahun kemudian Jepang menyerah kepada Sekutu dan meninggalkan Indonesa. Suasana kota Solo pun berubah menjadi cerah. Banyak pastor tamu datang membantu paroki Surakarta, di antaranya Romo AP Purwadiharja, Pr dan Romo L. Daroewendo, SJ. Tahun 1949 Slamet Riyadi dipermandikan dengan nama permandian Ignatius (24 Desember); beliau dikenal sebagai pahlawan nasional.

Tahun 1950 romo Poesposoeparto digantikan oleh Romo C. Martawerdaya, SJ Dan yang bertugas sebagai Pastor Pembantu adalah Romo AP. Purwadiharja, Pr Romo A. Tjakrawardaya, Pr dan Romo H. Wakkers, SJ. Jumlah baptisan pada masa ini 606 orang. Ini adalah jumlah yang paling tinggi untuk dasawarsa lima-puluhan.

Tahun 1955 Romo J. Darmoyuwono, Pr datang dan tinggal di Paroki Purbayan. Beliaulah yang nantinya mendirikan gereja Purbowardayan sekaligus memberkatinya (1961). Kelak dikemudian hari Romo Darmoyuwono dipilih menjadi Uskup Agung Semarang dan kemudian diangkat menjadi Kardinal.

Tahun 1958 Romo H. Wakkers SJ diangkat menjadi Pastor Paroki Purbayan. Pada waktu itu pelajaran agama berjalan dengan baik, bahkan ada kursus guru agama. Misa pada hari Minggu tidak hanya tiga kali melainkan sudah lima kali, setiap pagi dan sore. Pastor Pembantu antara lain Romo. Tan Kiong Hwat,Pr, Romo A. Tjakrawardaya, Pr dan Romo A. Rutten, SJ. Waktu itu Bruder Timotheus menciptakan wayang Katolik yang disebut wayang wahyu. Karena mulai bulan Juli 1961 Romo Wakkers, SJ bertugas mengunjungi Sragen dan Kedung Banteng, maka kedudukannya digantikan oleh Romo C. Prawirasuprapta, SJ. Sebagai kenang-kenangan, Romo Prawirasuprapta membangun beberapa kamar pengakuan dosa dan ruang pelajaran agama.

Tahun 1963 Romo Prawirasuprapta diganti oleh Romo J. Mulder, SJ sebagi Pastor Paroki Purbayan. Dalam menjalankan tugasnya, beliau dibantu oleh Romo. G. Chetelat, SJ; Romo F. Leber, SJ; dan Romo G. Oosthout, SJ. Sebagai kenangan, romo Mulder membangun pagar gereja, gedung Paroki, pastoran dan menambah beberapa kursi dan bangku gereja. Pada tanggal 30 September 1965 meletuslah pertempuran G 30S/PKI. Namun demikian, setiap malam Pastoran dan gereja dijaga pemuda-pemuda Katholik yang digerakkan oleh Bapak Sudarsono.

Tanggal 16 Maret 1966 terjadi banjir besar sungai Bengawan Solo. Akibatnya pastoran, gereja, susteran dan rumah-rumah masyarakat sekitar kemasukan air cukup tinggi. Kemudian pada tanggal 12 Juni 1967 Gereja St. Antonius dari Padua Purbayan merayakan Pesta Emas. Jumlah baptisan pada tahun ini mencapai 976 orang . Tahun 1967 – 1969 Romo Mulder cuti ke Belanda dan sebagai pengganti sementara adalah Romo Purwohutama, SJ

Pengganti Romo Mulder adalah Romo H. Haripranata, SJ (1970-1976) yang asli kelahiran Solo. Pada masa kanak-kanaknya, beliau pernah menjadi misdinar gereja Purbayan. Sedangkan Pastor Pembantu di antaranya Romo E. Wiegers, SJ; Romo A. Sontoboedojo, SJ. Selama Romo Haripranata menjadi Pastor Paroki, kegiatan ekumene maju pesat. Tiap awal tahun diadakan pertemuan antara pastor, suster dan bruder dengan para pendeta dan isteri. Beliau juga turut berperan serta dalam pemugaran gereja. Pada tanggal 8 Oktober 1975 Romo Haripranata diangkat sebagai Administrator Apostolik di Keuskupan Weetebula, Sumba.

Tahun 1975 Paroki Dirjodipuran yang dirintis sejak 1969 telah berdiri, menjadi Gereja Santo Inigo.

Tahun 1976 Pastor Kepala Paroki Purbayan dijabat oleh Romo Th. Prayitna, SJ dibntu oleh Romo J. Groenewoud, SJ Romo B. Mardiatmadja, SJ; Romo A. Waibel, SJ; dan Romo Wigers, SJ. Beliau memeperkenalkan ME (Marriage Encounter) bagi pasangan suami-istri Katholik.

Pada tahun ini pula dimulainya lomba koor Cecillia Cup I.Pada tahun 1977 lahirlah CLC (Christian Life Community) atau yang sekarang dikenal dengan nama KHK (Komunitas Hidup Kristiani) yang didirikan dengan nama Santa Maria dan Serba Kasih (1979). Nama ini akhirnya diganti menjadi CLC. St. Ignatius.

Tahun 1980 Romo J. Madyasusanta, SJ diangkat menjadi Pastor Paroki Purbayan dan sebagai Pastor Pembantu Romo C. Prawirasuprapto, SJ; Romo J. Reijnders, SJ dan Romo L. Smit, SJ.Mulai 10 Januari 1980 Persekutuan Doa Pembaharuan Kharismatik Katolik muncul dan berkembang hingga sekarang. Organisasi-organisasi Katolikpun berkembang dengan baik; seperti WK (Wanita Katolik), demikian pula Mudikanya selalu aktif dalam kegiatan gereja. Misa wilayah diadakan sekali dalam dua bulan. Jumlah diakon Paroki ada 38 orang yang aktif dalam tugas Misa, Ibadat Prapaskah, Ibadat Bulan Paroki, Ibadat Natal, Retret Wilayah dan Ibadat-ibadat lainnya. Tiap bulan Mei dan Oktober ada ibadat Rosario di gereja yang dipimpin secara bergantian oleh wilayah-wilayah, juga sekali seminggu umat berdoa rosario di wilayah setempat. Pada bulan Juni (sekitar 13 Juni s/d September) gereja merayakan Bulan Paroki dengan berbagai perlombaan dan ibadat wilayah yang kemudian ditutup dengan Bazar. Pelayanan liturgi di gereja lebih dilayani oleh wilayah-wilayah secara aktif. Dan untuk menggiatkan kelompok koor, maka Cecillia Cup dilombakan setiap tahun. Pada tahun ini pulalah Romo Madyasusanta membentuk panitia pembangunan gereja yang diketuai oleh Bapak RG. Sukadio.

Agustus 1983 dilaksanakan pembaharuan pengecatan gereja, juga pembaharuan buku-buku nyanyian gereja (Madah Cinta, Natalia, Memoriam dan Pekan Suci). Diadakan penataran-penataran untuk prodiakon dan pamong wilayah (1980), untuk para pemuka jemaat di Syantikara Yogyakarta (1983) yang dilanjutkan di Purbayan (Maret 1984). Pada masa ini umat yang menghadiri Misa Minggu semakin meluap, oleh karena itulah pembangunan perluasan gereja semakin dirasa perlu segera dilaksanakan.

Pada tahun 1986 Romo L Smith, SJ. diangkat menjadi Pastor Paroki dan sebagai Pastor Pembantu Romo J Rijnders, Romo G. Sabdautama, SJ,Romo A. Hari Hardjanta, SJ.Melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan/pemugaran gedung gereja. (1988) Untuk pertama kalinya Gereja Santo Antonius Purbayan dipergunakan sebagai tempat Pentahbisan imam-imam Yesuit yang dihadiri oleh pimpinan tertinggi Pater Jendral Serikat Yesus, yaitu Pater Hans Kolvenbach, SJ pada tanggal21-07-1988.

Pada tahun Romo Mardi Kartono, SJ.diangkat menjadi Pastor Paroki dan sebagai Pastor Pembantu Romo J. Abdi Pranata, SJ, Romo M Hadisiswoyo, SJ,Romo M. Sriyanta, SJ. Pada tahun dilakukan renovasi Goa Maria disisi kanan Pastorandan pada tanggal 13-06-1991 memperingati Hari Ulang Tahun Geraja Santo Antonius Purbayan ke 75 (kegiatan perayaan dimulai pada tanggal 13 Juni s/d 10 Nopember 1991)

Tahun 1994 Romo M. Sriyanta, SJ. Pastor Paroki dan sebagai Pastor Pembantu Romo J Abdi Pranata, SJ,Romo M Hadisiswoyo, SJ . Pada masa Pastor Paroki dipimpin Romo M. Sriyanta, SJ dilakukan Pembangunan Gedung Paroki yang baru (1995)

Tahun 1996 Romo FX Wirjapranata, SJ diangkat menjadi Pastor Paroki dan sebagai Pastor Pembantu Romo Suyudanta, SJ, Romo Alb. Hartana, SJ, Romo A.M. Roni Nurhayanto, SJ, Romo J. Wiharjono, SJ.

Pada Tahun 2004 Romo R. Wegig Wahono, SJ diangkat menjadi Pastor Paroki dan sebagai Pastor Pembantu Romo R. Kurris, SJ, Romo Alb. Warno Tribowo,SJ,Romo Martin Suhartono, SJ, Romo C.Teguh Budiarto,SJ.Dilakukan pembangunan Gua Maria disisi kiri Pastoran, renovasi interior dan eksterior gereja.

Romo A. Puja Harsana, SJ,diangkat menjadi Pastor Paroki (2009 -2011)dan sebagai Pastor Pembantu Romo Alb. Warno Tribowo, SJ, Romo R.Kurris, SJ, Romo A. Mangun Hardjana, SJ, Romo P. Suradibrata, SJ,Romo J. Moerti Yoedho Koesoemo, SJ, Frater Vincent Haryanto, SJ.Pada masa itu terbentuk Credit Union (CU) Cempaka.

Saat ini para romo yang berkarya melaksanakan tugas penggembalaan di Paroki Santo Antonius Purbayan: Romo Alb. Mardi Santosa, SJ selaku Pastor Paroki dan sebagai Pastor pembantu : Romo A. Mangun Hardjana, SJ; Romo. P. Suradibrata, SJ; Romo. J. Moerti Yoedho Koesoemo, SJ.


Struktur Gereja Katolik Roma
Paus

Paus adalah pemimpin tertinggi umat Katolik. Selain sebagai pemimpin Agama Katolik, beliau juga seorang Kepala Negara yang berdaulat, yaitu Negara Kota Vatikan. Paus merupakan wakil Tuhan Yesus didunia. Paus memiliki sebutan The Holy Father atau Bapa Suci dan mempunyai status Infalibilitas Paus yang berarti ia terjaga dari dosa, “Pope do not wrong”.
Dewan Kardinal

Kardinal merupakan pembantu dan dewan penasihat Paus yang diangkat langsung oleh Paus. Seorang Kardinal harus berumur kurang dari 80 tahun. Selanjutnya, Kardinal ada yang tinggal di Vatikan yang biasanya memimpin suatu Konggregasi (Kementerian), dan ada pula yang tinggal di luar Vatikan yang memimpin sebuah Keuskupan Agung atau setingkat gubernur yang memimpin provinsi dalam struktur pemerintahan. Kemudian ada pula Uskup yang memimpin beberapa Kevikepan dalam satu Provinsi.
Pastor Kepala Vikep dan Pastor Kepala Paroki

Vikep adalah akronim dari Vikaris Epis Kopalis, merupakan satu bagian lebih kecil dari Keuskupan dan terdiri dari bebrapa Paroki dalam satu kota. Vikep dipimpin oleh seorang Pastor yang disebut KepalaVikep. Paroki adalah paguyuban Pastor dan umat Katolik dalam satu wilayah. Secara administratif, Paroki adalah gereja dan umat Katolik di dalamnya yang membentuk paguyuban orang beriman Katolik. Dalam satu Paroki dipimpin oleh seorang Pastor Kepala Paroki.

Perkembangan Umat Paroki St. Antonius Purbowardayan

Perkembangan umat Paroki St. Antonius Purbayan akan dijelaskan berdasarkan data yang ada, meliputi data sakramen baptis, sakramen perkawinan, data kematian dan jumlah umat.

1. Sakramen Baptis

Dari tahun-ke tahun sejak berdirinya tahun 1916, Paroki St. Antnius Purbayan tidak tinggal diam dalam hal pengembangan umat melalui sakramen baptis yang diterimakan kepada umat Katolik. Pada awalnya, baptisan masih merupakan pembinaan dari para Pastor, belum terlalu banyak umat yang terlibat dalam pembinaan calon baptis seperti sekarang ini sebagai Katekese (pembimbing agama Katolik).

Dari data-data yang terhimpun, sebelum resmi Gereja St. Antonius dijadikan sebuah Paroki telah tercatat baptisan pertama dari Surakarta terjadi pada tahun 1859 atas nama Anna Catharina Weynschenk, catatan baptisnya ada di Paroki St. Yusuf Gedangan Semarang. Di tahun berdirinya (1916), Paroki St. Antonius mencatat 74 umat resmi dibaptis. Setelahnya, perkembangan umat yang dibaptis telah menunjukkan pertambahan, karena setiap tahunnya St. Antonius dapat selalu menyelenggarakan sakramen baptis. Jumlah umat paling banyak yang mengikuti sakramen baptis terjadi pada tahun 1967, yaitu sebanyak 967 umat. Dari jumlah tersebut bukan sepenuhnya dari Paroki St. Antonius, tetapi ada yang dari Paroki lain. Perbandingannya 60% umat Paroki St. Antonius dan 40% umat Paroki lain.

2. Sakramen Perkawinan

Sejak tahun 1916 Paroki St. Antonius telah berhasil menyelenggarakan sakramen perkawinan..Tercatat di tahun 1916 terdapat 7 pasangan yang menerima sakramen perkawinan di Paroki St. Antonius. Dalam perkembangannya, jumlah penerimaan sakramen perkawinan terus mengalami perubahan naik dan turun dan tidak semua pasangan tersebut berasal dari Paroki St. Antonius. Seperti halnya pada tahun 1973, tercatat 170 pengantin dengan perbandingan 80% dari Paroki St. Antonius dan 20% umat dari paroki lain.

3. Data Kematian

Data umat meninggal yang tercatat di Paroki St. Antonius dimulai dari tahun 1927, saat itu tercatat 17 umat meninggal. Sejak tahun 1927 terus dicatat data umat meninggal, walupun begitu data tidak selalu menunjukkan realitasnya. Hal tersebut dikarenakan tidak selalu keluarga umat yang meinggal melaporkan kematian ke pihak Gereja. Gereja pun memaklumi hal itu, mengingat kondisi psikologis keluarga yang ditinggalkan, juga mungkin repot mengurus pemakaman.

4. Jumlah Umat

Tidak mudah menentukan berapa persisnya jumlah umat Paroki St. Antonius sejak berdirinya hingga sekarang, karena sejak awal hingga tahun 1960 tidak tercatat secara pasti berapa jumlahnya. Baru tahun 1960 mulai tercatat jumlah umat di Paroki St. Antonius, yaitu terdapat 2.350 umat. Angka itu pun masih sulit dibuktikan kebenarannya, angka tersebut hanya semacam angka perkiraan, karena angka tersebut dapat bergeser sedikit demi sedikit. Ditambah lagi sejak tahun 1940 telah diresmikan Gereja St. Petrus Purwosari, sehingga jumlah umat pun kurang bisa dipastikan.

Pastor di Paroki St. Antonius Purbayan

Sejak Paroki St. Antonius Purbayan berdiri tahun 1916 sampai sekarang (2014) kurang lebih Pastor Kepala yang menjabat di Paroki St. Antonius sudah berganti sebanyak 22 kali. Pastor Kepala yang menjabat pertama kali di Paroki St. Antonius adalah Pastor C. Stiphout, SJ dengan surat pengangkatan pada tahun 1918. Dan Pastor Kepala yang menjabat di Paroki St. Antonius saat ini adalah Pastor Albertus Mardi Santoso, SJ.

Pastor yang berkarya di suatu Paroki biasanya terdiri dari 3-4 Pastor tergantung seberapa besar Paroki tersebut. Pastor ditempatkan di suatu Paroki berdasarkan Surat Keputusan (surat tugas) dari Uskup Agung, rata-rata para Pastor ditempatkan di Paroki selama 4-6 tahun, setelah itu mereka dipindahkan lagi di Paroki lainnya. Dalam satu Paroki seorang Pastor tinggal di dalam rumah yang disebut Pastoran, biasanya didirikan di halaman sekitar gereja.

Sejarah Wilayah-Wilayah

Penyusunan sejarah wilayah bertujuan agar kalangan Generasi Muda dapat mengetahui perkembangan Gereja di Wilayahnya. Penyusunan sejarah wilayah-wilayah terbagi dalam 12 wilayah yaitu :

1. Wilayah Timuran

Wilayah Timuran mulai dirintis sekitar tahun tahun 1995 oleh Bp. F.X Hadisiswoyo yang menjabat sebagai pamong pada saat itu. Terletak di ujung paling barat dari wilayah Paroki Purbayan. Di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Paroki Purwasari. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Keprabon, dan di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kemlayan. Wilayah Timuran yang jumlah umatnya sekitar 60 KK atau lebih kurang 200 jiwa, terbagi dalam tiha lingkungan yaitu, lingkungan Oktavianus yang meliputi wilayah Timuran sebelah Timur, Lingkungan Olga meliputi wiilayah Timuran sebelah Barat, dan sisanya adalah lingkungan Oscar.

2. Wilayah Keprabon

Wilayah Keprabon berdiri sekitar tahun 1948 bersamaan dengan Clash Belanda yang ke II saat itu umat Keprabon memiliki semangat juang yang sangat tinggi. Perkembangan umat wilayah Keprabon memang cepat sekali. Drai jumlah penduduk Kalurahan Keprabon hamper 30% nya beragaman Katolik. Keberhasilan ini tidak lepas dari kiat pamong wilayah yang juga didukung oleh umatnya. Tentu saja, kerja sama yang baik pasti akan menghasilkan sesuatu yangbaik pula. Jalan yang ditempuh untuk pengembangan umat dilakukan lewat sekolah Minggu (untuk anak-anak), pelajaran agama (untuk orang tua/dewasa), dan ibadat-ibadat sabda. Sedangkan untuk pembinaan untuk dilakukan dengan cara mengadaan doa ibadat sabda secara rutin, doa Rosario, berziarah, relokasi, dan masih banyak lagi.

3. Wilayah Ketelan

Wilayah ini berdiri sekitar tahun 1964, terletak di ujung kawasan keparokian Purbayan. Ia berbatasan dengan dengan poroki lain :

· Wilayah Ke Selatan, masuk Paroki Purbowardayan : di sebelah Utara

· Wilayah Timuran, masuk paroki purbayan : di sebelah Selatan

· Wilayah Punggawan, masuk Paroki Purwasari : di ebelah Barat

· Wilayah Pringgading, masuk Paroki Purbayan : di sebelah Timur

Letak geografisnya dikelilingi oleh paroki Purwasari dan Purbowardayan, tidak mengherankan jika wilayah Ketelan mempunyai ciri tersendiri yang tak dimiliki oleh wilayah-wilayah lain. Nama wilayah ini muncul sekitar tahun 1983, yang sebelumnya masih bernama Kring Ketelan.

4. Wilayah Kebalen

Dilihat dari letak geografisnya, wilayah ini adalah wilayah yang paling dekat dengan Paroki, bahkan dapat dikatakan bersebelahan dengan Gereja Purbayan. Pada tahun 1963 masih merupakan Kring. Dan kini wilayah Kebalen merupakan wilayah yang aktif di segala kegiatan baik yang diadakan oleh wilayah sendiri maupun Paroki. Maka sudah sepantasnyalah apabila wilayah ini pernah menjadi Juara Umum dan lomba Bulan Paroki Purbayan.

5. Wilayah Pringgadingri

Wilayah ini terletak di jantung koa Solo; tepatnya di kampong Pringgading Jogobayan Kalurahan Setabelan Kecamatan Banjarsari, Kota Madya Surakarta atau disebelah barat daya Gereja Sy. Antonius Purbayan. Secara geografis, wilayah Pringgading terdiri dari 65% rumah pemukiman/penduduk dan 35% pertokoam/pasar/gudang. Adapun pembagian lingkungannya yaitu :

1. Lingkungan Elizabeth terketak di kampung Pringgading: mulai dari jalan S. Parman sampai Apotik Widuran.

2. Lingkungan Eusthasius, terletak di kampung Jogobayanl; mulai dari jalan S.Parman sampai jalan Widuran.

6. Wilayah Sudiroprajan

Wilayah ini berdiri sekitar tahun 60-an dipunggawani oleh Bp. Marwoto dengan jumlah umat saat itu 25-30 orang.

7. Wilayah Gandekan

Berdiri pada sekitar tahun 1940, yang waktu itu ditandai dengan pembabtisan delapan orang, telah menunjukkan identitas dirinya sebagai wilayah yang harus diatur secara administrative oleh paroki Purbayan. Wilayah ini terbagi dalam tiga lingkungan yakni lingkungan St. Johanes, St. Julius, dan St. Joseph ini menunjukkan perkembangan umat yang sangat pesat.

8. Wilayah Sangkrah

Luas wilayah ini adalah 1.250.000 ha, wilayah ini mampu menghasilkan pertambahan umat Katholik sekitar 2,71% pertahun. Mereka memiliki strategi/pola kebijaksanaan tertentu yang dipakai untuk mengelola umat di wilayahnya.

9. Wilayah Kampung Sewu

Pada tahun 1964 wilayah Kampung Sewu mulai terstruktur dan ditata sgal bentuk-bentuk administrative yang ada. Perkembangan umat di wilayah ini cukup membanggakan.

10. Wilayah Ngrayapan

Terletak di tepi sungai Bengawan Solo dengan tinggi daerah lebih kurang 94 meter di atas permukaan air laut, dengan luas wilayah 203. 555 ha. Wilayah ini baru terbentuk sekitar tahun 1978.

11. Wilayah Kronelan

Terletak di kevamatan Mojolaban, kabupaten Dati II Sukoharjo, mempunyai spesifikasi tersendiri dalam upaya pengembangan umat Katolik di wilayahnya.

12. Wilayah Kepatihan

Wilayah ini dibatasi oleh kali Pepe, jalan Urip Sumoharjo, simpang P.T konimex ke barat sampai Apotik Widuran ke utara. Berdiri sejak tahun 1964.

Arsitektur Gereja

Gereja Santo Antonius Purbayan berada di jalan Arifin no.1, Surakarta. Gereja ini merupakan gereja tertua di Surakarta yaitu sebagai bangunan peninggalan zaman penjajahan kolonial Belanda, sehingga gaya desain pada interiornya termasuk elemen yang terdapat di dalamnya mendapat pengaruh dari gaya yang sedang berkembang di Eropa. Bangunan gereja ini tidak lepas dari gaya arsitektur klasik Eropa pada masa lampau yang menjadi cikal bakal timbulnya gaya arsitektur maupun interior pada bangunan gereja. Hal ini terlihat dari tampak bangunannya yang mencerminkan gaya klasik Eropa dan tentunya telah disesuaikan dengan keadaan dan iklim setempat.

Panti Imam

Panti Imam merupakan tempat imam memimpin perayaan liturgi. Panti Imam (apse) sebagai titik fokus / pusat menandakan adanya hubungan dengan Tuhan, oleh karena itu area ini yang paling indah secara estetis dibandingkan area / ruang lainnya. Motif kaca jendela pada dinding tengah panti imam merupakan gambaran dari tokoh penginjil Alkitab yaitu manusia bersayap yang menggambarkan Matius, singa menggambarkan Markus, lembu bersayap menggambarkan Lukas, dan rajawali menggambarkan Yohanes. Simbol binatang yang dipakai untuk menggambarkan para tokoh penginjil Alkitab merupakan pengaruh dari gaya Romanik. Simbol lain yang terdapat pada kaca jendela panti imam adalah alfa dan omega melambangkan awal dan akhir, anak domba melambangkan anak domba Allah yaitu Yesus, hati kudus, segitiga melambangkan Holy Trinity, burung merpati melambangkan turunnya Roh Kudus, dan IHS (Iesu Hominum Salvator) yang berarti Yesus penyelamat umat manusia. Lantai panti imam dibuat paling tinggi dari yang lainnya.

Panti Umat

Panti umat adalah tempat untuk umat duduk beribadah, tempat diletakkannya bangku umat. Panti umat selalu terletak berhadapan dengan altar dan berada lebih rendah dari altar. Bangunan didominasi dengan penggunaan warna putih atau lembut tanpa ornament. Dinding sepanjang panti umat terdapat empat buah pintu masuk berjenis double door way, dua buah pintu di sisi kanan dan dua buah pintu di sisi kiri. Pintu terbuat dari kayu solid dan terdapat panel-panel berbentuk segi empat yang merupakan pengaruh dari gaya Art and Craft. Pintu jenis ini juga digunakan pada tampak depan bangunan sebagai pintu masuk utama gereja.

Ruang Sakristi

Ruang Sakristi digunakan sebagai ruang persiapan imam dan pembantunya, sebelum dan sesudah memimpin liturgi selain itu juga sebagai tempat penyimpanan perlengkapan liturgi gereja, oleh karena itu sifat ruang ini sangat private, hanya imam dan para pembantunya yang berkepentingan yang boleh masuk ke dalam ruang ini, tidak seperti panti umat yang dapat dimasuki oleh semua orang karena sifatnya yang publik.

Kamar Pengakuan Dosa

Kamar pengakuan dosa terdapat empat buah yang berada di sisi selatan sepanjang panti umat, merupakan ruang yang bersifat private karena ruangan ini tidak semua umat boleh masuk ke dalamnya. Kamar pengakuan dosa digunakan pada saat umat akan melakukan pengakuan dosa yang dilayani oleh seorang pastor / imam, jadi hanya pastor yang melayani dan umat yang mengaku dosa saja yang boleh masuk ke dalam. Kamar pengakuan dosa terbagi menjadi dua area dengan penyekat dari board dan terdapat pintu. Sekat ini untuk memisahkan antara umat dengan pastor yang melayani, karena antara pastor dan umat tidak boleh berhadapan secara langsung.

Balkon

Balkon berada di lantai dua, balkon pada gereja biasanya digunakan sebagai tempat koor, namun pada gereja Santo Antonius Purbayan balkon sudah tidak difungsikan sebahai tempat koor. Tempat koor sekarang berada di bagian depan panti umat di sisi selatan. Tangga untuk menuju balkon berupa tangga kayu. Anak tangga dan railing tangga semuanya terbuat dari unsur kayu dan masih terlihat serat kayunya. Tangga ini terkesan sederhana.

B. Sejarah dan Perkembangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan

Sejarah Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan

Setelah melalui berbagai persiapan , diputuskan bahwa kelompok Margoyudan yang beranggotakan Orang Jawa dan Tionghoa didewasakan sebagai Geraja.

Pada tanggal 13 April 1916 di adakan pilihan anggota majelis pertama yang terdiri dari empat orang tua-tua dan 2 orang diaken, yaitu tua-tua: Bp. Dutakaryono, Bp. Mangunharjo, Bp. Pawirotaruno dan Bp. Siew Siauw Tjong; Diaken, Bp. Herman Joyohusodo, Bp. Irodikromo.

Majelis ini dipimpin Dr. H.A. Van Andel sendiri. Majelis ini bertugas merawat orang Kristen di Seluruh Surakarta.

Dengan telah terpilihnya anggota majelis pada 13 April 1916 itu, maka hari Minggu 30 April 1916 diresmikan terbentuknya Majelis serta berdirinya Gereja Kristen Jawa Margoyudan.

Dengan dibukanya sekola-sekolah Kristen serta Poliklinik Kristen, bertambahlah tenaga penginjil yang terdiri dari guru dan jururawat, dan bertambahlah pula tenaga yang didapat disiapakan untuk turut dalam pelayanan jemaat. Akibatanya jumlah warga mulai berkembang.

GKJ Margoyudan tak mampu lagi mengurusi warganya yang semakin lama semakin banyak . akhirnya diputuskan untuk adanya pendewasaan di tempat lain. GKJ Margoyudan sudah disibukan dengan melakukan pelayanan kepada warga Solo, dan mulai tahun 1924- tahun 1937 bermunculan berdirinya Gereja yang didewasakan.

1. Tahun 1924. Berdirinya GKJ Klaten dan GKJ Prambanan

2. Tahun 1928 / awal 1929. Jemaat Kristen dalam kota Solo dibiakan menjadi 3 Jemaat, yaitu:

a) GKJ Margoyudan dengan daeran PI bagian utara dan Timur

b) GKJ Danukusuman dengan daerah PI bagian selatan

c) GKJ Tumenggungan dengan daerah PI bagian Barat

GKJ Danukusuman yang dahulu, menjadi GKJ Joyodiningratan GKJ Tumenggungan yang dahulu, menjadi GKJ Manahan

3. Tahun 1928. Berdirinya GKJ Sragen, Induknya di Gondang

4. Tahun 1930. Berdirinya GKJ Wonogiri

5. 1934. Berdirinya GKJ Delangu dan GKJ Pedan

6. Tahun 1935. Berdirinya GKJ Kartosura

7. Tahun 1937. Berdirinya GKJ Karanganyar

Meskipun namanya disebut Jemaat dewasa, tetapi masih perlu dibimbing terus oleh para pendeta utusan. Jemaat-jemaat itu disebut Gereja Muda sampai Maret 1942, pada waktu datangnya pemerintah Jepang.

Ketika Gereja Margoyudan telah memiliki pendeta (tahun 1932), masih menerima bantuan dari Gereja Delf senilai 40 Gulden (rupiah Belanda ), untuk menyewa gereja dan Pastori.

Masa Pendudukan Jepang

Dengan menyerahnya pemerintah Hindia Belanda kepada Balatentara Dai Nippon (Jepang) pada tanggal 5 Maret 1942 mengakibatkan timbulnya berbagai kesulitan bagi GKJ Margoyudan antara lain:

1. Pendeta-pendeta Belanda di tawan Jepang(18/03/1942)

2. Hubungan dengan Gereja Belanda di Delf putus

3. GKJ Margoyudan belum mempunyai Pendeta

4. Segala aliran yang berbau Belanda dilenyapkan (termasuk agama Belandan dan Bahasa Belanda)

5. Pegawai Zending tidak dapat Gaji

6. Sekolah Zending ditutup untuk beberapa waktu, menunggu pengumuman Pemerintah

7. Bantuan dari Partner berhenti

8. Mengenai urusan harta benda musuh, Gereja dan alat-alatnya harus didaftar.

9. Menjelang datangnya Jepang. Dr. H. A. Van Andel sempat berpesan; Menawi kita nitipriksa babad pasamuwan Kristen wiwit jaman kina, tansah pinanggih cariyos bilih. Malah salebeting jaman Karibetan ageng punika, para pasumuwan katuntun dhateng kawasanipun lan badhe madeg diwasa bokmenawi jaman karibedan semangke punika sampun dados kersanipun Allah murih pasamuwan enggal diwasa.

10. Gedung Gereja pernah diminta Jepang untuk Kantor Seinendan. Waktu itu Jepang telah berhasil menduduki gedung-gedung milik kasunanan, milik Mangkunegaran. Pasturan, Bruderan, dan sebagainya untuk kepentingan Jepang


Kemunduran Anggota Gereja.

Kemunduran warga disebabkan antara lain:

1. Penghidupan semakin sulit. Pada zaman Belanda sebagian besar warga Geraja adalah pegawai Zending. Terutama guru dan Jururawat Kristen. Karena pegawai Zending tidak menerima gaji banyak pegawai Zending yang terjun dalam dunia dagang, makelar dan sebagainya dan hal ini mempengaruhi kegerejaanya.

2. Pegawai Zending dituduh pengikut setia Belanda. Untuk menghindari tindakan itu beberapa orang ingin mengubah aturan Gereja dan mengadakan kebaktian sendiri. ada pula yang takut ke Gereja.

3. Dalam keadaan yang suram ini warga GKJ Margoyudan di rumah sakit Jebres memisahkan diri dan membentuk Gereja sendiri atas bantuan GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan).

4. Pada tahun 1944 (zaman Jepang) GKJ Margoyudan mengalami kemunduran dan perpecahan.

Dalam Zaman Revolusi Kemerdekaan

Pada tahun 1950, Setelah penyerahan kedaulatan, maka pada tahun 1950 Gereja mulai mengatur kegiatan kembali. Dengan dibukanya kembali sekolah-sekolah Kristen. Maka pertumbuhan Gereja semakin pusat.

Tahun 1952, jemaat memperluas gedung gereja induk, di Margoyudan. Sejak saat itu pemberitaan injil diaktifkan, dan pembinaan warga di giatkan kembali.

Tahun 1959, GKJ Margoyudan memanggil pendetanya yang ketiga yaitu Bp. Ds. Urip Hartoyo. Dan pada tahun 1964, beliau dipindahkan ke Yogyakarta.

Tahun 1964, Jemaat memanggil pendetanya yang ke empat yaitu Bp. Ds. E. Trimodo Rumpoko STh.

Tahun 1970, GKJ Margoyudan memanggil pendetanya yang kelima yaitu Bp. Ds. Setyowardoyo STh.

Tahun 1967, GKJ Margoyudan menerima Subyantoro.

Tahun 1972, GKJ Margoyudan memanggil Bp. Suwardi SmTh sebagai pembantu pendeta di GKJ Margoyudan.

Tahun 1975, GKJ Margoyudan memanggil pendetanya yang ke enam yaitu Bp. Ds Immanuel Sugito STh.

Tahun 1976, GKJ Margoyudan memanggil pendetanya yeng ke 7 yaitu Bp. Ds. Winoto Hadikusumo.

Tidak sedikit pula ada pendeta ABRI yang berdomisili di kota Solo, dengan senag hati membantu pelayanan GKJ Margoyudan.

Perkembangan Gereja Margoyudan

1. Perkembangan Jumlah Warga

Tahun 1895 – 1969 : 9297

Tahun 1972- 1986 : 50417

2. Bangunan milik GKJ Margoyudan

I. Pastori: 3 buah

1. Di Purbowardayan

2. Di Ngemplak Rejosari Sala

3. Di Selokaton

II. Gedung Gereja

Pada tahun 1966 memiliki dua buah gedung Gereja, di Induk Margoyudan dan di Ngegot.pada tahun 1986 setelah dikurangi gereja-gereja yang didewasakan , bangunan gereja berjumlah 10 buah, yaitu: Di induk Margoyudan, Selokaton, Ngamban, Watuireng, Genjikan, Gemolong, Pilangrembes (darurat), Petoran, Ngasinan, Ngoresan.

III. Bangunan Yang lain

1. Rumah Perawatan jempon di kepatihan kulon solo

2. Gedung Wisma Remaja jl. Monginsidi 6, Solo.

3. Gedung Kegiatan dibelakang Gereja Induk.

Arsitektur Gereja

GKJ Margoyudan yang terletak di Jalan Monginsidi No 44 Solo, bisa disebut sebagai cikal bakal dari keberadaan Kristen Jawa di wilayah Solo dan Surakarta. Gereja ini didirikan oleh orang Belanda bernama Stegerhoek. Meski Stegerhoek orang Belanda, bangunan gereja adalah murni bangunan dengan arsitektural gaya Jawa. Hal ini terlihat bentuknya, yaitu joglo yang memanjang. Apalagi bangunan di dalamnya pun masih kental dengan nuansa etnik Jawa. Tiang-tiang penyangga bangunan terbuat dari kayu dengan kursi rotan terjejer sebagai tempat duduk jemaat ketika melakukan kebaktian. Kemudian di samping kanan kiri, terlihat jendela khas Jawa, di mana jendelanya tidak terlalu panjang.

Kemudian di atasnya terdapat ornamen kaca. Ornamen ini juga terlihat Njawani yaitu ornamen gunungan yang menjadi simbol penting dalam budaya Jawa. Gunungan ini biasa digunakan dalam wayang kulit atau arak-arakan keraton dalam upacara adat.

Semakin menambah kental nuansa Jawa adalah tulisan yang menempel di dinding di bagian altar. Tertulis salah satu ayat dari Alkitab yang di Bahasa Jawakan. Bahkan pada awalnya tulisan ini malah dalam bentuk akasara Jawa. Kemudian untuk kebaktian juga menggunakan pengantar dengan Bahasa Jawa Krama Inggil (bahasa tingkatan paling halus dalam Bahasa Jawa).

BAB III
KESIMPULAN

Surakarta atau biasa dikenal dengan Solo adalah kota dengan budayanya yang kental. Kota yang merupakan bekas daerah kerajaan Mataram Islam ini selama beratus-ratus tahun juga banyak bercampur dengan budaya colonial. Pengaruh dari colonial ini tidak hanya dalam bidang politik dan ekonomi namun juga dalam bidang keagamaan dan kebudayaan.

Gereja adalah salah satu bukti dimana pengaruh colonial dalam bidang agama dan budaya. Gereja Santo Antonius Purbayan dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan merupakan salah satu bentuk dari pengaruh colonial. Gereja yang telah berumur hampir satu abad ini menjadi saksi sejarah dalam perkembangan agama Katolik dan Kristen di Surakarta. melihat perannya yang begitu penting maka bangunan kedua gereja tersebut mendapat penghargaan sebagai cagar budaya yang patut dilestarikan.

Kedua gereja tersebut memiliki keunikannya masing-masing terutama dari segi arsitektur. Gereja Santo Antonius Purbayan memiliki corak arsitek bergaya gotik yang sangat identik dengan bangunan-bangunan gereja yang ada di Eropa. Sedangkan untuk Gereja Kristen Jawa Margoyudan memiliki gaya arsitek yang ketal dengan budaya jawa.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

LAPORAN ILMIAH PROSES PEMBUATAN TAPE KETAN DAN TUAK

Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya, khususnya bagi penulis yang telah mampu menyelesaikan laporan ilmiah yang berjudul ‘’ cara membuat Tape Ketan dan Tuak ’’. Dalam menulis laporan ilmiah ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala – kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Sabaruddin Ahmad S.Pd, selaku guru pembimbing yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga laporan ilmiah ini dapat terselesaikan. Disini kami juga menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan laporan ilmiah ini terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ilmiah ini. Semoga apa yang diharapkan kami, selaku penulis dapat dicapai dengan sempurna. Singkawang, 14 febuari 2013 Penulis ...

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME

KEMERDEKAAN NEGARA- NEGARA ISLAM DARI IMPERIALISME              Gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat. Disamping paskan itu, perjuangan mereka juga didukung oleh seluruh umat Islam di berbagai wilayah setempat yang menjadikan “kekuatan” yang dahsyat sehingga mereka dapat melepaskan diri dari belenggu imperialisme. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam bebrapa bentuk kegiatan, seperti (1) gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata, dan (2) gerakan pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu. Negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitupadatanggal 17 Agustus 1945. Indonesia mer...

PETUNJUK PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN BAHAN MAKANAN

PETUNJUK PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN BAHAN MAKANAN A.    TUJUAN Mengetahui adanya karbohidrat, lemak, dan protein pada makanan. B.     ALAT DAN BAHAN Alat 1.        Tabung reaksi 2.        Mortar 3.        Plat tetes 4.        Kertas buram 5.        Pembakar Spirtus Bahan 1.        Larutan benedict (Fehling A + Fehling B) 2.        Larutan lugol 3.        Larutan biuret (NaOH 20% + CuSO4 0,1 M) 4.        Berbagai bahan makanan C.     CARA KERJA I.       UJI KARBOHIDRAT (AMILUM) 1.     Hancurkan bahan makanan yang akan diuji menggunakan mortar porselein. 2.     Masukkan masing-masing baha...